Semuanya terasa begitu cepat hingga tidak ada yang sempat melihat bagaimana cara Putra melakukannya, namun sesaat setelah Putra melewati makhluk itu, ia telah menggenggam sebuah kepala sementara tubuh yang berada di baliknya dalam keadaan terpenggal dan dengan segera terjatuh akibat kehilangan keseimbangan. Tebasannya begitu halus, sampai-sampai hasilnya dapat diketahui sesaat setelah target tewas sebelum sempat mengetahui siapa yang baru saja menebas dirinya.
"Huh.." menjatuhkan kepala tersebut begitu saja ke bawah lantai, tidak ada raut lelah ataupun mengeluh yang tersirat dibalik wajah Putra.
Pengalaman membuatnya sadar jika menghadapi tipe makhluk yang merepotkan membuatnya harus segera menyelesaikan pertarungan dengan sebuah serangan mematikan atau stamina miliknya akan menjadi terkuras akibat menghadapi lawan terlalu lama. Dalam kedipan mata berikutnya, Putra menghilang dari peredaran. Beberapa makhluk belum sempat mengambil langkah karena kepala mereka tertebas terlebih dahulu di saat yang sama ketika Putra menjadi tidak terlihat.
"Dia bukannya tidak terlihat sama sekali, tapi memang karena pergerakannya memang terlalu cepat sehingga menjadi sulit untuk diikuti oleh kedua mata." batin Zafran, sekilas sempat melihat bagaimana Putra bergerak sebelum kembali menjadi tidak terlihat lagi karena terlalu cepat. Merasa semua orang yang berada di sekitarnya merupakan veteran sekaligus monster di saat yang sama.
***
#Joseline, beberapa menit yang lalu...
"Biar aku ambil alih Zafran, ini sudah berada diluar kemampuan kita semua!" melihat ada dua lidah menjulur panjang mengarah ke Joseline secara hampir bersamaan. Ketika diamati lebih detail, setiap lidah tersebut menjadi bercabang menjadi beberapa bagian dengan ujung yang sangat runcing sehingga menjadi semakin sulit untuk dihindari.
"Sama sekali tidak ada celah untuk beristirahat sebentar saja."
Segera menghindar menuju ke kiri sebelum salah satu bagian lidah musuh menembus anggota tubuh miliknya, lidah-lidah tersebut semakin merepotkan dirinya karena Joseline masih harus berhadapan dengan makhluk-makhluk lain yang tentu saja harus ia hadapi secara sekaligus sementara Putra dan Kiki sedang kesulitan mengatasi bagian masing-masing.
Untuk sesaat, Joseline juga merasakan ada sesuatu yang berubah dari bagian AK-47 yang ia pegang karena butir peluru yang sebelumnya sempat tidak berhasil menembus target telah beradaptasi dengan cepat.
"Kalian terlihat kesulitan, sudah cukup lama semenjak situasi semacam ini terakhir kali terjadi, apa harus aku yang turun tangan?" kepribadian keseratus menyeringai ketika mengamati petarung bahkan untuk seorang Jo, situasi yang sedang mereka alami terlalu ekstrim untuk dihadapi.
"Diam kau!"
Berlari menuju ke arah dinding yang terdekat, Joseline segera memanjat dinding tersebut dengan cepat diikuti melakukan manuver berupa salto menuju ke arah yang sebaliknya untuk menghindari cabang-cabang lidah yang terus menjulur mengejar dirinya yang berusaha untuk menghindar.
Tentu saja, tidak akan ada habisnya jika ia terus-terusan menghindar tanpa mengatasi sumber masalah utama dari semua ini. Melayang diantara udara membuatnya menargetkan dua makhluk tersebut terlebih dahulu untuk ditembak. Menarik pelatuk AK-47 tanpa henti menuju dua kepala sekaligus untuk memaksimalkan momentum yang ia miliki. Semua butir peluru yang ia letuskan sama sekali tidak ada yang berhasil terkena karena berhasil dihentikan oleh lidah-lidah yang kembali bercabang untuk membelokkan arah tembakan yang seharusnya lurus menjadi ke arah yang lain.
"Mereka ini merepotkan!" mengambil ancang-ancang mendarat menggunakan salah satu tangannya, Joseline masih harus memikirkan cara lain untuk mengatasi makhluk itu sementara ia memotong cabang-cabang lidah yang jaraknya semakin berkurang setiap detiknya.