CHAPTER TEN
Laki-laki itu yang dipegang janjinya. Tapi gue belum menemukan apa yang bisa dipegang dari wanita. Bisa kasih tahu gue para ladies?
--ELANG--
SELAMAT MEMBACA
*****
Hari ini merupakan kali pertama Janneta bicara pada Nadilla, anak dari teman lamanya. Jika awalnya canggung, tapi sepuluh menit berlalu mereka sudah semakin akrab. Yang tadinya mengobrol tentang Elang kecil, kini Janneta beralih pada masa sekarang.
"Kata Anne kamu mahasiswa berprestasi UI ya sayang?" Tanya Janneta pada gadis di seberang telpon. Keakraban mereka terdengar ketika Janneta memanggil Nadilla dengan sebutan sayang. Entah mengapa gadis itu merasa terenyuh mendapatinya.
"Iya tante," jawab Nadilla.
"Waaah," kata Janneta kagum, wanita itu menggantung ucapannya, "kalau kamu sama Elang tante setuju banget!"
Deg. Tiba-tiba jantung Nadilla berkontraksi semakin kuat dan cepat. Kini gadis itu terpaku dengan masih mendengarkan Janneta.
"Elang ganteng, kamunya cantik." Kata Janneta menafsirkan, pasalnya wanita itu belum pernah bertemu Nadilla secara langsung.
"Cerdas plus jenius. Anak kalian nanti bisa jadi melebihi kepintaran Einstein." Ujar Janneta bersemangat.
Nadilla menghembuskan napasnya panjang. Kini gadis itu menarik sudut bibirnya ke atas. Untung saja mereka sedang bercakap di telpon. Kalau tidak, pasti gadis itu sangat malu karena sekarang pipinya sedang memerah.
"Memang Elang gimana tan sekarang?" Tanya Nadilla mengalihkan pembicaraan.
"Gimana apanya nih?"
"Ya itu tan," jawab Nadilla terdengar malu-malu.
"Tanya aja semuanya yang mau kamu tahu tentang Elang! Tante akan jawab jujur." Tawar Janneta terkekeh.
"Elang kerja apa tan?" Tanya Nadilla dengan pertanyaan mainstream-nya
"Kerja apa ya?" Ucap Janneta malah balik bertanya. "Dia sedang merintis usaha sih."
"Pengusaha muda ya tan."
"Bisa dibilang gitu. He he he."
"Tante pasti bangga banget punya anak yang sukses di usia muda." Kata Nadilla menafsirkan.
"Hmm." Jawab wanita itu mengiyakan.
Ya, Janneta memang bangga sekali punya anak seperti Elang. Selain mandiri, Elang juga tidak pernah berkata sedikitpun yang menyakiti hati Janneta dan Jams. Bisa dibilanng kalau Elang anak yang berbakti. Mungkin hanya satu kekurangan Elang di mata Janneta, sikap Elang yang semaunya sendiri kadang membuatnya kesal juga.
"Sayangnya pekerjaan Elang sekarang nggak nyambung sama pendidikan saat dia kuliah. Susah diatur dia tuh!" geram Janneta.
"Gimana tan maksudnya?"
"Elang kuliah medis, tapi setelah lulus malah mengikuti jejak papanya, sebagai pengusaha." Janneta menghela berat. "Kalau gitu kenapa dari awal nggak kuliah bisnis aja!" Wanita itu geleng-geleng tak habis pikir.
"Oh ha ha ha." Nadilla terkekeh. " Mungkin itu sudah pilihan Elang tan." Jawab Nadilla bijak. Namun sebenarnya bertolak belakang dengan prinsipnya yang tidak toleransi dengan keputusan Elang. Seseorang itu harus berusaha dan teguh dengan tujuan awalnya, begitulah Nadilla memaknai hidupnya.
"Yang bikin tante nggak habis pikir juga, dia nggak pernah mau pacaran. Padahal umurnya sekarang 26 tahun. Tante udah wanti wanti terus buat cari calon istri, tapi nggak pernah digubris sama dia." Tutur Janneta terdengar kesal.
"Alasannya tan?" Tanya Nadilla. "Bukannya Elang sudah mapan?"
"Nah itu dia!" Janneta bergeming, "Alasannya karena kamu!"
"Hah? Aku tan?" Tanya Nadilla yang refleks menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Dia nunggu kamu."
Janneta menghela panjang, lalu melanjutkan ucapannya. "Karena merasa punya janji sama Anne waktu usia empat tahun buat jaga kamu, jadilah dia nggak pernah mau pacaran sama perempuan manapun!" Tutur Janneta prihatin.
Sementara di tempat lain, Nadilla dibuat menganga oleh penuturan Janneta. Sampai segitunya ya janji anak usia empat tahun? Elang benar-benar ingin menepati janjinya?
Sedetik kemudian Nadilla berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Ia seratus persen yakin bisa memegang janji pria itu. Dan Elang benar-benar telah menggenggam hati Nadilla dengan perbuatannya.
Keinginan Nadilla semakin mantap untuk bertemu Elang, pria yang 21 tahun lalu berjanji untuk mengambilnya ketika sudah dewasa. Seketika gadis itu tersenyum lebar, yang otomatis membuat matanya menyipit.
"Tapi tante udah nggak khawatir lagi, karena hari yang ditunggu-tunggu akan tiba juga." Kata Janneta mulai bicara lagi.
Nadilla mengerutkan dahinya tidak paham. "Maksudnya tan?"
"Elang nggak bakal nolak lagi kalau tante nyuruh dia cepet-cepet nikah." Ucap Janneta tegas. Dan untuk kedua kalinya Janneta membuat Nadilla tersipu malu.
*****
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
DARRELL
ChickLitAku berkepribadian melankolis yang perfeksionis, sedangkan kamu seorang korelis yang antusias dan ekspresif. Aku ber-ideologi pada visi sementara kamu lebih kepada misi. Kita berbeda. Kamu menginginkanku, tapi tidak denganku. --N...