3.15 RET-RET part 3

205 25 4
                                    


Matahari udah terbenam beberapa menit yang lalu, sekarang saatnya acara terakhir pada ret-ret ini. Kita di kumpulkan di aula lagi setelah selesai makan malam. Gue dan temen-temen duduk di paling belakang seperti biasa, kalau gue nengok kanan, terlihat ada 2 orang udah tidur sambil duduk, gue nengok kiri ada muka idiot Raka menghalangi pandangan gue, dan ketika gue nengok depan ada bunda ayah seperti biasanya masih ngomong tanpa henti di depan. Lagi-lagi waktu itu gue dipaksa mendengarkan wejangan-wejangan yang udah bosan gue dengar. Mulai dari lulus dengan nilai baik, mencari Universitas yang bagus, sampai menjauhi narkotika juga di omongin. 'kapan semua ini selesai? Gue mau tidur di bus' pikir gue.

"oke sekarang saya udah selesai berbicara..." Kata ayah

"YESSSSSSSSS!" teriak anak-anak dibelakang, dan di 'sssssst'in sama yang anak depan.

"tapi sebelum kita pulang, saya mau bertanya satu hal..." gantian ayah yang ngomong.

"siapa yang mencuri makanan di dapur tengah malam kemarin?" kata bunda dengan di ikuti reaksi kita semua yang terdiam. Beberapa kebingungan, beberapa kelaparan, dan beberapa gak peduli.

"kenapa diem semua? Gak ada yang mau ngaku?!" tanya bunda

"kalau kalian gak ada yang ngaku, kita gak bakal pulang!" tambah ayah, mereka masih melakukan pembagian dialog dengan baik seperti biasanya.

"oke gini aja, Vincent mana?! Berdiri kamu!" tambah ayah sambil menyuruh gue berdiri. Gak mau kena masalah lagi, gue pun berdiri dengan enggan.

"sekarang, kamu sebut satu orang yang paling mencurigakan menurut kamu!!!" tambah bunda.

"maksutnya? Saya gak ngerti!" gue agak kaget dengan pemikiran bunda waktu itu.

"persis seperti apa yang saya katakan tadi!" bales Raka sambil berbisik di sebelah gue.

"persis seperti apa yang saya katakan tadi!" teriak bunda.

"tuh kan bener..." Kata Raka masih sambil berbisik. Agak ngeselin tapi keren juga bisa nebak gitu.

"kamu dan teman-teman mu kemarin tidur paling malem karena kita panggil! Saya yakin kamu tau pelakunya, kalau enggak berarti kamu dan teman-teman mu pelakunya!!" kata bunda lagi. Menurut penjelasan bunda, beberapa guru juga sempet menyaksikan apa yang kita saksikan sebelum tidur, hanya ada satu orang yang ada dipikiran gue, yaitu xxx yang kemarin kepergok oleh Raka.

"setau saya " belum sempet meneruskan kata-kata, omongan gue udah di potong.

"ANGKATAN KALIAN INI!!!! BENER-BENER HANCUR! KAYAK TAI KUCING TAU GAK!?" kata ayah. Semua seketika bengong, 'ada apa dengan orang ini? kenapa tiba-tiba teriak sendiri padahal dia gak kejepit?' pikir gue.

"GAYANYA AJA YANG GEDE! GAK ADA SATUPUN DARI KALIAN YANG BERPRESTASI!" kata bunda, bahkan marah-marah pun mereka masih dengan pembagian dialog, dan waktu itu gue mulai emosi.

"WOI ANGKATAN GAGAL! CEPET NGAKU SIAPA YANG NYURI MAKANAN DARI DAPUR!!!" tambah ayah. Semua darah yang ada ditubuh gue sepertinya udah naik ke kepala gue, tanpa sadar tangan gue udah terkepalkan sambil beridiri tegak dengan posisi menantang.

"KENAPA BAWA-BAWA ANGKATAN?! KALAU EMANG GUE PELAKUNYA KENAPA?" teriak gue. Semua orang nengok ke gue, bukannya mau jadi sok pahlawan, tapi gue gak suka dengan kata-kata mereka. Omongan mereka bukan lagi menyangkut satu atau dua orang, tapi semua orang yang ada disini, dan gue gak suka itu.

"BENER-BENER KAMU YA! SEPERTI YANG UDAH SAYA DUGA!" kata bunda.

"KAMU ITU DI-DIDIK DENGAN BAIK GAK SIH OLEH ORANG TUA KAMU? KAYAK TAI KUCING KAMU TAU GAK!" tambah ayah. Semua bengong, gue masih diem.

"jawab!!!!!" kata Raka sambil berbisik.

"JAWABBBBB!!!!!" kata bunda sambil teriak. Banyak orang yang kaget.

"ebuset..." kata Raka sambil kaget tapi masih berbisik.

"GUE GAK ADA ALASAN! DAN BAKAL GUE GANTI SEMUA MAKANAN YANG HILANG!!!! GAMPANG KAN? TAPI GAK USAH MAKE ACARA NGATA-NGATAIN KITA!" jawab gue.

"BERANI KAMU NGEBENTAK SAYA BALIK?! SAYA TAMPAR KAMU YA!" teriak bunda.

"TAMPAR AJA! GUE GAK TAKUT! ASAL KALIAN TAU YA! GAK ADA SATUPUN DARI KITA YANG SUKA DENGAN KALIAN!" jawab gue. Lalu bunda dateng ke arah gue dengan setengah berlari, siap untuk menampar gue. Gue gak gerak sama sekali, gue memejamkan mata dan mental gue udah siap untuk di tampar.

Gue bisa mendengar langkah bunda yang semakin dekat ke arah gue, gue yakin banget sekarang bunda ada di depan gue persis, tiba-tiba gue mendengar suara dan membuka mata gue.

"tampar gue juga!" kata Kevin sambil berdiri.

"kalau bunda nampar dia di pipi kiri, ini gue sodorin pipi kanan!!!" kata Bagas sambil nunjuk Kevin.

"lah ikutan gue..." kata Raka sambil berdiri juga.

"gue gak mau ditampar, tapi gue capek duduk" kata Paul sambil berdiri juga.

"TAMPAR GUEEEEE!!!!!!" kata Rio menggila sambil berdiri.

"ini mah gak asik nih kalau gue enggak berdiri" tambah Tanggang yang susah berdiri karena kesemutan. Semua orang bengong, suasana jadi ricuh... Banyak yang berbisik tentang kita, bahkan ada beberapa yang ikutan berdiri kayak kita. Gue gak peduli dengan apa yang dilakukan temen gue yang lain, tapi yang pasti ketika sahabat gue mulai berdiri, ada senyum lebar di bibir gue. Bunda juga tampak kebingungan, dan gue udah gak bisa melihat sosok ayah di depan karena ketutupan orang yang berdiri.

Tiba-tiba ada teriakan "SAYA BUN PELAKUNYA!" kata seseorang dari tengah aula. Dia adalah xxx, si pelaku sebenarnya. Gue bisa melihat ekspresinya sekarang karena dia menghadap ke arah gue dan bunda yang berada di depan gue. Wajahnya setengah malu, setengah legah, dan penuh percaya diri untuk sekarang.

"KAMU GAK USAH IKUTAN BELAIN MEREKA XXX! SAYA TAU KAMU ANAK YANG BAIK! KAMU DIANCAM OLEH MEREKA?!" kata bunda sambil nunjuk gue dan temen-temen gue. Gue dan yang lain semakin kesel.

"iya gue ancem dia biar ngomong gitu!" kata gue sambil memasang muka belagu.

"TUH KAN BENER APA YANG SAYA BILANG! PASTI KAMU DIANCAM KAN!"

"enggak bun, kemarin beneran saya yang ambil. Temen sekamar saya ada yang sakit maag" bales xxx.

"pfffft" gue nahan ketawa. Bunda sekarang cuma berani nengok gue doang tanpa berbuat apa-apa.

"Jadi???" kata gue dengan menaikan satu alis ke bunda.

"Oke, masalah ini saya biarkan. Sampai ada yang terulang kayak gini lagi..." kata bunda sambil mengacungkan jari telunjuk ke semua anak yang ada disini.

"sampai ada emang kenapa?" kata gue sambil memotong omongan bunda.

"erghhhh" bisik Raka.

"ERGHHHHH!" bunda menggerutu lalu pergi ke depan lagi.

"sekarang kalian ambil barang-barang kalian dan masuk ke bus!!!" kata ayah menutup acara ret-ret ini. gue dan temen-temen gue keluar dengan senyum kemenangan, rasanya puas banget udah bisa membuat malu mereka. Kejadian ini emang membuat kita tambah benci dengan guru, tapi bukan ini puncaknya!


The Pisbak [SUDAH TERBIT DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang