2.4: GENG HOMOJAVANICUS

555 44 2
                                    



Waktu gue kelas 2 SMP, gue juga membuat geng bernama HJ kepanjangan dari Homo Javanicus, nama ini mucul dari gabungan 2 kelas, yaitu 7F dan 7B. 7F dulunya punya nama geng Homo Sapien (karena waktu itu kata-kata homo sangat lucu didengar, maklum anak SMP masih norak-norak), dan 7B namanya Java Bhu Bhu Blanco, sumpah yang ini gue gatau darimana asalnya, apa lagi artinya, tapi jika diperhatikan dari kosa katanya, Java Bhu Bhu Blanco ini pasti mepunyai makna yang sangat dalam.

Dan dikarena waktu kelas 8 kita semua main bareng, akhirnya namanya digabung jadi Homo Javanicus. Semester 1 kita hidup dengan damai aman dan tenteram, sampai akhirnya muncul kejadian paling kacau ini.

Geng gue ini berbasis anak-anak yang suka main futsal. Waktu itu kita memutuskan untuk membuat jersey HJ. Design baju udah ada, duit udah ada dan tinggal dieksekusi. Semua kita percayakan ke salah satu temen kita bernama Steven. Steven adalah adek kelas kita, dan Steven merupakan setengah peranakan antara kulit mati dan ovum sapi.

Setelah jersey di pesan, kita masih harus nunggu 1 bulan sampai jerseynya datang. Kehidupan di sekolah benar-benar tenang sampai akhirnya ada sesuatu yang ganjal.

Steven yang tadinya sering ngobrol bareng dengan gue dan yang lainnya mendadak jadi sering ngomong diem-diem dengan Cik-cik (ini nama orang kok) dan Faca di koridor. Gue dan Kevin pun mulai curiga sama mereka, masalanya waktu kita mau ikutan ngobrol, mereka langsung panik dan menghindar dari kita. Gue seketika mencium bau kejahatan disini #anjasmara

Kecurigaan gue dan Kevin makin menjadi-jadi, dan kita akhirnya membentuk tim detektif untuk mengetahui apa yang terjadi selama ini. Walaupun ngebuat tim detektif yang isinya cuma 2 orang ini terdengar bodoh, tapi ternyata tim kita ini membuahkan hasil.

Suatu hari, kita menyusun rencana untuk mengintrogasi Steven, kita bakal sembunyi-sembunyi ngikutin Steven dari belakang, kita bius dia dengan sapu tangan yang kayak di film-film indosiar, lalu kita bawa ke suatu ruangan dan kita sekap sampai dia mau berbicara jujur, setiap dia menolak berkata jujur kita bakal copotin kukunya satu per satu, gak lupa sehari cuma kita kasih makan nasi kucing sekali dengan air minum seadanya. Tapi karena waktu SMP kita gatau cairan apa yang digunakan untuk membius orang-orang di film-film tersebut, akhirnya kita memutuskan untuk langsung nanya ke dia aja.

Waktu jam pulang sekolah kita menyempatkan diri untuk ketemu dengan Steven, saat itu Steven terlihat membawa uang sebesar 5 ribu untuk membeli batagor. Karena kita takut uang itu adalah uang rakyat HJ, maka langsung aja kita cegat si Steven dan abang batagornya tepat sesaat sebelum transaksi batagor terjadi, dan si abang batagor ini ikut tercatat sebagai tersangka menurut tim detektif kita karena dia ikut memegang duit rakyat HJ ini. Tapi karena banyak pembeli yang antri, jadi si abang ini kita lepaskan, kita takut di keroyok pembeli yang kesel nunggu lama.

Setelah melepaskan abang batagor, kita pun lanjut menanyakan Steven banyak hal dari yang penting sampai gak penting, bahkan Kevin sempet nanya dulu batagornya pedes apa kagak, dan gue sempet nanya lebih tua mana hijau muda dengan hijau tua.

Oke yang bagian gue bertanya itu becanda, tapi yang Kevin, gue malu ngomongnya karena dia beneran nanya gitu. Karena udah ngerasa terlalu banyak becanda, akhirnya kita langsung aja to the point, awalnya waktu ditanya-tanya Steven selalu mengelak. Bon belanjaan jersey udah kita mintain sebagai bukti, tapi katanya ilang (kalau ilang mana bisa ambil jerseynya?)

Gue dan kevin yang mendengar alasan bodoh itu makin menjadi-jadi nanya-nya sampai akhirnya Steven nangis dan mengakui semuanya. Jadi si kampret ini, waktu udah ketauan, dia baru ngomong kalau duitnya kelebihan, padahal kedua temen sekomplotannya udah ngaku kalau masing-masing dapet 200 ribu.

Setelah ngeliat Steven nangis, kita pun udah gak tega, dan waktu itu yang penting bagi kita adalah uang rakyat dipakai semestinya dan sesuai target awal, asik kan gue. Beberapa hari kemudian pun Steven ngasi bon belanjaan ke kita, dan akhirnya yang ngurusin jerseynya jadi gue. Ketika duit yang dipercayakan rakyat jatuh ditangan orang yang jujur dan mengayomi, percayalah segala sesuatu akan dimudahkan.

HIDUP MAHASISWAAAAAAA, HIDUP MAHASISWAAAAAAA!!!!

The Pisbak [SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang