Chapter 24

88.3K 4.3K 108
                                    

Author Pov.

Seorang wanita tengah berpikir keras di teras rumahnya yang sejuk, ia tengah memikirkan cara untuk membuat suaminya segera move on. Telunjuk tangannya menyentuh dagu pertanda dia sedang berpikir.

"Apa aku harus memakai lipstik merah darah ya?" Gumamnya.

"Ih apasih. Kayak wanita apaan aku" Ucapnya lagi dengan tawanya.

Selepas pulangnya Mama mertuanya, ia tidak memiliki rencana lain alias mager ngapa-ngapain. Asalkan ada handphone di genggamannya, dunia terasa hanya miliknya. Apasih.

Jam menunjukkan pukul 4 sore dan suaminya belum ada tanda-tanda untuk pulang. Tentu saja ia resah menunggunya di rumah. Apalagi mereka adalah pengantin baru, alias masih anget-angetnya. Namun kenyataannya? Mereka malah seperti es dan api yang saling melebur. Apasih (2).

Ia memandang layar handphonenya dan mengaca. Penampilan cantiknya ini hanya untuk suaminya, jika suaminya pulang ia akan membuat suaminya betah dirumah.

Seakan mengerti pikiran Azzahra, mobil suaminya sudah datang dan keluarlah seorang lelaki menenteng tas kerjanya. Penampilannya kusut namun masih tetap terlihat tampan.

Zahra menghampiri dan menyalimi telapak tangan sang suami. Sang suami pun membalasnya dengan mencium pucuk kepala istrinya yang berhijab. Batin Refan penuh haru, dulu ia bermimpi mempunyai keluarga kecil yang saat ia pulang sang istri telah menunggunya dan membuat rasa lelahnya menguar, meski dalam mimpinya itu ia menginginkan kehadiran Anisya bukan Azzahra.

"Semua figura kamu taruh dimana Azz?" Tanya suaminya sesaat sudah masuk rumah. Rumahnya terlihat kosong dan hanya lukisan ikan emas di dinding ruang tamu. Tentu saja lelaki itu bertanya-tanya.

"Aku pindahin soalnya tadi ada Mama, sudahlah mas. Sini biar aku lepas jas dan dasinya, mas kan capek pulang kerja" Ucap Zahra selembut mungkin. Selepas ia membawa tas kerja suaminya, ia juga ingin melakukan hal ini.

"Yakin cuma jas dan dasi?" Seringaian jahil Refan yang hatinya mulai luluh yang membuat pipi Zahra memanas.

"Iya ih. Maunya memang apa?" Tanya Zahra sambil menarik dasi yang mencekik leher suaminya.

Ia tak tahu kenapa tiba-tiba ia bertingkah begini. Padahal jika diingat tadi pagi mereka baru bertengkar. Zahra hanya teringat pesan mama mertuanya tadi pagi.

"Cara menaklukkan hati Refan itu mudah Ra. Cukup kamu beri perhatian dan agak agresif, pasti dia tidak menolak" Itu mamanya lho yang bilang.

Posisi mereka sangat dekat sampai Zahra bisa mendengar detak jantung sang suami. Selepas membuka ikatan dasi, ia membantu melepas jas suaminya dan hanya tersisa kemeja merah maroon dan celana kain.

"Ini gak dibuka juga?" Ucap Refan menunjuk kancing kemeja. Zahra mencibir.

"Mas kan bisa sendiri" Jawab Zahra lalu berbalik. Belum sempat ia melangkah, tangan sang suami menahan pinggangnya dan membaliknya menghadap Refan.

"Aku juga ingin membuka sesuatu" Ucap Refan sambil menatap istrinya. Istrinya menatapnya seakan tak mengerti.

Refan membuka hijab instan sang istri dan terpampanglah wajah Zahra yang semakin cantik dengan rambut hitam terawatnya. Zahra memekik dan berusaha menjauh namun sang suami lebih tahu pergerakannya dan membuat mereka semakin dekat.

Refan memeluk Azzahra dan menenggelamkan kepalanya di tengkuk istrinya. Ia mencium aroma mawar yang ia duga adalah sabun istrinya dan menyesapnya dalam. Ia mencoba melepaskan bebannya seharian ini dengan istrinya. Zahra merasakan geli saat sang suami menciumi lehernya, ia ingin mendorongnya namun ia tak ingin merusak moment. Bukanlah ia yang awalnya memulai?

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang