5.10 NARASI KECIL UNTUK GURU #1

132 19 0
                                    

Keesokan harinya gue pergi ke The Pisbak tempat biasa gue nongkrong dengan temen-temen gue. Kevin menjemput gue jam 8 malam dengan teriakan "WOI CENT NUMPANG BOKER DULU" dari mobilnya. Setelah doi puas memberi polusi ke toilet rumah gue, gue pun cabut sama dia ke The Pisbak.

Kenalin tongkrongan gue – "The Pisbak" yang terletak di Kemang Pratama Bekasi. Selalu ramai tengah malam dan disini kita bebas melakukan apa aja sebagai diri kita sendiri. Tongkrongan gue bukan tongkrongan yang setiap malam mabok oplosan, berjudi, godain cewek yang lagi jalan, ataupun segala hal buruk yang dapat terlintas si pikiran nyokap gue.

Kita... sama-sama berkumpul dengan satu tujuan. Tertawa.

Sesampainya disana, gue melihat tongkrongan udah rame. Gue duduk diantara Bagas dan Kevin di suatu tangga depan penjual nasi goreng. Suasana masih sama, 50 persen bercanda, 20 persen ngatain orang, dan sisanya ketawa. Menjelang tengah malam, percakapan baru mulai serius.

"gak kerasa kita udah mau lulus. Gue bakal kangen sama suasana kayak gini" kata Cik-cik. Yang lain ketawa mendengar Cik-cik ngomong kayak gini untuk ke ratusan kalinya pada bulan ini.

"nanti kalau gue udah kuliah, gue bakal kangen dengan orang yang selalu minta 2 rebuan gue" tambah Tanggang sambil melirik Aur, semua lagi-lagi ketawa.

"eh bentar, patungan beli makanan kecil yuk, 50 ribu aja, pas nih kita ber-10, tiap orang 5 ribu" kata Tanggang lagi.

"ah mahal gang, coba di bagi 12 aja biar murah!" bales Paul di ikuti tawa geli dari anak-anak yang lain.

"dasar orang-orang yang jarang tersentuh pendidikan. Oh iya cent, nanti graduation party gue nebeng lo ya cent" kata Bagas dan di ikuti oleh Kevin, Aur, Tanggang, dan beberapa orang lainnya. Gue cuma meng-iyakan padahal gue tau mobil gue gak bakal muat belasan orang, walaupun Innova silver gue punya rekor menampung 13 orang dulunya waktu gue ke sweet seventeen salah satu temen gue.

"eh besok kan ya acaranya?" kata Bagas.

"iya gas" bales Kevin dengan singkat.

"gimana kalau nanti kita bawa petasan? Kita nyalain waktu di akhir!" kata Paul yang disambut dengan caci makian yang lainnya.

"hahaha bego, besok kan guru-guru juga ikut. Tapi gue jadi takut acara besok gak asik gara-gara ada guru deh" kata Tanggang.

Suasana tiba-tiba menjadi sepi. Kita semua terlihat lelah menertawakan kejelekan guru-guru yang ada disekolah. Semuanya tersenyum mengingat udah gak ada lagi yang bisa menghalangi kita untuk berbuat sesuatu. Gak ada lagi seragam di masukin, gak ada ngasih gorengan ke Bu Siti (satpam sekolah gue) kalau telat, dan gak ada upacara sambil panas-panasan lagi.

"gue setuju, kita buat sesuatu yang heboh besok! Dan kalau sampai guru-guru ngerusak acara kita, kita bales mereka!" kata gue, semuanya ketawa dengan beberapa masukan mulai dari lempar kursi ke tempat guru, lempar 2 rebuan ke Aur, baretin mobil guru, sampai baretin idup guru. Semua yang ada di sini tau bahwa apa yang gue katakan hanya sekedar candaan aja.

"oh iya cent, sebelum gue balik. Jadi gue mau ingetin aja, besok bakal ada perwakilan angkatan buat ngomong didepan. Kita udah sepakat kalau lo yang bakal ngomong, oh iya Kevin juga! Udah ya gue balik dulu" kata Tanggang

"hah gimana gimana? Kok lo gak ngomong du..." Tanggang langsung lanjut cabut ketika gue belum selesai ngomong, akhirnya gue dengan terpaksa menerima kondisi seperti ini.

A journey is best measured in friends, rather than miles – Tim Cahill

Gak lama setelah pembicaraan ini, satu persatu pamitan untuk istirahat. Gue ijin ke Kevin mau ke rumah Zitha dulu dan menyuruh Kevin cabut tanpa gue. Rumah Zitha letaknya gak jauh dari The Pisbak, hanya butuh jalan 10 menit gue udah bisa ke rumah Zitha. Waktu itu karena lagi musim liburan, gue yakin Zitha lagi nonton film dan belum tidur.

"ZITHA MAIN YUKKKK!" kata gue sesampainya di depan rumah Zitha.

"ZITHAAAAAAIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!" kata gue lagi, belum ada tanda-tanda dari Zitha

"ZIIIIITTTT..."

"apaansih berisik banget, tinggal chat juga" kata dia waktu keluar sambil ngedumel, gue cuma cengengesan doang. Zitha keluar dengan muka bantal, tapi masih enak di lihat.

"nih, minum dulu. Biar gak kurus!" kata gue sambil nyodorin susu murni pakde yang baru gue beli tadi, Zitha lanjut ngajak gue duduk di depan teras rumahnya. Gue duduk dengan sangat berhati-hati agar chiko tidak mencoba untuk memakan gue lagi.

"ish, bau rokok. Jangan deket-deket" kata Zitha sambil menjauh.

"biarin, daripada bau tanah. Hehehehe" kata gue mendekat lagi ke dia, tapi udah lepas jaket gue yang emang bau rokok.

"malem amat sih kesininya?" tanya Zitha.

"ya biasalah, kalau pagi aku belum bengun. Oh iya, aku tadi ngobrol sama anak-anak. Kita besok bakal bikin heboh grad partynya!" bales gue dengan semangat.

"haha, maksudnya gimana?" tanya dia.

"besok guru-guru bakal dateng kesana, kalau mereka ngerusak acara, kita bakal rusakin mereka! Aku mau bales dendam sama mereka, hehehehe!" bales gue sambil nepok nyamuk di tangan Zitha, dan Zitha nepok pipi dengan kekuatan tekanan sekitar 10 paskal karena gue nepok tangannya kekencengan.

"hahaha kamu emang sebenci itu sama guru-guru?" kata Zitha sambil ngelus pipinya.

"ya gimana enggak zit, aku salah di marahin, gak salah di marahin, kayakya kalau aku sekolah di sana lebih lama, nafas pun di marahin! Tadi aku juga baru ngomongin tentang guru-guru sama anak-anak tongkrongan. Gak ada satu hal pun yang bagus tuh" bales gue.

"tapi banyak juga tau guru-guru yang sayang sama kamu cent!"

"maksutnya zit?"

seriusan banyak guru yang sayang sama orang kayak gue? kok bisa?

...BERSAMBUNG...

The Pisbak [SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang