CHAPTER FIVE
Hari itu aku menemukanmu, dan aku langsung yakin kalau takdir sedang menampakkan titik terangnya.
--ERLANGGA--
SELAMAT MEMBACA
*****
Tok... tok...
"Assalamu'alaikum,"Tok... tok...
"Pagiiiiiii,"Tok.... tok...
"Anybody home?""Tok-torok-tok-toktok," suara di balik pintu makin menggema, menandakan si pelaku tidak sabar dipersilahkan masuk.
Sekali lagi.
Lagi, selanjutnya mendapat respon dari Anne yang membukakan pintu dengan celemek yang masih melingkar di leher.
"Eh," kaget Anne melihat sosok yang mengetuk pintunya pagi-pagi ternyata si cashier.
"Pagi tan,"
"Kok tahu rumah tante?" Tanya Anne penasaran sambil menggiring si cashier ke teras, "duduk dulu ganteng!"
"Aku mau nagih janji tante!" Todong pria itu tiba-tiba.
"Loh?" Anne mengerutkan dahinya bingung.
"Jangan pura-paura lupa! Aku mau ambil anak tante."
"Hah? Maksudnya apa ini?" Anne makin bingung dengan arah pembicaraan pria itu.
"Dia milik aku sekarang Tan." Tandas pria itu masih ber-acting.
Niatnya ingin membuat Anne penasaran, malah membuat wanita paruh baya itu naik darah. "Eh, enak aja mau ambil-ambil. Anak tante ya milik tante lah!"
Anne langsung beranjak dari duduknya, komat-kamit tidak karuan meninggalkan pria itu yang duduk mematung. "Dasar wong edan! Pagi-pagi datang ke rumah orang ngomong ngelantur. Duh gusti rabbi, kenapa zaman sekarang ada cowok ganteng-ganteng tapi halu."
Pria itu tak tinggal diam, dia bicara lantang sampai Anne ingat siapa tamunya pagi ini. "Tante lupa sama janji 21 tahun lalu sama anak 4 tahun yang ngutuk tante Ann biar punya anak perempuan, sekaligus adik buat Ferro?!"
Derp.
Anne menghentikan langkahnya lalu berbalik menelisik pria itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Elang?" Tanyanya mengira-ngira.
Masih belum ada respon dari pria yang baru saja membuat mamih berkerut kesal.
"Elang!" Anne memeluk erat pria berparas tampan itu, "ini bener Elang anaknya si Jams sama Jane?"
"Iya tante Ann," jawab pria bernama Elang yang juga membalas pelukan Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARRELL
ChickLitAku berkepribadian melankolis yang perfeksionis, sedangkan kamu seorang korelis yang antusias dan ekspresif. Aku ber-ideologi pada visi sementara kamu lebih kepada misi. Kita berbeda. Kamu menginginkanku, tapi tidak denganku. --N...