1. aku nggak mimpi 'kan???

739 22 0
                                    

Chapter 1
" Jangan pergi !! Kumohon teruslah bersamaku. Aku janji tidak akan mengulanginya"
" Tidak. Aku tidak akan percaya padamu lagi."
" Tolonglah. Beri aku kesempatan sekali lagi...."
" terserah. Aku tak mau.Kau Dan mulut manismu itu munafik. Aku membencinya."
" Kita tak harus seperti ini kan. Seharusnya kamu nggak perlu sampai membenciku karena aku
menyentuh pergelangan tanganmu. Menurutku itu terlalu berlebihan."
" Berlebihan katamu? Kamu pikir aku perempuan murahan seperti itu? Aku menghindar dari para laki laki karena aku menjaga diriku untuk suamiku di masa depan. Aku tidak seperti perempuan di luar sana yang tidak masalah disentuh,dipeluk,dicium seperti yang kamu pikirkan. Dan karena kamu laki laki dan baru saja melewati batas terhadapku, aku tidak akan memaafkanmu semudah itu. Brengsek!"
" Apa kamu memang sesuci itu?"
"....."
" Kalau begitu biarkan aku jadi lelaki beruntung yang bisa sesuka hati menyentuhmu di masa depan. Aku akan sangat bahagia bisa menjadi lelaki beruntung itu."
" Apa?"
" Bulan depan kita menikah. Orangtuamu sudah menyetujui ini."
" Hah?????!!"
"Aku sangat mencintaimu istriku."
"Kamu... Kamu gila.....!!"
Aku segera berlari meninggalkannya. Laki laki itu pasti bercanda. Mana mungkin aku menikah dengannya. Padahal aku baru sweet seventeen 2 bulan yang lalu. Dan ini bodoh. Mama papa tidak
mungkin menikahkan ku dengan laki laki berumur 23 tahun itu. Dia pasti bercanda. Seharusnya.
Aku segera naik taksi yang kebetulan lewat. Laki laki itu tak berhasil mengejarku. Aku bersyukur sekali. Taksi melesat pergi menuju rumah setelah aku memberi tahu alamatku.
Sebenarnya aku kenal dengan lelaki itu sebulan yang lalu. Dia tak sengaja menabrakku saat aku pulang sekolah. Dia minta maaf dan mangajakku makan siang bersama sebagai permintaan maaf. Aku mengikutinya karena kebetulan aku belum makan siang dan kami makan di cafe yang tak jauh dari sekolah. Jadi aku tak perlu khawatir jika laki laki itu macam macam , dan tempat itu pun aku sangat
mengenalnya dengan baik.
" Aku benar benar minta maaf untuk insiden tadi." Ujarnya
" Tidak apa apa kak. Lagian nggak ada yang luka kok." Jawabku
" Oh ya, by the way nama kamu siapa?"
" Liqamaria putri . Biasa dipanggil liqa."
" Oh.."
" Kakak?"
" Realif nathan. Biasa dipanggil rea"
" Oh.. Kak rea."
" Kelas berapa sekarang?"
" Udah tamat sma kak. Seminggu yang lalu selesai UNBK."
" Eh.. Berapa umur kamu?"
" Sebulan yang lalu 17 tahun."
" Wow keren. Anak aksel ya?"
" Haha nggak kak. Cuman memang cepat masuk sekolah. Umur 5 tahun aku langsung masuk SD karena udah pinter baca buku."
" Wow.. Keren.."
" Kalo kakak?"
" Baru aja tamat kuliah. Sekarang direktur di salah satu cabang perusahaan milik papa."
" Wah.. Hebat.. Langsung megang perusahaan."
" Biasa aja sebenarnya. Kakak memang dari awal udah di ajarin bisnis."
"Oo.. Pasti seru ya kak. Aku juga ingin kerja di perusahaan kayak gitu. Tapi mama nggak bolehin.
Katanya ' habis tamat sma mama bakal cariin kamu suami dan cukup jadi ibu rumahtangga. Nggak perlu capek capek kerja.'
Padahal kan aku juga ingin kerja"
" Mungkin mama kamu ingin yang terbaik buat kamu. Doa'in aja setelah sma ini kamu dapet
suami yang bolehin kamu kuliah juga kerja."
" Yah.. Semoga aja kak..."
Sejak saat itu aku sering ketemu sama kak rea . Tapi mama masih memperkenalkan aku dengan
anak temannya yang rata rata sudah bekerja. Terakhir aku di perkenalkan dengan laki laki umur 24 tahun. Wajah nya nggak pas passan tapi aku tak minat. Pertemuaanku dengan kak rea pun jadi pelarian dari segala ancaman mama masalah pernikahan.

Tapi itu nggak berlangsung lama. Sampai akhirnya kak rea ingin aku jadi pacarnya. Aku sudah
wanti wanti bakal nolak kalau saja kak rea tak berani beraninya menahan ku pergi dengan memegang lenganku saat aku bilang aku tak mau pacaran.

Seumurku hidup aku memang tipe perempuan tertutup di hadapan pria.

Tapi jika di depan
perempuan aku sebaliknya.

Aku bisa 5 kali lebih terbuka dari pada teman teman ku yang lain. Dan karena itu aku tak pernah pacaran. Dekat kurang dari satu meter aja tak pernah. Aku memang punya prinsip. Aku tak akan biarakan siapapun yang bukan muhrimku menyentuh ku seujung jari dari tubuh ku. Itu karena aku ingin suamiku di masa depan lah yang pertama kali menyentuh ku. Dan dia pun yang terakhir kali.
Dan karena kak rea, aku tak menyangka semua pengorbananku selama ini jadi sia sia.

Aku benar benar membenci pria berengsek itu.

Sesampainya di rumah mama langsung menarikku ke kamar. Aku tak tau ada apa tapi mama
sepertinya senang sekali. Dia mengambil plastik yang di gantung di kamarku dan mengeluarkan isinya.

Aku tau apa itu.

Dress yang mama belikan 2 hari yang lalu.

" Ganti pakaianmu, mandi , dan pakai baju ini. Kita pergi ketemu teman mama malam ini."

" Tapi ma? Aku kan baru pulang sekolah."

" Sayang... Mama ingin yang terbaik buat kamu. Ikut aja apa kata mama ya. Ini yang terakhir.
kamu harus tampil secantik mungkin. Mama nggak bakal nerima penolakan kamu disana atau penolakan dari calon kamu. Ini adalah yang paling tepat , jadi jangan buat malu mama sayang."
" Tapi ma, aku kan masih pingin sama mama. Aku nggak mau dinikahin secepat ini. Aku mohon ma....aku pingin kuliah."

" Masalah kuliah tanya sama suamimu nanti. Sudah..... Cepat mandi sana!"

" Hah..."

Mama langsung keluar dari kamar ketika aku mengambil handuk. Percuma saja membujuk mama.

Mama keras kepala.

Mama dan papa segera menyambutku di bawah setelah aku di dandani oleh pembantu rumah.

Mama histeris saat aku turun dengan di baluti dress di bawah lutut dan kaki ku yang dibaluti lajing hitam. Aku memakai pasmina yang dipadukan dengan dua warna. Make up natural yang cukup membuat wajah ku terlihat lebih cantik dari biasanya.

Kami pergi dengan supir pribadi.

Dan aku tau apapun yang terjadi setelah ini takkan jadi sesuatu
yang indah seperti yang seharusnya.

Sesampai di restoran yang di janjikan, mama langsung mengaitkan tanganku di lengannya. Dia membisikiku untuk tidak menolak calon yang di ajukannya kali ini. Dan aku yakin aku takkan bisa
menolaknya nanti.

Mama bisa murka,dan aku akan binasa.

Saat melihat kami, teman mama langsung melambaikan tangan. Aku dapat melihat dua lelaki di
sebelahnya yang aku tau kalo itu suami beliau dan calon suami ku. Hanya saja aku tak dapat melihat wajahnya karena mereka membelakangiku.

Kuharap semoga colonku bukan om om umur 27 tahunan.

"Ah.. Maaf kami sedikit terlambat karena liqa telat pulang sekolah tadi.! "

"Ah.. Tidak apa apa.. Kami juga baru sampai..."

Mama langsung menyuruhku duduk di sebelah laki laki yang aku yakini adalah calonku dan aku tak bisa melihatnya karena wajahnya membelakangiku karena diasedang berbicara dengan ayahnya.

Aku sedikit penasaran tapi aku tak mau terlihat seperti perempuan ganjen. Makanya aku pun ikut ikutan ngomong sama papa yang sedang memainkan smartphonenya.

" Pa.. Bujuk mama dong batalin acara dinnernya. Aku mual disini."

" Nggak sayang.. Mama udah susahpayah nyediain waktu untuk ini.lagian seharusnya kamu beruntung dong dapat jodohnya cepet."

" Ih.. Papa sama aja sama mama... Nggak ngertiin aku."

Aku memalingkan wajahku ketika waiters datang menata hidangan di atas meja. Dan saat dia pergi aku masih memandangi waiters itu.

"Ah. Gimana kalau kita mulai saja " suami tante vian(teman mama) pun membuka percakapan.

"Tapi sebelum itu gimana kalau mereka kenalan dulu." Timpal tante vian.

Butuh beberapa waktu sampai aku sadar kalau mereka membicarkanku.

Aku belum kenalan dengan
calonku.

Aku pun menoleh.

Dan disaat bersamaan calonku juga menoleh padaku.

Aku terkejut saat melihat wajahnya.

Realif nathan

Dia tersenyum. Menjulurkan tangannya meminta jabatan tangan dariku.

"Halo. Aku realif nathan."

"Kak...rea..."

Dia tersenyum.

"Aku senang kamu datang liqa"

" Jadi.. Yang tadi nggak bercanda?"

.
.
.
.

To be continued.

Buka Hati? Atau Tetap Bertahan? ( Liqarea ) ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang