5.0 JUST DO THE MOVE

148 18 0
                                    


Let me tell you about this girl that I know, she's my sunshine in the rain. You are real time fantasy.

Gue jadian sama Zitha.

Itu akhir dari bab 4 yang gue tulis, sekarang akan gue ceritakan bagaimana gue mengenal lagi Zitha lebih dekat.

Gue dan Zitha hampir ketemu tiap hari di sekolah, entah itu cuma sekadar nyapa ataupun nganter dia pulang. Hampir gak pernah gue makan di kantin berdua dengan Zitha, gue dan Zitha adalah sosok yang sangat berbeda di sekolah. Zitha selalu makan bekal di kelas, dan gue selalu makan bareng temen gue di kursi senior di kantin sekolah.

Tau kan maksudnya kursi senior? Kursi yang bakal turun temurun di duduki oleh siswa yang lagi paling senior di sekolah. Untungnya Zitha gak masalah dengan kondisi kita yang kayak gini, dia ngerti kalau gue juga punya dunia cowok. Bahkan waktu dia sempet bawain gue bekal, gue makan bekal dari dia bareng temen-temen gue.

Gak masalah buat gue dan Zitha gak pernah makan bareng di sekolah kayak anak-anak ABG lainnya. Toh, kalau lagi gak ada ujian gue sering datengin dia ke rumahnya. Kalau enggak sekedar nonton film di rumahnya sambil makan buah-buahan yang dikasih nyokapnya, gue kadang juga ngajak anjingnya Zitha jalan-jalan dideket komplek rumahnya.

"Zitha, bawa gitar dong!" kata gue suatu hari dirumahnya.

"bentar ya!" kata dia sambil naik keatas dan turun membawa gitarnya.

"aku udah belajar gitar dikit-dikit, aku gak mau kalah sama kamu!"

"haha yauda coba mainin"

Gue emang bener-bener belajar gitar dengan bantuan kakak gue dan utub, gue nunjukin kebolehan gue ke Zitha, gue memainkan lagu Sunday Morning dari Maroon5 yang ternyata kuncinya mudah setengah mampus.

"hooo iya lumayan kok! Bisa buat tikus lari sih" kata Zitha sambil tepuk tangan padahal gue cuma mainin 1 bait.

"kapan ya aku sejago kamu, ah coba aja jari aku panjang kayak cowok-cowok lainnya"

"idih alasan, nih jari aku juga kecil kok! Pendek-pendek lagi!"

Gue meletakkan tangan gue ke tangan Zitha, tangan gue termasuk tangan cowok terkecil diangkatan gue walaupun badan gue ya gak kecil-kecil banget, bahkan terkadang tangan gue ini kalah gede sama cewek-cewek yang lebih kecil badannya dari gue, tapi setelah melihat Zitha, gue bingung bagaimana cara Zitha bisa main gitar dengan tangan yang segede cireng itu.

"kok kamu bisa jago main gitar?" kata gue dengan muka bingung.

"iya kamu maunya yang instan sih, mana ada sesuatu yang instan"

"aku suka musik, tapi gakbisa maininnya"

"kalau suka sesuatu, belum tentu harus bisa kan?" kata Zitha sambil ngeliat ke mata gue.

"hehe iya bener juga!" kata gue senyum.

"Zitha, gimana kalu besok kita jalan? Aku mau liat buku, habis itu kita nonton!" lanjut gue.

"boleh, coba aku ijin dulu ke mama" setelah itu dia pergi ke nyokapnya, dan waktu dateng lagi dia bilang kalau dia di ijinin. Keesokan harinya gue menjemput Zitha di rumahnya lagi dan kita pergi ke suatu mall di Bekasi.

"aku udah nyari buku ini dari lama" kata gue sambil ngambil salah satu buku karangan Raditya Dika.

"kamu baca novel apa aja emang?"

"macem-macem sih, aku suka semua genre, tapi tergantung mood. Beda-beda, tapi gak suka baca buku pelajaran!"

"ah boong, tapi kamu nilainya bagus-bagus kan!"

"idih biasa aja, ya gak jelek sih, tapi gak bagus juga"

"kamu kenapa suka sama buku?" kata dia sambil ngeliat-liat buku yang barusan gue ambil tadi.

"iya jadi " Belum sampai gue menyelesaikan kata-kata gue, gue teringat bahwa film yang gue tonton udah mau mulai, gue pun langsung ngajak Zitha buat masuk bioskopnya.

Ini pertamakalinya gue nonton sama Zitha di bioskop. Zitha duduk di kiri gue, dan gue ada di kanan dia, kita ada di kursi G7 dan G8 di suatu mall Bekasi. Dari awal film sampai ke pertengahan kita berdua masing-masing condong ke arah yang berlawanan dengan posisi yang saling mendekat, Zitha menadahkan kepalanya dengan tangan di antara pembatas kursi gue dan dia, dan gue sengaja duduk dengan kaki gue angkat keatas sebelah kanan supaya gue bisa deket dengan dia.

Detik ini akan gue lakukan jurus-jurus yang udah diajarkan Kevin ke gue. satu hal lagi, kata Christi sebagai penasihat senior gue "cowo itu gak pake otak! Pake tindakan, lo jadi cowok jangan kebanyakan mikir, langsung bertindak aja cent!" itu kata-kata Christi sebelum gue nonton sama Zitha.

Hati gue dag dig dug pengen megang tangannya, gue takut kalau dia ilfeel atau gimana nantinya. Zitha sempet menghela nafas beberapa kali, gue tau ini saatnya. Pertama kali gue pengen pegang tangan dia, tiba-tiba dia merubah posisi tempat duduk. Kampret, gue gagal. Yang kedua juga sama. Sekarang gue berjanji sama diri gue sendiri, pokoknya kalau dia duduk condong ke gue lagi, I'll make my move!

Filmnya udah mau habis, gue masih menunggu... Menungguu... dan menunggu... sampai akhirnya dia lagi-lagi menadahkan kepalanya dekat kursi gue. Jantung gue berdebar kencang dan akhirnya gue bilang.

"zit" dia nengok gue dengan muka kebingunngan.

Gue pegang tangannya, lalu gue jauhkan tangannya dari kepalanya, seudah itu gue pegang kepalanya dan menaruhnya di pundak gue. "gini aja" lanjut gue, kepala Zitha ada di pundak gue dengan menempel tipis, awalnya gue kira dia gak bakal mau atau risih. Tapi waktu itu gue udah siap mati! Dalam arti gue udah siap menerima kemungkinan terburuk kalau-kalau dia jadi risih dan memutuskan untuk memanggil security dan gue berakhir di kantor satpam. Tapi enggak, Zitha tetap ada di bahu gue.

Aroma rambut Zithamasih gue ingat sampai sekarang, gue juga bisa merasakan detak jantung Zithaberdebar kencang. Zitha cuma diem dan begitu juga gue. sampai akhirnya guememberanikan diri untuk menyenderkan pipi gue di kepalanya. "cowok gak pakemikir, tapi langsung tindakan" itu pelajaran yang gue dapet hari ini. Gue udahgak merhatiin filmnya waktu itu, cuma menikmati aroma rambut Zitha dankehangatannya.     

The Pisbak [SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang