5.6 TITIK TERENDAH #3

110 18 0
                                    

Setelah belajar beberapa minggu, gue pun siap untuk menghadapi Ujian Nasional. Sebelum Ujian Nasional, gue yang tadinya gereja kalau napas doang (natal paskah) jadi rajin gereja tiap minggu, dan gue yang selalu sengaja telat kalau gereja, jadi selalu tepat waktu.

Oke. Hari ini adalah hari dimana gue mengikuti Ujian Nasional. Sebanyak apapun gue berdoa, tapi tetep aja gue masih grogi ketika ujian, bahkan ada satu kejadian di hari kedua UN gue yang hampir membuat jantung gue pindah ke lambung.

Saat itu gue sedang melaksanakan Ujian Nasional hari kedua, dan pengawas gue sempet ngelirik-lirik ketempat gue. Gue panik, waktu itu gue berpikir 'apakah jeans yang gue pakai terlalu sempit?' setelah mengetahui bahwa hari ini untungnya gue sedang memakai celana sekolah, muncul pikiran lagi 'lalu kenapa? Apa yang salah?'

Rahasia umum bahwa saat Ujian Nasional pengawas yang dikirim adalah pengawas yang professional dari sekolah lain, dan tiba-tiba setelah melirik beberapa kali ke arah gue, pengawas gue jalan ketempat gue, gue panik sejadi-jadinya 'GUE SALAH APASIH SEBENERNYA?! MASA IYA UDAH PAKAI CELANA SEKOLAH JUGA MASIH SALAH?!' Pengawas gue makin mendekat ke meja gue, dan akhirnya dia sampai di depan meja gue. Dag dig dug dag dig dug, gue panik banget waktu itu, tapi ternyata waktu itu dia lanjut jalan ke belakang gue. 'AHHHHHHHHH ANJING JANTUNG GUE NYET'

"coba saya liat apa yang ada di tangan kamu?" kata sang pengawas kumisan dengan perut buncit yang menyentuh kursi gue dan meja belakang gue.

"kagak ada apa-apa pak" kata temen gue yang ada di belakang gue dengan wajah panik.

Si pengawas masih maksa untuk melihat apa yang diremas oleh temen gue waktu itu. Dan temen gue gak mau kalah sama pengawasnya, semakin pengawasnya greget mau liat apa yang ada ditangannya, makin temen gue menjadi-jadi makin ngeremes tangannya. Akhirnya setelah berhasil dibuka, kertasnya udah jadi bubur kertas karena keringet dari tangan temen gue.

Agak kasian sebenernya sama temen gue, pasalnya gue tau gak cuma dia yang nyontek. Sebelum Ujian Nasional, sekolah gue udah dapet banyak bocoran jawaban soal UN ini, jadi gue tau kalau yang nyontek pasti banyak banget. Gue juga sempet dapet bocoran. Awalnya gue juga mau make bocoran tersebut, sampai Zitha ngomong.

"gak usah lah pake gituan, kamu kan udah belajar keras, percaya aja sama diri kamu. Lagian apa gunanya dapet nilai bagus tapi bukan hasil kerja kamu?" kata Zitha.

"bisa keren kan tapi? Bisa juga buat penilaian SNMPTN zit" bales gue.

"tapi belum tentu jawabannya 100% bener kan? Kalau ternyata salah gimana?" itulah yang dikatakan Zitha, gue awalnya emang mau make bocoran, tapi gakjadi.

Setelah UN, kalender akademik berikutnya adalah pengumuman UN, dan dilanjutkan pengumuman SNMPTN. Gue berdoa tiap hari supaya gue masuk ke ITB, gue juga tiap hari gak lupa untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk kalau gue bakal ikut ujian tertulis, jadi gue tetep belajar.

Pengumuman UN pun keluar, gue gak pernah menyangka bahwa gue mendapat nilai tertinggi kedua di sekolah gue untuk jurusan IPA, bahkan dengan rata-rata 9,39 ini gue menduduki peringkat 9 UN tertinggi di Bekasi. Peringkat 1 UN SMA gue dipegang oleh Eka, dan Eka peringkat 2 di Bekasi. Gue makin semangat untuk mendengar pengumuman SNMPTN, pasalnya kata orang-orang nilai UN bakal memperngaruhi untuk seleksi SNMPTN.

Setelah beberapa minggu, akhirnya pengumuman SNMPTN pun keluar. Waktu itu gue sedang dalam perjalanan pulang dari BTA, dan ketika gue buka pengumuman SNMPTN, kereta yang gue tumpangi lagi mogok. Waktu itu grup gue juga sempet menjadi sorotan para penghuni kereta, pasalnya salah satu temen gue yang cewek ada yang berak dicelana nangis histeris.

Biar gampang bayanginnya, jadi gue disana bareng Kevin, Paul, dan Armand. Yang pertama di cek adalah punya Armand, dia dapet Teknik Industri ITS, gue bersyukur Armand dapet undangan, karena tadinya gue berpikir dia bakal lompat dari kereta kalau gak dapet. Yang kedua adalah Kevin, dia gadapet. Semua yang ada disana cuma bisa bilang "yang sabar ya vin" dan Kevin cuma bisa bales "yaelah lebay lo semua, kalau Vincent yang gak dapet baru lo pada sedih, kalau gue sampe dapet, gue yang sedih" kata Kevin.

"lah kok sedih vin?" tanya Paul.

"iya kalau gue sampe dapet, berati ada yang salah dengan sistem pemilihannya" masuk akal kita pikir.

Setelah membuka punya Kevin, punya gue pun dibuka, dan seperti yang kalian tebak, gue gagal. Paul juga mengalami nasib naas seperti kita bertiga. Setelah Paul gagal mendapatkan SNMPTN, dia langsung menelfon nyokapnya.

"Ma, gadapet nih, tapi tenang aja, Vincent juga gak dapet kok. Jadi aku setara dia". Yang lain ketawa, gue pun ikut ketawa. Saat mendengar lawakan Paul gue pun sadar, gak semuanya buruk hari ini. Hal baiknya adalah gue masih diberikan sahabat-sahabat yang tolol untuk menemani gue.

Sadar kalau kereta masih tetep mogok, akhirnya kita memutuskan buat pulang naik taksi. Kita ber empat berada dalam 1 taksi. Muka kita semua masih cemberut semua waktu itu. Dan satu hal yang gue inget jelas adalah lagu yang diputar radio saat itu.

Kau harus bisa

Bisa berlapang dada

Kau harus bisa

Bisa ambil hikmahnya

Karena semua

Semua tak lagi sama

Walau kau tahu dia pun merasakannya

Lapang dada- Sheila On 7

"cocok banget lagunya buat kita." kata Paul.

"haha iya ya, kok bisa?" bales Kevin.

"udahlah cent, lo pasti bisa di tes tertulis nanti." Tambah Armand yang berusaha menghibur gue, karena mereka tau di taksi itu yang paling sedih adalah gue karena gue yang paling berharap undangan tersebut. Beda tipis dengan fakta bahwa gue yang bayarin taksi waktu itu.

Gue berjanji dalam diri gue, gue bakal masuk ke Perguruan Tinggi Negri terkenal dan gak cuma 1. Gue harus diterima di ITB, UI, dan UGM sekaligus. Itu janji gue.

... BERSAMBUNG ...

The Pisbak [SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang