4.17 MARSUD IDOL part 1

197 18 0
                                    


Sekolah bakal ngadain acara tahunan lomba band! Dan ini adalah wadah gue untuk unjuk gigi ke Zitha. Gue selalu pengen jadi pemain band dari kecil karena gue melihat banyak orang yang lempar beha waktu manggung. Iya, motivasi gue emang sebatas dapat beha dari cewek-cewek, tapi gakpapa, selama ada niat, disitu kita bisa memulai.

Karena gue gak bisa main alat musik, gue jadi berlatih nyanyi. Pengetahuan gue tentang musik sebenernya minim banget. Gue gak tau apa arti dari orang-orang yang sebelum manggung ngomong kayak gini "oke, kita mulai dari F ya!" walaupun gue gak tau artinya, tapi terdengar keren menurut gue. Orang yang selalu ngomong kayak gitu adalah vokalis, makanya gue tertarik posisi ini.

Sepulang dari rumahnya, langkah pertama yang gue ambil adalah mengumpulkan personilnya dulu. Paul jago main alat musik, dia bisa main apa aja. Chandra selain ganteng dia juga bisa main alat musik. Kevin gak bisa main alat musik, tapi dia salah satu orang yang secara sukarela mau masuk ke band gue tanpa harus gue paksa. Armand punya bibir yang tebal, cocok untuk megang suara 3.

Yang terakhir adalah Cik-cik dengan kemampuan jago berbohong, jadi gue tempatkan dia dibelakang panggung, jaga-jaga kalau ada haters mau nurunin gue dari panggung, Cik-cik dapat menipu merkea dengan berbagai alasan sesuai kebutuhan dan kondisi. Namun karena gue belum punya haters, Cik-cik terpaksa gue tempatkan di drum.

*Chandra: temen baru gue waktu SMA, dia berasal dari SMP yang berbeda dari gue. Ketika baru masuk ke SMA Marsud, banyak cewek yang bilang kalau Chandra ganteng, dan mereka bertaruh kalau kuku kakinya Chandra pasti berbeda dengan kuku kaki Kevin yang waktu itu cantengan. Sayangnya cewek-cewek tersebut kalah taruhan.

Oke personil gue udah lengkap. Gue sebagai vokalis 1 bagian suara fales, Kevin sebagai vokalis 2 bagian ngajak penonton ikut nyanyi kalau kita semua lupa lirik, Armand vokalis 3 bagian nyusahin teman satu band, Cik-cik drum, Chandra gitar, dan Paul keyboard.

Tema kali adalah lagu legend. Gue yang pengetahuannya sangat minim ini enggak kepikiran sama sekali mau nyanyiin lagu apa nantinya. Gue mencoret lagu bintang kecil, dan balonku dari list lagu potensial gue. Gue merasa anak SMA udah gak ada yang tertarik dengan lagu itu walaupun lagu itu melegenda. Waktu persiapan sisa 3 hari dan gue belum nyiapin apa-apa.

Gue berpikir keras tentang plus minus band kita, satu-satunya kelebihan band kita adalah... Kita lucu, dan minusnya dari band kita adalah... Banyak. Dari segi kemampuan manapun, gue melihat kalau kita masih berada di tingkat paling bawah di antara yang lain. Band kita harus punya strategi yang matang jika kita ingin menang, gue dan temen-temen gue pun mencari sebuah strategi dirumah Kevin. Rumah kevin selalu menjadi pilihan kita untuk nongkrong sepulang sekolah karena orang tuanya jarang ada di rumah.

"kita harus nyari strategi untuk menangin lomba ini!" kata gue.

"gimana kalau kita sogok aja pake momogi panitianya?" kata Aur yang tiba-tiba nimbrung.

"oke, itu terlalu bodoh, ada saran lain?" bales gue.

"waktu nyanyi, kita pake baju yang samaan! Biar kayak band-band keren luar negri" kata Paul.

"bener tuh! Menurut gue strategi itu bisa dipakai" kata Chandra sambil main COC.

"KITA KAN DISEKOLAH EMANG PAKE BAJU SAMAAN, JADI PASTI TIM LAIN JUGA PAKE HAL YANG SAMA PAUL!" kata gue nahan emosi.

"gue tau, gimana kalau kita pake baju yang samaan" kata Aur lagi yang gagal fokus dan nampaknya lagi menguji emosi gue.

"eh kotoran yang susah ilang setelah di sirem! Ini gue kasih 2 rebu, mending lo jajan dulu deh!" kata gue sambil nyodorin duit 2 rebu.

"kita cari lagu yang 'ngena' dihadapan para juri!" kata Kevin yang berhasil memberikan satu-satunya ide yang masuk akal.

"boleh tuh, tapi apa ya?" bales gue

Semuanya diam dan tampak berpikir. Kecuali Aur, dia pergi beli gorengan, dan Cik-cik yang dari tadi namanya gak muncul karena dia berhasil menipu kita semua ketika dia bilang bakal dateng tepat waktu. Akhirnya hari itu pun kita tidak membuahkan hasil.

Persiapan sisa 2 hari.

Di hari kedua ini, gue berencana untuk memikirkan lagi matang-matang strategi apa yang harus gue pakai. Gue lagi-lagi mengundang semua personil gue ke rumah Kevin. Setibanya disana semua orang terlihat sibuk sendiri, ada Paul dan Chandra main PS, Aur sibuk nyariin serangga, Armand sibuk nungguin gantian main ps, dan Kevin tidur, gue yang paling bijaksana mencoba mencari-cari lagu yang tepat untuk di nyanyikan.

Dalam sekejab mata, hari udah mulai sore menuju malam. Kita semua laper dan setuju untuk meluncur ke bakso GUNS yang ada di deket rumah Kevin. Kita yang awalnya berjanji untuk serius ketika balik ke rumah Kevin dari GUNS, lagi-lagi di beri cobaan yang sangat besar, hujan lebat melanda tempat ini sehingga kita terjebak sampai malam disini. Singkat cerita, hari kedua juga gagal mendapatkan lagu yang ingin dinyanyikan.

Keesokan harinya, gue udah memikirkan matang-matang selama semalaman dirumah. Gue akan membawakan lagu John Legend - All of Me. Gue memutuskan untuk menggunakan lagu itu karena ada legendnya, dan sekali lagi gue mengundang anggota band gue ke rumah Kevin, entah kenapa jadi gue yang berasa tuan rumah selama 3 hari ini.

"gue udah mikirin kemarin. Kita bakal bawain lagu John Legend - All of Me. Gimana menurut kalian?" kata gue

Semuanya sempet terdiam, tercengang. Gue merasa sebagai penyelamat di tim ini, emang nampaknya cuma gue yang serius disini.

"lo lagi becanda kan?" kata Kevin.

"sekarang gue bahkan lebih serius daripada ngerjain ujian matematika vin"

"lo bener-bener gak ngerti musik ya?" tanya Armand dengan muka serius tapi bibirnya tebal.

"yang gue tau, kalau kita keren nge-bandnya, kita bakal dapet banyak beha di panggung!" bales gue dengan muka yang gak kalah serius tapi bibir gue gak setebal Armand.

"oke gue out" kata Cik-cik yang baru dateng. Satu hal yang gue pelajari dari Cik-cik adalah membua ekspetasi seseorang serendah mungkin, dan dia dapat membuat kejutan dengan tidak melakukan apa-apa hingga akhir.

"ada apaan sih? Gue gak ngerti, coba jelasin gue kesalahanya dimana" kata gue.

"lagu yang lo pilih itu bukan lagu legend bodoh" kata Aur yang lagi-lagi buat gue kesel, walaupun apa yang dia katakan ada benarnya, tapi gue gak tau kenapa selalu kesel kalau Aur ngomong. Mungkin hal ini di karenakan mukanya yang mirip bar loading smadav.

"ah pusing gue, bodo amat. Gue pokoknya mau nyanyiin lagu itu. Siapa yang bareng gue?"

Setelah gue ngomong kayak gitu, semua orang mendadak lanjut sibuk sendiri. Gak kehilangan semangat, gue akhirnya mendekati Paul yang sedang pake tread mil di rumah Kevin.

"Paul, ayolah. Gue butuh orang yang bisa main alat musik. Masa nanti gue pake kecrengan terus nyanyi sendiri kayak pengamen?"

"ya gimana ya cent, gue sebenernya sih gakpapa, tapi masa cuma berdua? Lo cari satu lagi, gue go!"

"oke, gue pegang kata-kata lo!"

Setelah mendekati Paul, orang berikutnya yang gue dekati adalah Chandra.

"woi can, lo mau gabung kan?"

"HAHAHAHAH, lo autis bego. Pasti malu-maluin banget besok" bales candra.

"kalau kita mulai latihan dari sekarang, kita pasti bisa keren!" kata gue.

"yaudah gue mah ayok-ayok aja, asalkan besok lo gak malu-maluin ya!"

"gue siap. Ayo kita latihan sekarang!"

Setelah 2 kita mengulangi lagu All of Me, akhirnya kita memutuskan bahwa kita udah cukup latihan. Maskud gue adalah, kita gak perlu latihan lagi. Gak guna. Persiapan cuma 1 hari, gue yang gak tau nada, di tambah Paul yang lagi sariawan, dan kuku kaki Chandra yang cantengan. Band kita udah kelewatan hancurnya. Kampretnya, gue udah mendaftarkan band gue untuk tampil besok, mau gak mau, gue harus tampil! 'Ini demi pembuktian ke Zitha!' dalam hati gue.

BERSAMBUNG...

The Pisbak [SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang