BAB 20

173 15 3
                                    

"Kamu kenapa repot-repot sekali? Banyak sekali belanjaannya?" Ujar Ibu Panti yang kini berdiri dihadapanku.

Matakuu yang semulanya menatap Kak Anka beralih menatap Ibu Panti. "Ahhhh iya. Untuk anak-anak panti, Bu. Sudah lama tidak kemari. Eh tapi itu masih ada dii mobil." Ujarku.

Kak Anka berjalan mendekati kami, "Biar kakak bantu bawakan." Ucapnya yang kemudian kuangguki setuju. Ia pun menuju ke mobilku. Sementara aku dibawa Ibu Panti untuk masuk.

Seketika tubuhku gugup entah kenapa saat melihat kehadiran Kak Anka juga disini.

Aku menatap Ibu Panti beserta yang lainnya tengah menyusun persedian makanan yang kubawa.

"Terima kasih, ya. Semoga kebaikan kamu dibalas sama Tuhan dengan yang lebih indah." Ucap Ibu Panti sambil menggenggam tanganku.

"Amiinnn.. Terima kasih, Bu."

Tak lama, Kak Anka menyusul kami. Ia berdiri di sampingku sambil meletakkan beberapa kantung plastik di meja hadapan kami.

"Ini cemilannya mau dibagi ke anak-anak sekarang atau disimpan untuk nanti?" ujar Kak Anka sambil menatapku dan Ibu Panti bergantian.

Ibu Panti menatapku. "Terserah Clara niatnya bagaimana tadi?"

"Eumm... rencana mau Clara bagikan sekarang, sih Bu. Tapi kalau menurut ibu nanti saja, ya tidak apa-apa."

"Bagikan saja sekarang. Lagian anak-anak udah agak lama juga tadi makannya. Kalian bagikan berdua, ya?"

"Oke!" Sahut Kak Anka.

Saat kami hendak berbalik suara Ibu Panti terdengar. "Kalian sudah makan?"

Aku melirik Kak Anka sekilas. "Aku belum, sih. Clara kamu sudah makan?"

Aku menggeleng cepat saat merasa ia memergokiku menatapnya.

"Ya sudah. Nanti kalian makan siang disini saja. Lauk sudah habis, sih. Tapi ibu masakin lagi sambil kalian bagikan cemilan."

"Haduhh... jadi ngerepotin." Ucapku terkekeh pelan.

"Enggak, Kok. Ayo sana. Nanti kalau sudah selesai ibu panggil."

Aku dan Kak Anka berjalan menuju halaman depan, dimana anak-anak panti tengah bermain. Aku berjalan di belakanngnya karena dari arah dapur ke halaman depan melewati lorong yang sempit. Aku memerhatikan punggung Kak Anka yang terlihat memanggil namaku untuk bersender disana. Ahh.... Ya Allah. Punggungnya terlihat sangat menggiurkan kalau diperhatikan. Apa istilahnya? Ah ya.... Pelukable, kalau kata adik-adikku. Huhh... otakku sepertinya telah mengada-mengada semenjak sering berinteraksi lama dengan Kak Anka.

"Ra?"

"Eh iya?" jawabku. Aku menatap ke depan namun Kak Anka tidak disana.

"Ra?"

Aku berbalik saat ku dengar suara Kak Anka berada di belakangku.

"Kamu jalan sambil melamun?" ucapnya yang membuatku heran.

"Eh kenapa?"

"Lewat sini." Ujarnya. Aku merutuki kebodohanku. Seharusnya di penghujung lorong kami berbelok ke kanan namun aku malah kekiri.

"Astaghfirullah maaf, kak." Ucapku dengan segera berlari kecil menyusulnya, barulah kami berjalan sejajar.

"Kenapa? Banyak kerjaan ya di kantor? Hilang fokus gitu."

"Hehe... iya. Banyak kerjaan karena gak ada ayah. Jadi sedikit pusing." Kataku gugup.

"Oooo... Kakak disuruh jemput ayah dan bunda nanti jam tiga. Sepulang dari sini mungkin kakak langsung ke bandara. Kamu mau ikut? Tapi kalauu kamu banyak kerjaan, it's okay lah...."

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang