6. ACC, Ma'am Roro!

197 34 51
                                    

CHAPTER SIX

 karena melumpuhkan Ma'am Roro diperlukan kesabaran yang haqiqi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..... karena melumpuhkan Ma'am Roro diperlukan kesabaran yang haqiqi.

--MAHASISWA TINGKAT AKHIR--

SELAMAT MEMBACA

*****

HARI ini adalah paling menentukan masa depan Nadilla. Bagaimana tidak, ia sudah menargetkan agar bisa sidang skripsi minggu depan, selanjutnya daftar wisuda bulan Januari 2018.  Kemudian mewujudkan mimpinya menjadi advokat luar negeri, keliling dunia dengan pekerjaannya. Menjadi wanita karir yang sukses juga tidak luput dari list targetnya. Kalau semua targetnya sudah ter-checklist, lalu apa lagi kalau bukan menikah dengan pria tampan yang juga sudah mapan. Senyumnya mengembang. Betapa sempurnanya hidup ini.

.

.

.

.

.

"REVISI!"

Ah sial! Kata itu langsung menghunusnya tepat di jantung. Bayang-bayang Ma'am Roro menghantui gadis itu, seakan membisikkan kalau targetnya terlalu muluk-muluk. Rencananya buyar! Rasanya ingin mati saja kalau Ma'am Roro kembali mengeluarkan pena andalannya hari ini, PENA TINTA MERAH!

Sebelum Nadilla bisa melumpuhkan Ma'am Roro, hidupnya tak akan tenang.

"Ya Allah... bantu Odil menghentikan kekejaman dosen 8 anak ini....."

Sambil membereskan berkas, Nadilla keluar dengan pakaian serba rapi. Bertemu dosen paling disegani dengan diantar oleh Erlangga-- pria super menyebalkan membuat harinya benar-benar sempurna.

Sangat buruk!

Nadilla tidak habis pikir kenapa Anne mengizinkan orang yang baru dikenalnya satu hari untuk membawa pergi anak gadisnya. Dan dia tidak bisa menolak. Menyebalkan!

Nadilla berdiri di belakang Erlangga yang terduduk bosan membolak-balikkan majalah.
Gadis itu berdeham, memberi kode kalau dirinya sudah siap.

Erlangga segera menutup majalahnya dan dengan sigap langsung berdiri menghadap Nadilla, "udah siap dear?"

Nadilla berdecih. "HEH! EMANG LO PIKIR GUE SIAPA LO?!"

Nadilla memelototinya. Di sisi lain Erlangga malah tertawa tanpa dosa.

"Kalian serasi banget ih, warna bajunya mirip," kata Anne yang juga ikut berdiri.

"Namanya juga jodoh tan," kata Erlangga menatap Nadilla. Sekarang gadis itu bukan cuma memelototinya, tapi berkacak pinggang. Erlangga malah tertawa lebih puas, sementara Nadilla langsung membuang muka, malas meladeni.

DARRELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang