SORI BARU BISA UPDATE... ADA KENDALA SELAMA EMPAT HARI INI. DUH PUSING
HAPPY READING GAESSS...^^
TRIPLE UP YA UNTUK SIANG INI. NTAR MALAM UP LAGI, DEH.
=====
Aku masih terdiam. Jantungku berdebar tak karuan. Ntah kenapa fokusku hilang seketika. Bagaimana bisa Kak Anka ada disini? Apa barusan Peter melamarku? Apa dia baru saja melamarku di depan Kak Anka yang melamarku lebih dulu? Ya meski kutolak. Ya ampun, bagaimana perasaan Kak Anka saat ini?
Tunggu! Kenapa aku harus peduli?
Tentu saja aku harus peduli! Kak Anka sudah kuanggap seperti Kakakku sendiri dan kini aku menyakiti perasaannya.
Aku tau ini konyol.
"Clara?"
Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum kaku pada Peter yang masih menunggu jawabanku.
"Ummm... Aku-" aku mengalihkan pandanganku ke arah Kak Anka yang kini berdiri di sudut ruangan sambil menatapku. Aku tak tau bagaimana air mukanya karena dia berdiri dibawah cahaya yang remang. Karena itu aku tak bisa melihat ekspresi wajahnya kini. Aku hanya bisa melihat senyumannya saja.
"Ya. Aku mau," jawabku akhirnya. Dan aku juga sedikit tersentak karena nada bicaraku yang terdengar...um...aneh? Ntahlah.
Peter bangkit dengan wajah sumringahnya. Ia beralih memasangkan sebuah cincin di jari manisku.
"Bolehku lepas cincinnya?" tanya Peter. Aku mengernyitkan keningku mendengar pertanyaannya.
Kutatap sebuah cincin yang terpasang di jari manisku kini.
Cincin dari Kak Anka.
Bagaimana bisa?
Aku bahkan gak tau kalau cincin itu terpasang di jariku. Setauku, aku menyimpannya beserta kotaknya di laci meja rias.
Apa aku mengenakannya secara tidak sadar?
"Clara?" suara Peter kembali memanggilku.
Aku tersentak dari lamunanku dan tersenyum kaku. "Iya, lepas aja. Tapi jangan dibuang."
Kekehan Peter terdengar. Dia melepasnya dengan lembut. Kemudian menggantikan cincin darinya. "Tidak akan, jika cincin itu penting bagimu."
Aku kembali tersenyum kaku. Kenapa aku jadi linglung begini? Ada apa denganku? Aku merasa canggung dengan kehadiran Kak Anka disini. Tapi, aku tak menyangka aku akan menjadi linglung begini. Dampak kehadirannya memang sangat besar.
Selanjutnya, yang terdengar adalah sorak-sorak pelayan restoran yang mengucapkan selamat. Peter menyambutnya dengan senyuman sumringahnya dan aku masih dengan senyuman kaku. Pria yang kini telah menjadi tunanganku itu memeluk pinggangku dengan erat. Aku menunduk, tapi sudut mataku mencari Kak Anka yang masih setia berdiri di sudut ruangan.
Aku dapat melihatnya dari sudut mataku. Dan aku tau kalau aku baru saja menyakiti hatinya. Karena kulihat tangannya mengusap sudut matanya. Meski aku tak dapat melihat wajahnya, aku tau kalau Kak Anka tengah mengusap air matanya.
Maaf, kak...
"Ayo, kukenalkan pada orang yang membantuku dalam menyiapkan ini semua." Aku mendongak menatap Peter yang menatapku dengan sorot teduhnya.
Aku tersenyum sambil mengangguk. Peter membawaku kesudut ruangan. Dimana Kak Anka berada. Ohhh... Jadi Kak Anka yang menyiapkannya. Aku tak heran.
"Pak Anka, kenalkan Clara. Dia target kita dan sekaligus tunangan saya saat ini, meski belum resmi. Dan Clara, ini Pak Anka. Dia yang membantuku menyiapkan semuanya. Dia bekerja di bidang properti dan juga mempunyai usaha sampingan WO juga," ujar Peter memperkenalkan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
RomanceBingung? Itu lah yang dirasakan seorang gadis cantik ini, Clara. Dua orang pria datang untuk melamarnya. Pria pertama bernama Peter. Tidak sulit untuknya menerima lamaran Peter, sebenarnya. Mengingat mereka telah menjalin hubungan selama 5 tahun. ...