24. seyhan & rena part 3

180 5 0
                                    

Seyhan pov

TOK TOK TOK.

" Rena. Kamu di rumah? Aku pulang..."

Sedetik selanjutnya terdengar langkah tergesa gesa. Rena memutar gangang pintu, dan terkejut melihatku.

" Se-seyhan? Kamu sudah pulang?"

" Hmm."

Aku mengernyit bingung ketika melihat rena mengenakan kecamata. Biasanya rena selalu menolak dan menghindar jika di suruh mengenakan kecamata. Dia suka matanya terbuka dan di lihat orang lain. Tapi sekarang kenapa dia memakainya?

" Ma-masuklah. Aku akan membuatkan teh untukmu." Ujarnya sambil mengambil jas dan tas kerja yang di sampir di lenganku.

Aku berjalan masuk dan duduk di sofa tanpa melepas pandanganku padanya yang kini sedang berlari kecil ke dapur setelah meletakkan jas dan tas ku di kamar.

Tak berapa lama teh hangat sudah tersaji di depanku. Dan bolu kesukaanku yang masih hangat.

Aku mengalihkan tatapanku padanya yang kini duduk di depanku. Aku baru sadar dia mengenakan celemek. Pasti tadi dia sedang memasak.

" Rena."

Rena mengangkat wajahnya yang tadi menunduk.

" Y-ya?" Jawabnya gugup.

" Kamu tadi memasak?"

" A-ah ya. Aku tadi membuat bolu."

" Aku sudah bilang jangan terlalu banyak bekerja 'kan? Kamu harus banyak istirahat."

" M-maaf. Aku bosan. Aku ingin makan bolu. Jadi, aku membuatnya."

" Kenapa tidak beli saja??"

" A-aku takut tidak bisa menjaga diriku di luar kalau membelinya. Kamu tau 'kan aku ceroboh." Jawabnya lebih pelan.

" Kalau begitu, kenapa tidak meminta padaku untuk membelinya."

" Ka-kamu pasti sibuk. A-aku tidak ingin mengganggumu."Jawabnya gugup dan semakin
menunduk.

Aku meringis.

' Sejak kapan dia menatapku takut seperti itu? Sejak kapan dia melihatku dengan ekspresi seperti itu? Apa kau takut melakukan hal yang salah karena pikiran negatifmu itu rena?'

" Rena..."

" Aku minta maaf. Tenang saja. Memasaknya sudah selesai. Aku akan istirahat setelah ini. Bayinya tidak akan kenapa napa. Bayinya akan baik baik saja."

Aku menatapnya terkejut. Kenapa dia berbicara seakan akan aku hanya khawatir pada bayinya saja.

' Aku mengkhawatirkanmu juga rena... Bukan bayi nya saja.....' Batinku.

Aku menatap matanya. Dan terkejut saat menyadari sesuatu.

" Rena lepas kecamatamu."

" A-apa? Kenapa?"

" Lepas rena."

" Tidak. Aku tidak mau."

"....." Aku menatapnya sambil mengernyit.

" Maaf. Aku tidak bermaksud. Aku hanya menyukai kecamataku. Dan aku tidak mau melepasnya."

" Ku bilang lepas rena."

" Ta-tapi kenapa?"

Aku berjalan menghampirinya. Dia mundur sampai punggungnya menyentuh sandaran sofa. Aku mengulurkan tanganku. Dia langsung menutup matanya.
Dan setelahnya, tampak matanya yang merah dan bengkak menatapku takut.

Buka Hati? Atau Tetap Bertahan? ( Liqarea ) ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang