"Uh...."
Aku merasa cahaya yang mencoba menerobos kelopak mataku. Rasanya mataku berat. Kepalaku pening. Semoga aku tak sakit. Aku belum masak buat kak rea.
Aku mencoba membuka mataku dan duduk. Aku mecoba memperhatikan sekeliling. Deja vu. Aku seperti pernah merasakan hal ini sebelumnya. Langit abu abu. Tidak. Atapnya berwarna abu abu.
' Kak rea masih dibawah ya?? Sekarang jam berapa?'
Aku melihat ke nakas. Jam weker. Sekarang jam sebelas. Belum dzuhur. Aku masih bisa masak.
Aku mencoba bangkit dari tempat tidur. Sakit langsung menjalar ke seluruh saraf gerakku. Aku kembali duduk. Ini karena aku tidur pagi pagi. Harusnya aku nggak ketiduran tadi.
Setelah keseimbanganku kembali barulah aku kembali bangkit. Anggota tubuhku masih tak dapat aku rasakan hingga aku mencoba berpegangan pada dinding terdekat. Aku mencoba menyesuaikan tubuhku lagi. Hingga aku bisa berjalan normal. Aku langsung ke kamar mandi. Aku membasuh wajahku dan menggosok gigi. Rasanya lebih segar.
" Kak rea dimana? Kok nggak kelihatan sih."
Aku turun ke dapur. Di sana aku liat kak rea sedang membuka kulkas mengambil sesuatu.
" Ngapain kak??"
" Eh? Udah bangun?"
" Udah. Mau masak. Kak rea belum makan 'kan."
" Belum sih..."
" Ya udah.. Aku masak dulu."
Aku berjalan mendekati kak rea yang masih ada di depan kulkas. Aku melihat apa bahan yang bisa di buat untuk makan siang. Saat aku ingin mengambil mie kak rea tiba tiba memelukku. Erat sekali.
" Nggak usah masak. Kita makan di luar aja. Kamu kelihatan capek, sayang."
" Nggak kak, aku nggak capek. Cuman tadi habis tidur jadi agak lemes. Aku masih bisa masak kok."
" Justru karena itu . Kita makan di luar aja. Nanti malam aja kita makan di rumah ya...."
Kak rea melepas pelukannya dan menangkup wajahku dengan kedua tangannya.
" Kak. Jangan di lepas. Anget dipeluk sama kakak"
Aku melepaskan tangannya di wajahku dan kembali memeluknya. Menyamankan wajahku di dadanya.
" Eh?" Aku yakin pasti kak rea melihatku heran sekarang. Tapi pelukannya benar benar nyaman.
Sesaat setelahnya terdengar kekehan dari kak rea dan dia membalas memelukku lebih erat.
" Kamu mau di peluk?"
" Iya..."
" Ya udh . Keruang tengah yuk. Biar bisa sambil duduk."
Kak rea menuntunku ke sofa. Dia duduk menyamping, dan mengangkat kakinya ke atas sofa. Dia segera melebarkan kakinya dan menyuruhku duduk di antara ke dua kakinya.
Tentu saja aku menurutinya. Dan sesaat setelahnya aku kembali berpelukan dengannya. Sungguh
menyenangkan.
" Kok jadi manja gini sih?"
" Kenapa? Nggak boleh?? Kakak 'kan suami aku, salah ya meluk suami sendiri."
" Nggak salah kok. Cuman aneh aja. Tapi kakak suka. Kalau kamu mau sesuatu bilang aja ya
sayang."
" Iya, kakak juga ya.."
" Kamu nggak ngizinin pun aku bakal ngelakuin yang aku suka. Kamu 'kan udah jadi milik aku.
Nggak perlu minta izin pun aku punya hak."
" Serah deh.. Yang penting peluk dulu."
Kak rea mengencangkan pelukannya. Aku menyesuaikan tubuhku biar enak. Kak rea juga begitu.
Beberapa menit setelah itu kami pun memutuskan pergi ke luar buat makan. Sekalian beli sembako buat kebutuhan di rumah.
Di supermarket aku tak sengaja bertemu dengan seyhan. Benar benar tidak terduga. Dia sedang ada
di tempat perlengkapan bayi sendirian tanpa rena. Aku menghampirinya.
" Seyhan? Hai!!"
" Eh? Liqa?? Hai.... Sedang ngapain nih?"
" Beli kebutuhan. Kamu sendiri??"
" Lagi liat liat perlengkapan bayi."
" Ciee.. Yang mau jadi papa nih. Padahal baru 3 bulan kan??"
" Iya... Tapi rasanya udah nggak sabar aja."
" Hahaha..... Mana rena??"
" Di rumah..."
" Nggak ikut????"
" Nggak boleh. Aku takut terjadi apa apa sama dia. Bayinya juga. Aku nggak yakin bisa jaga dia
kalau di luar. Kadang kadang rena rewel."
" Dia memang gitu dari dulu. Kamu harus tegar ngadepin dia."
" Yah.. Walaupun gitu aku tetap sayang sama dia. Kadang kadang rewel nya bikin gemes."
Rena bilang seyhan nggak cinta sama dia. Tapi ini keliatannya seyhan sayang banget sama dia. Aku bahkan yakin ini pertama kali liat seyhan sesenang ini. Apa mungkin dia acting? Atau rena yang sebenarnya salah paham? Aneh.
" Ya udah. Kalo gitu aku ke tempat lain dulu ya..."
" Eh? Itu yang disebelahnya nggak mau di kenalin ke aku??"
" Eh? Oh iya!! Kenalin ini suami aku, kak rea. Kak ini teman aku seyhan."
" Realif nathan."
" Seyhan putra."
Ujar mereka sambil berjabatan tangan.
" Seyhan ini suaminya rena yang waktu itu pulang sama aku pas kakak jemput."
" Oh!! Rena yang itu??"
" Iya."
" Hmm"
" Okey. Kita duluan ya seyhan..." Ujarku sambil menarik tangan kak rea.
" Okey... Dahh"
" Salam buat rena ya!! "
" Sip!!"
Aku meninggalkan seyhan dan saat itu aku bisa merasakn aura bermusuhan dari kak rea. Dia
menatapku tajam.
" Apa kak?? "
" Kamu akrab sekali sama dia?"
" Eh? Kenapa emang kak??"
" Nggak boleh akrab sama laki laki lain!! Aku cemburu!"
" Eeh?? "
" Kamu cuman boleh akrab sama aku."
" Oh tuhan!!"
" Apa??"
" Baru kali ini kakak cemburu. Aku kagum."
" Nggak peduli. Yang penting nggak boleh lirik laki laki selain aku. Kamu cuman boleh liat aku! Ingat itu!!"
" Iya iya... Maaf deh yang tadi."
" Cium dulu, baru aku maafin!"
" Nggak usah aja di maafin sekalian." Aku segera ninggalin kak rea menuju tempat bumbu masakan dengan kesal. Kak rea itu nggak ngerti apa kalau dia sedang di supermarket? Masa' minta di cium?
Dasar!!!!
" Eh? Tunggu liqa!!"
" ........."
" Iya iya aku maafin.."
Barulah saat itu aku menunggunya. Dan dia menghampiriku sambil berbisik.
" Nanti ciumannya di rumah.."Bisiknya.
" Ihh kakak!! Omes mulu pikirannya."
" Biarin sama istri sendiri.'
" Dasar!"
Setelah membeli semua kebutuhan yang di perlukan akhirnya kami pulang.
Jam 4 sore kami sudah sampai di rumah. Hari ini benar benar melelahkan. Tapi aku senang. Akhirnya bisa keluar main sama kak rea. Dan sepertinya kak rea juga begitu.
" Haaahh.... Capek." Ujarku setelah menata yang barusan dibeli ke dalam kulkas. Aku duduk di sofa di samping kak rea.
" Udah shalat??" Tanya kak rea setelahnya.
" Oh!! Tidak!! Lupa!! Ya allah, ampuni hambamu ini." Setelah itu aku berlari ke kamar mandi
berwudhu. Lalu shalat di ruang shalat.
" Dasar. Anak itu aku harus kasih pelajaran masalah shalat nanti." Ujar kak rea setelahnya.
20 menit setelahnya aku langsung ke dapur untuk memasak. Benar benar tidak ada waktu untuk istirahat.
Aku selesai kira kira 20 menit sebelum azan magrib. Dan rencananya ingin istirahat dulu. Tapi tiba tiba rena nelfon. Dan selesai tepat saat azan magrib. Kak rea udah siap pergi ke mesjid saat aku
berwudhu.
" Kak ke mesjid dulu ya! Mau ikut?"
" Nggak kak. Di rumah aja."
" Oke. Kak pergi dulu. Assalamu'alaikum"
" Wa'alaikum salam"
Kak rea pulang tepat saat aku sudah selesai berdoa dan ingin menyiapkan makan malam. Kak rea mencium pipiku saat aku keluar dari ruang shalat.
" Mau nyiapin makan malam??"
" Iya.."
" Ya udah. Biar kakak bantu."
" Nggak usah kak. Biar aku aja."
" Nggak. Kamu pasti capek harus nyiapin semua sendirian. Lagian nggak papa dong kalo kakak
bantu kamu. Toh cuman kita berdua di rumah ini."
" Ya udah. Tapi kakak nggak terpaksa 'kan?"
" Nggak, sayang."
" Okey..."
Kami pun menyiapkan makanan bersama. Dan setelah itu, duduk bersebalahan untuk makan malam.
" Kamu bilang nggak pernah dekat sama laki laki tapi kok tadi bisa akrab gitu sama seyhan?"
Tanya kak rea.
" Mama pernah ngenalin aku sama seyhan. Seyhan waktu itu udah belajar bisnis buat nerusin
perusahaan papanya. Mama ngenalin aku biar aku dekat sama dia. Waktu itu aku di suruh temenan sama dia selama sebulan. Kalau kami merasa nggak cocok maka ta'arufnya selesai. Drama biasa.
Perjodohan.
" waktu itu aku nggak mau terlalu mikirin hubungan aku sama seyhan. Bahkan di sekolah kami kayak nggak kenal. Tapi waktu dua hari sebelum perjanjian berakhir, seyhan pernah bilang suka cewek
lain dan aku memang dari awal nggak punya perasaan sama dia. Waktu itu kami sepakat batalin
perjodohan itu karena merasa tak cocok. Selama sebulan kami memang dekat di luar sekolah sebagai teman yang di paksakan. Jadi kadang kadang dia sering curhat sama aku. Tapi kami memang masih punya jarak yang aku nggak ingin dia melewatinya. Mungkin karena itu dia merasa nggak cocok sama aku. Tapi kami tetap teman sih."
" Waktu itu kalian kelas berapa?" " Kelas 2 sma. "
" Oh..."
" Beberapa bulan setelah aku naik kelas 3 mama bilang seyhan udah nikah sama rena. Aku terkejut awalnya. Dan aku terus nunggu rena ngasih tau aku tentang itu. Tapi selama berbulan bulan rena nggak
pernah bilang. Bahkan dia pernah ngajuin seyhan buat jadi pacar aku. Karena udah lama akhirnya aku lupa. Dan pas nikah kemarin aku bilang kalau aku udah tau dia udah nikah sama seyhan. Dia terkejut.
Dan dia minta maaf nggak beritahu aku tentang itu. "
" Oh... Gitu...."
" Waktu itu dia bilang kalau seyhan sering selingkuh di belakangnya. Padahal dia cinta mati sama seyhan."
" Eh? Terus gimana? Dia waktu itu lagi hamil 'kan?"
" Iya. Justru itu. Aku nggak ngerti,kenapa seyhan bisa setega itu sama dia."
" Aku nggak nyangka dia ternyata sebrengsek itu."
" Ntahlah.... Aku pun nggak habis pikir. Tapi tadi dia bersikap kayak dia sayang banget sama rena.
Aku jadi bingung mana yang bener."
" Mungkin cuman salah paham."
" Bisa jadi..."
" Ya udah.. Ngadep sini . Aku suapin. Aku udah habis kamu setengah aja belum."
" Eh?"
" Buka mulutnya. Aaa!"
" Ini gara gara kakak ngajak aku ngomong."
" Makanya... Buka mulutnya."
Kak rea menyuapiku sampai nasi didalam piringku habis.
Setelah mencuci piring bekas kami makan tadi, kami duduk di ruang tengah sambil nonton. Kak rea memeluk pingganku sambil menyandar di sofa. Kami menceritakan banyak hal sampai terdengar azan isya.
" Waktunya shalat."
" Iya... Habis itu aku mau langsung tidur. Capek banget hari ini."
" Ya udah. Aku siap siap ke mesjid dulu. Kamu juga, wudhu dulu gih!"
" Iya kak."
.
.
.
.
.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buka Hati? Atau Tetap Bertahan? ( Liqarea ) ( Completed )
Romance( completed ) aku dinikahin pas baru tamat sma!!! mama....... kok mama tega.... " aku belum mencintainya... dia sudah mencintaiku saat awal awal kami berteman. Dan aku kini istrinya. Apa aku bisa bertahan untuk tetap bersamanya tanpa cinta?? Ata...