14: Innocent Kayla

1.1K 176 18
                                    

[🌠]

"Loh mama?"

Kayla menatap sekitarnya, ada sebuah rumah yang besar namun terasa kosong. Disekitarnya banyak terdapat tanaman yang menghiasi dinding-dindingnya. Juga… banyak bintang yang bertabur di langit.

"Kayla, sini…" Ibunya menepuk kursi disampingnya yang kosong, Kayla mengikuti perintah ibunya lalu memeluk ibunya dengan erat.

"Aku kangen mamah Krystal…" Kayla masih mengeratkan pelukannya pada ibunya.

"Mama baik-baik aja disini, kamu juga kan? Disini banyak anak kecil, mama suka inget kamu jadinya." cerita Krystal, kadang juga Krystal merasa kesepian. Namun hatinya akan sangat egois jika memaksa Kayla kembali kesampingnya.

"Kayla mau disini aja sama mama boleh?" tanya Kayla, ia sangat merindukan sosok ibunya ini. Memang Sowon adalah ibu angkatnya, namun tidak mudah untuk Sowon menerima kenyataan bahwa Krystal telah meninggal dan digantikan oleh Sowon.

"Nggak Kayla, kamu mau ninggalin papa sama mama kamu?" tanya Krystal, menahan tangisnya.

"Tapi aku kan kangen sama mama…" jawab Kayla sambil menatap ibunya lalu menangis.

"Belum waktunya buat kamu sayang, kamu mau ninggalin Jinyoung?"

[🌠]

Selama seminggu ini Guanlin dan Jinyoung secara bergantian menjaga Kayla. Kai dan Sowon harus berangkat kerja dari pagi sampai sore, barulah waktu malam hari Sowon dapat menemani Kayla.

"Makan dulu Kay," Guanlin mengarahkan sesendok bubur kemulut Kayla namun langsung ditepis Kayla.

Beruntung Kayla masih bisa melewati masa kritisnya. Kayla mengalami gegar otak ringan dan luka pada bagian tangan juga kaki karena tergesek aspal. Kayla masih merasakan nyeri disekitar kepala dan tangannya.

Guanlin sudah membujuk Kayla beberapa kali untuk makan hari ini, namun reaksi Kayla tetap sama. "Gak mau makan."

Guanlin menyempatkan diri untuk menjaga Kayla sepulang sekolah, bergantian dengan Jinyoung setiap hari. Jinyoung hari ini memiliki bimbel jadi Guanlin yang menjaga Kayla.

"Kay kamu itu belum makan daritadi, tiga suap aja deh ya?" tawar Guanlin, Guanlin hanya merasa khawatir dengan isi perut Kayla kalau begini terus.

"Gak mau kak, pahit." tolak Kayla lagi.

Tok tok tok

Pandangan Kayla dan Guanlin langsung ke arah pintu, Jinyoung baru pulang dari bimbel.

"Ini udah jam setengah tujuh, kok kak Jinyoung baru pulang?" tanya Kayla.

Jinyoung hanya tersenyum tipis, "Tadi aku abis dari bimbel, mama papa kamu gabisa dateng malem ini jadi aku yang jagain kamu hari ini."

Guanlin membereskan semua yang dia bawa tadi, mulai dari tas sekolah dan lainnya. Bagaimana bisa Kayla secerewet itu pada Jinyoung sedangkan sedari tadi Guanlin diabaikan olehnya?

"Kayla belom makan, tuh ada bubur. Jangan diapa-apain, gue balik. Kay, aku balik ya." Guanlin menoleh kearah Kayla, tersenyum tipis.

"Hati-hati dijalan kak Guanlin, jangan ngebut-ngebutan. Makasih udah nemenin aku ya," sahut Kayla ramah. Guanlin hanya membalasnya dengan senyum ramah, lalu meninggalkan keduanya.

Jinyoung menutup pintunya lalu mendudukkan diri disamping Kayla, "Makan, Kay." Jinyoung mengambil satu suapan bubur, mengarahkannya pada mulut Kayla.

Kayla menepisnya, "Nggak mau, gak laper. Lagian itu buburnya pahit banget, kaya makan arang."

"Ada-ada aja, buruan makan. Kalo gak makan aku cium nih,"

"Nekat bener astagfirullah Jinyoung makin gak waras tiap hari…"

Jinyoung hanya terkekeh geli mendengar ocehan Kayla yang menurutnya itu lucu. Jinyoung mengarahkan sesuap bubur yang kemudian diterima Kayla walau sambil ogah-ogahan.

"Udah kak, kenyang." geleng Kayla ketika Jinyoung mengarahkan suapan keempat.

"Baru juga tiga suap Kay???" heran Jinyoung.

"Nggak enak, serius."

Sowon
nak Jinyoung kalo Kayla nnti gamau makan jgn dipksa ya,,, mgkin msh masih sakit,

Jinyoung
iya te

"Yaudah gapapa kalo gak mau makan. Kalo laper bilang aja ya ke aku. Kalo sakit juga bilang aja, aku mau ngerjain tugas." ucap Jinyoung yang hanya dibalas anggukan oleh Kayla.

Jinyoung mengeluarkan buku Biologi miliknya, lalu mulai mengerjakan satu persatu soal tersebut. Kayla hanya tersenyum sambil memainkan rambut Jinyoung.

"Sssh geli Kay,"

"Ada tugas apa lagi kak?" tanya Kayla, masih memainkan rambut Jinyoung.

"Buat ppt sejarah peminatan, sama kerkel matematika."

"Ngapain kesini kalo banyak tugas?! Dih kak Jinyoung mah kerjain sana tugasnya. Malah nemenin aku disini, bego emang." oceh Kayla.

Jinyoung menoleh kearah Kayla, "Apa? Kamu bilang aku bego? Oh, oke. Yaudah aku pergi dulu, mama papa kamu lembur jadi kemungkinan kamu malem ini sendirian. Dah ya, aku mau pergi." Jinyoung merapihkan segala buku miliknya lalu bersiap meninggalkan Kayla sambil menyampirkan tas miliknya.

Dengan cepat Kayla menahan tangan Jinyoung, "Kak Jinyoung baperan amat elah. Orang aku cuman main-main doang. Susah emang punya gebetan yang serius amat ga bisa diajak bercanda,"

"Diem, sana istirahat."

"Yeu iya-iya gue istirahat, dah papa Jinyoung"

"NGOMONG APAAN ANJIR KAYLA BEGO!"

"Hehe bisa juga ngomong anjir ni orang. Nggak, kan kak Jinyoung perhatiannya lebih dari papa aku ya jadi aku panggil papa Jinyoung, salah?"

"Kayla mending tidur deh sekarang, sebelum ntar aku yang tidurin."

Kayla meraih handphone miliknya, menekankan nomor telpon lalu mulai berbicara. "Halo, pah ini kan kak Jinyoung nemenin aku. Kata kak Jinyoung kalo aku gamau tidur dia yang mau tidurin ㅡ hmpphhhh"

"Aman om anaknya kalo sama Jinyoung kok, udah dulu ya om. Kayla ngelantur nih." rampas Jinyoung cepat lalu mematikan sambungan telpon Kayla dan ayahnya.

Kayla benar-benar gila serius, pikir Jinyoung. Bagaimana bisa Kayla bersikap seperti itu? Awalnya Jinyoung mengira kalau Kayla hanya membohongi Jinyoung, namun Kayla benar-benar menghubungi Kai.

Om Kai
awas lo ngapa-ngapain anak gue kutu kupret

Mati Jinyoung.

🌠🌌🌠

mari lihat satu chapter lagi apakah aku akan memberikan plot twist atau membiarkan jinkay berlayar~

Letting Go ㅡBae Jinyoung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang