Chapter 21

89.4K 4.8K 114
                                    

"Apabila seorang suami memandang istrinya dan istrinya memandang suaminya, maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan rahmat (kasih sayang). Dan jika suami memegang tangan istrinya, maka dosa keduanya akan berguguran dari celah jari-jarinya"

Azzahra Pov.

Aku kira pernikahanku dengan Mas Refan akan baik-baik saja mengingat suamiku nampak yakin dengan ucapan dan perbuatannya sebelum kami menikah. Dari awal, ia nampak membuka hatinya di tahap pertama kami dijodohkan. Tangannya menyambutku dengan senyuman tulus darinya membuatku yakin, bahwa ia adalah lelaki terbaik pilihan orang tuaku.

Namun siapa sangka semua akan berubah begitu cepat? Kurasa aku baru tersadar bahwa perubahan itu sudah terasa saat hari dimana kami menjadi raja-ratu sehari. Dimana kami berubah menjadi... Dingin dan asing.

Apakah aku menyesal? Tidak. Aku yakin Allah sedang mengujiku untuk mempertahankan rumah tanggaku sekarang. Aku tidak boleh menyerah sebelum bendera perang dikibarkan!

"Azz" Lamunanku terhenti saat suamiku memanggilku di teras rumah. Aku berada diluar karena tak sanggup masuk ke dalam rumah yang membuat hatiku sakit.

"Iya mas" Jawabku sambil menoleh.

"Kamu bisa memasak gak? Aku lapar, kamu gak lapar?"

"Iya mas. Mau kumasakin apa?" Tanyaku. Baru kusadari bahwa perutku ikut keroncongan karena hal yang membuat emosiku tak karuan.

"Terserah kamu. Bahan-bahannya sudah lengkap di refrigerator, kamu hanya tinggal memasak" Ucapnya lalu mendekat dan duduk di kursi sebelahku.

"Mas emm kalau boleh, semua foto-foto itu dicopot aja kali ya!" Ucapku dengan sedikit takut. Aku tahu ia memiliki kuasa penuh di rumah ini. Tapi apa ia tak berpikir bahwa aku merasa sakit?

"Besok saja kita pindahkan separuhnya. Untuk sekarang kita istirahat dulu, biarkan foto itu disana" Aku melirik suamiku yang berekspresi datar dengan aura tak terbaca.

"Iya mas. Aku masuk dulu ya, mau masak!" Aku berdiri karena tak mau berlama-lama melihat ekspresinya, aku masuk kedalam rumah yang lagi-lagi membuatku sakit.

Ya Allah. Boleh gak sih aku lorotin semua figura ini?! Dari ruang tamu hingga melewati lorong kok ya penuh dengan fotonya.

Akhirnya aku sampai di dapur yang terdapat mini bar di pojok ruangan. Aku melihat seisi dapur yang sudah lengkap peralatannya. Ternyata rumah ini dibangun memang untuk wanita impian suamiku. Bukan diriku... Ah kamu siapa Azzahra! Batinku lagi-lagi memberontak.

Aku membuka pintu kulkas yang lagi-lagi berstiker nama suamiku dan wanita yang bernama Anisya. Seistimewa apakah wanita itu? Hingga semua furniture rumah ada namanya?

"Ayam, sosis, timun? Ini yang dinamakan lengkap?!" Aku nyaris mengeluarkan serapah untuk suamiku. Dasar pembohong memang.
Aku memutuskan untuk membuat nasi goreng sederhana saja, dengan suiran ayam dan sosis untuk pelengkapnya. Itu masuk kategori sederhana bukan?

Aku mengambil celemek dan kupasang di tubuhku. Dengan langkah cekatan aku membuat bumbu nasi goreng andalanku lalu menggoreng nasi yang sudah aku beri bumbu ulekan. Selang 10 menit nasi goreng sudah tersaji di dua piring berukir R & A. Boleh iri gak sih sekarang?

Aku lagi-lagi menghela nafas. Di sudut-sudut kecil saja tetap ada nama wanita itu. Haruskah aku bertanya pasal siapa dia?

"Sudah selesai Azz?" Tanya Mas Refan di pintu dapur.

"Sudah mas. Sini duduk" Ucapku sambil menggeser kursi makan. Aku melepas celemekku dan duduk di samping suamiku.

"Selepas makan aku ingin bicara mas" Ucapku dan hanya diangguki suamiku yang sudah mulai makan. Ia memang sudah nampak kelaparan sedari tadi.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang