CHAPTER SEVENTEEN
-FLOWERINA-
Gadis remaja usia 16 tahun yang mulai mengerti arti CINTASELAMAT MEMBACA
🌻🌻🌻🌻🌻
Setelah menyelesaikan revisi skripsi Nadilla, Erlangga mengajak gadis itu untuk ikut dengannya ke suatu tempat. Tanpa ada penolakan Nadilla mengangguk setuju. Namun sebelum beranjak Nadilla melihat ponselnya yang dari tadi di silent ternyata ada banyak panggilan tak terjawab dari Daesy. Tanpa pikir panjang ia segera menghubungi Daesy, balik.
"Bentar ya Er, aku telepon Daesy dulu takut ada yang penting." Erlangga mengangguk.
"Hallo Des, sorry tadi lagi nggak pegang hp. Kenapa telepon?" Tanya Nadilla setelah sambungan teleponnya terhubung.
Nadilla tersentak ketika Daesy merengek keras sampai terasa menembus gendang telinganya. "Dill, please temenin gue konsul skripsi ke rumah ma'am Roro. Tadi beliau wa gue katanya ditunggu revisiannya sore ini di rumahnya. Diiilll please gue takut."
"Iya iya lo tenang dulu Des. Tapi lo udah kerjain tugas-tugas ma'am Roro kan?"
"Udah sih, tapi gue takut aja. Lo temenin gue ya?" Rengek Daesy makin menjadi.
"Emm, sebenernya gue udah ada janji sama orang sih," Nadilla menggantung ucapannya lalu melirik Erlangga. Pria dihadapannya mengangkat kedua tangannya seakan bertanya, ada apa?
Nadilla meminta Daesy untuk menunggu seraya menjelaskannya pada Erlangga. Pria itu seakan diingatkan akan janjinya pada Flowerina. Ya Erlangga membatalkan rencananya mengajak Nadilla pergi. Ia menawarkan Nadilla untuk bersama-sama ke rumah ma'am Roro, dengan Daesy juga tentunya.
"Kamu ada urusan apa di rumah ma'am Roro?" Tanya Nadilla saat di perjalanan menjemput Daesy.
"Gue mau ngobatin Flowerina, anaknya ibu tiri." Jawab Erlangga jujur. Akhirnya Nadilla tahu juga perihal Flowerina. Alasan mengapa setiap sore hari Erlangga selalu absen saat berkunjung ke rumahnya, itu semua karena ia rutin setiap sore untuk memberikan terapi pada Flowerina atau sekedar mengecek kondisi gadis itu.
"Bukankah kamu reseacher?" Tanya Nadilla mengingat percakapan mereka saat di cafe.
"Researcher yang menyambi jadi dokter pribadi." Tambah Erlangga.
Ya. Pertanyaan bodoh macam apa itu Nadilla. Bagaimanapun Erlangga itu seorang dokter. Jadi meski ia tidak kerja di rumah sakit, dia tetaplah dokter. Dan ia bebas melakukan apapun yang ia sukai bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DARRELL
Literatura FemininaAku berkepribadian melankolis yang perfeksionis, sedangkan kamu seorang korelis yang antusias dan ekspresif. Aku ber-ideologi pada visi sementara kamu lebih kepada misi. Kita berbeda. Kamu menginginkanku, tapi tidak denganku. --N...