Chapter 14

105K 4.9K 122
                                    

Happy Ied Mubarak untuk para pembaca setia saya. Saya meminta maaf di hari-hari sebelumnya jika saya punya kesalahan dalam menulis, lama update yang membuat kalian menunggu, juga dalam berkomentar yang membuat hati readers merasa tersakiti. Kita saling memaafkan di hari yang suci ini yak. Sekali lagi, Happy Ied Mubarak 1440 Hijriyah.

Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga tahun berikutnya kita dapat berjumpa ramadan lagi. Aamiin.

"Ga ada quotesnya"

Author Pov.

Suasana semakin terlihat tegang diantara dua keluarga tersebut. Hanan--Ayah dari Azzahra berkata secara tegas kepada keluarga Jayakusuma dan mengutarakan isi hatinya. Tak pandang bulu dengan siapa yang ia ajak bicara, tapi ketulusan yang terpancar dari ayah Zahra terbukti sangat menyayangi putrinya.

"Saya paham pak. Mengambil putri yang sudah bapak besarkan memang harus ada perjuangan. Dan Insha Allah, saya mau berjuang untuk putri bapak" Jawaban yang dikeluarkan Refan membuat Hanan tersenyum sekilas.

"Bagaimana caramu berjuang?" Tanya tegas Hanan menguji calon menantunya.

"Pertama saya berjuang untuk meminta restu dari bapak, kedua sampai terakhirnya saya akan membuat putri bapak selalu bahagia" Tegasnya penuh keyakinan.

"Caranya? Bukankah saya bilang untuk memperdalam ilmu agama dulu? Urusan restu itu nanti" Tegas Hanan.

"Abi, jangan terlalu keras" Usap sang istri di bahu suaminya. Keluarga dari pihak lelaki pun hanya diam saja dan membiarkan putranya menjawab dari hatinya.

"Saya dan Azzahra nanti akan sama-sama belajar setelah restu saya dapatkan. Saya memang cetek dalam urusan agama, tapi saya bisa belajar terlebih dahulu, atau nantinya saya dan Azzahra bisa saling bertukar ilmu. Bukankah semuanya butuh process pak?" Jawab Refan setenang mungkin meski tangannya berkeringat dingin.

"Baiklah kalau begitu. Saya pegang ucapan kamu!" Tegas Hanan.

"Sudah jangan terlalu tegang. Saya hanya mengetes calon mantu saya" Ucap Hanan dan membuat mereka tertawa.

***

Setelah perjodohan yang sudah disepakati oleh kedua pihak. Kini Zahra dan Refan terlihat canggung saat bekerja, jika mereka saling mencintai tentu saja mereka tidak akan seperti ini.

"Azzahra, setelah ini kita adakan rapat bersama divisi yang sudah tertera di laporan ini. Tolong kamu panggil kepala tiap divisi dan usahakan untuk datang rapat nanti siang!" Ucap Refan pada sekretarisnya. Zahra mengangguk paham lalu undur diri untuk pergi ke ruangannya.

Ia memencet tombol di telephone kantor dan langsung tersambung ke kepala per divisi. Ia memberitahukan bahwa nanti siang adalah rapat evaluasi yang wajib dihadiri kepala per divisi. Setelah menghubungi semua, ia terfokus ke komputer di depannya yang menampakkan neraca perusahaan. Sambil menghela nafas ia melanjutkan membuat neraca tiap bulan itu dan mengerjakannya secara detail sampai jam istirahat nanti.

Layar handphone Zahra berkedip dua kali pertanda ada pesan masuk. Ia mengambil handphonenya dan melihat pesan itu.

Bang Fiyan

De. Sibuk ngga?

Kalau sekarng sibuk bang.
Kalau nanti ga tau

Nanti sore bisa ketemu sebentar?

Ada perlu apa ya bang?

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang