Chapter 11

101K 5.3K 132
                                    

Ciee langsung buka. Mau tanya dulu dong, siapa disini yg pernah ke Bali? Cung dong dan share pengalamannya. Yang dimaksud bukan Bali ngomah yaa! Hehee.

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia! Okeyy.

Author Pov.

"I hope this is a dream"

Pantai Kuta

Pantai Kuta terletak di daerah Denpasar, dekat dari Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai. Pemandangan yang indah dan fasilitas yang nyaman membuat Refan memilih berlibur disini untuk merilekskan tubuhnya yang lelah di bangku nyaman di sekitar pantai.

Lain hal dengan Azzahra, ia begitu ingin menikmati sunset di Pantai Kuta sejak dulu, meskipun ia dulu pernah menginjakkan kaki di pulau dewata saat PPL Kuliah, tetapi waktu itu mereka tak diizinkan dosen untuk kemari.

Baju panjang Zahra terus berkibar saat ia berjalan menuju bibir pantai, sambil menemani Rama bermain pasir, ia melihat pemandangan di sekelilingnya, banyak turis asing berjemur dan juga anak-anak remaja yang berebut foto dengan bule. Hmm, seperti dia dulu :v

"Aunty lihat istana buatan Rama" Ucap Rama disamping Zahra sambil menunjuk istana pasir yang nampak rapuh.

"Waah bagus sekali. Kamu pinter bikinnya" Puji Azzahra pada Rama. Rama tersenyum puas, ia antusias dan semakin kreatif dalam menata istana itu.

Tiba-tiba ombak pasang datang dan membuat istana yang Rama buat hancur dan terseret ombak ke lautan. Zahra melihat itu dan membuatnya tak tega pada anak kecil yang melihat hasil kreasinya terseret ombak dengan tatapan tak terbaca.

"Sudah gak papa ya, kita buat lagi disana" tunjuk Zahra pada area yang jauh dari air. Rama menggeleng pelan.

"No aunty, I'm fine. Air itu baik sekali mengantarkan istana yang Rama buat untuk dikirim ke dalam sana" Ucap Rama sambil menunjuk lautan luas di depan dengan ekspresi tenang membuat Zahra tertohok secara tidak langsung.

Anak sekecil ini sudah bisa berpikir positif tanpa ada pikiran negatif sedikitpun, percaya dan belajar ikhlas bahwa apa yang tak bisa kita miliki itu lebih baik.

Zahra mengelus pucuk kepala Rama pelan. Ia bangga sekali dengan sifat Rama yang tergolong polos tetapi ternyata bisa lebih dewasa darinya.

"Look aunty, sunset!" Seru Rama ke arah matahari. Zahra tersenyum dan melihat ke arah matahari itu. Ia lalu duduk di pinggir pantai dengan Rama disampingnya, ia bahkan tak peduli bajunya kotor.

Cahaya orange yang indah akan segera turun. Cahaya indahnya membuat siapapun yang melihat terkesima. Kenapa saat-saat terakhir itu harus indah, jika pada akhirnya harus menghilang? Karena terkadang perpisahan itu harus manis untuk membuatnya selalu dikenang. Harus terlihat cantik meski itu yang terakhir kali. Perlahan sinarnya meredup meninggalkan bumi yang diterpa kegelapan.

"Aku suka melihat matahari terbenam aunty, tapi aku gak suka gelapnya malam" Celoteh Rama setelah sunset berakhir. Zahra sempat mengernyit sebelum akhirnya berkata.

"Kenapa gak suka? Karena gelap?" Tanya Zahra.

"Yeah. And scary" Ucapan Rama mengecil.

"I don't like it" lanjutnya lagi.

"Kalau Rama gak suka malam, lalu Rama nanti tidurnya gimana?" Tanya Zahra sengaja memancing Rama.

"Aku bisa tidur di siang hari aunty" Ujar Rama. Zahra mangut-mangut.

"Nanti bunda sama papa Rama kerja terus, kalau enggak ada malam hari" Ucap Zahra. Anak itu nampak sedih.

"I know aunty, di malam hari pun mereka masih bekerja. They don't care about me!" Ucap Rama dengan keras membuat Zahra mengingat perkataan Refan tentang mamanya yang seorang wanita karir.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang