CHAPTER NINETEEN
It's a fake smile today, but I will get your sincere smile someday. Cartainly!
--ERLANGGA--
SELAMAT MEMBACA
*****
Mata elang Erlangga menembus ke dalam iris cokelat Nadilla. Sementara gadis itu masih tidak berkutik sedikitpun dan segera mengalihkan pandangannya menghadap tembok. Bahkan bibirnya mendadak kelu hanya untuk mengatakan, 'sebaiknya lo pulang' atau 'ngobrol di teras saja'.
Semakin di tatap gadis itu semakin salah tingkah. Ia memilin jari jemarinya gerogi, apalagi ketika Erlangga berpindah duduk menjadi lebih dekat dengannya.
Refleks Nadilla bangkit, ia bilang akan mengambil cemilan ke dapur, nyatanya itu hanya sebuah alibi. Semata-mata hanya untuk menyelamatkan dirinya dari kondisi terancam ini.
Belum sempat Nadilla melangkah, Erlangga menarik tangannya sampai gadis itu terduduk kembali di sofa. Dengan jarak yang semakin dekat Erlangga terus menggenggam tangan gadisnya, tatapannya lekat dan penuh kehangatan. Yang membuat gadis itu tak nyamain ialah mata Erlangga yang tidak beralih sedikitpun mengabsen setiap inchi wajah cantik Nadilla.
Dengan sangat berani Erlangga semakin mendekatkan wajahnya, semakin dekat dan ya, kini Nadilla sudah merasakan hembusan nafas pria itu di sekitar wajahnya. Jantung Nadilla memburu cepat seakan ingin lepas dari tempatnya. "Apa yang akan Erlangga lakukan?"
Dengan lembut Erlangga menyentuh rambut Nadilla, menyampirkannya ke belakang telinga hingga wajah cantik itu tidak terhalang oleh sehelai rambutpun.
"Satu senti saja lo mendekat , gue colok mata lo pakai kuku berkutek gue!" Tandas Nadilla, tapi sayang ia hanya bersumpah dalam hatinya tanpa mengatakan.
Erlangga tak mengindahkan respon gugup Nadilla. Ia melanjutkan aksinya dengan sangat percaya diri. Pria itu tidak akan membiarkan ada jarak yang menghalanginya mencapai Nadilla. Hembusan napasnya kini semakin terasa menggelitik leher jenjang gadis itu. Pria itu sudah tidak tahan mengakhiri ini semua, ia membuka bibirnya perlahan membuat Nadilla semakin tidak berkutik.
Nadilla mengerutkan keningnya ketakutan, dengan perlahan gadis itu memejamkan matanya. Bukan maksud untuk memberi kebebasan Erlangga melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya, tapi sungguh Nadilla tidak pernah ada di kondisi seperti sekarang yang membuat tubuhnya gemetar hebat.
Erlangga segera mengakhiri aksinya beberapa detik lagi. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Nadilla dan membisikkan sesuatu, "gue balik aja dear!"
Satu kalimat yang membuat Nadilla sadar tengah dipermainkan mebuatnya refleks menghempaskan genggaman tangan Erlangga.
Seketika tawa Erlangga mencuat memenuhi ruangan itu. Korban kejahilan Erlangga kini menatap sadis ke arah tersangkanya tanpa ampun. "PULANG SANA!" Teriak Nadilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARRELL
ChickLitAku berkepribadian melankolis yang perfeksionis, sedangkan kamu seorang korelis yang antusias dan ekspresif. Aku ber-ideologi pada visi sementara kamu lebih kepada misi. Kita berbeda. Kamu menginginkanku, tapi tidak denganku. --N...