Chapter 22

89K 4.5K 279
                                        

Assalamualaikum, temen-temeen *ala kak ricis. Setelah ribuan purnama, akhirnya daku hadir lagi nih. Ada yg rindu tak??

"Apa yang kamu lakukan? Saat orang yang kamu tunggu begitu lama, datang menemui dirimu?"

-Tanya Author-

Author Pov.

Suasana malam ini begitu tenang dan sedikit mencekam. Angin sesekali bersemilir kencang hingga rambut seorang lelaki itu bergerak pelan. Ditatapnya puntung rokok yang sudah mau habis itu, dia membuangnya di asbak dan mengambil rokoknya lagi. Menghidupkan koreknya lalu menyesap rokok tersebut.

Penampilannya sedikit kusut dengan raut muramnya, mungkin sekarang yang ia butuhkan adalah ketenangan dan sedikit pelampiasan.

Di balkon rumah lantai 2 lelaki itu berada. Mengamati apapun yang mungkin bisa ia lihat diatas sini.

"Mas.." Ucapan seorang perempuan dari belakang membuatnya terkejut. Ditatapnya wanita berlengan panjang itu menghampirinya.

"Kok belum tidur Azz? Ini sudah hampir jam 12!" Lelaki itu sedikit kesal dengan sang istri.

Perempuan yang dipanggil Azz tadi hanya tersenyum. Dia semakin mendekati suaminya hingga kini mereka berhadapan.

"Bagaimana aku bisa tidur jika pemilik rumahnya saja sedang galau disini?" Ucapnya dengan sedikit tawa.

Setelah acara membahas 'hak suami' yang membuat Azzahra sempat merona, gadis itu tetap bertingkah biasa saja meski ia masih kesal karena suaminya ternyata malah bercanda.

Tentu saja wanita mana yang tak kesal dan juga agak kecewa? Ia sudah berpikir matang untuk melakukannya sepenuh hati dan juga ada niatan ibadah, namun suaminya seenaknya bilang..

"Kamu kira itu beneran Azz? Ya ampun, kamu itu polos ya!" Di detik itu juga Azzahra melayangkan tinjunya ke perut suaminya yang tadi perutnya sakit karena diare. Biar tambah sehat katanya.

"Masuk Azz, angin malam tak baik untuk kesehatan" Ujar Refan dengan raut datar, Azzahra tersenyum dan menyentuh bahu suaminya.

"Jika tak baik untuk kesehatan, lalu apa kabar mas yang masih tetap disini?" Jawab Zahra sambil menyentuh lengan suaminya yang berbalut kaos tipis.

"Biar aku saja yang sakit Azz, kamu jangan!" Ucapnya dengan nafas panjang. Ia meraih kedua bahu istrinya sambil berkata.

"Masuk gih, nanti aku masuk" ucapnya lembut sambil mengusap bahunya.

Tapi bukan Azzahra namanya jika tidak keras kepala.

"Aku juga akan masuk, tapi nanti"

"Azz!"

"Mas!"

Tak ada ucapan lagi selain hening. Mereka masih sibuk dengan pikiran di otaknya yang menari-nari.

"Kalau butuh tempat cerita sama aku aja mas, daripada dipendam sendiri malah nanti bisa stress" Ucap Azzahra sambil melihat sang suami disampingnya yang melamun. Ia terlihat memikirkan hal rumit di kepalanya.

Lagi-lagi hening. Tak ada jawaban selain nafas mereka yang bersahutan. Azzahra tetap setia disampingnya, kali ini jika suaminya menyuruh pergi, maka ia akan pergi. Ia sebenarnya tak tahan dengan keheningan ini.

"Azz. Apa benar jika kita bersabar nantinya akan berbuah manis?" Tanya sang suami tiba-tiba. Azzahra tentu saja senang karena akhirnya lelaki membuka pembicaraan.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang