Setelah melewati berbagai macam praktek, ujian tertulis dan lisan dan yang terakhir ujian nasional. Ujian yang menentukan akhir dari perjuangan semua murid selama 3 tahun menimba ilmu. Setelah melewati masa menegangkan dan saatnya kami semua hanya tinggal menunggu hasil.
Rasa penasaran, takut dan deg-degan pasti ada namun, itu semua akan terlupakan dengan liburan yang diadakan oleh pihak sekolah setelah usai ujian nasional. Gunanya untuk menjernihkan pikiran dan merefreshingkan otak agar tidak terlalu kaku.
Aku sekarang sedang packing untuk persiapan liburan ke Bali besok pagi. Liburan disana hanya seminggu makanya aku hanya membawa keperluaan secukupnya. Satu tas ransel berukuran besar cukup untuk kebutuhanku yang hanya seminggu disana.
***
Sekitar 30 menit kami semua telah sampai di pulau dewata Bali, guru meminta kami untuk membereskan perlengkapan yang kami bawa, baru setelah itu kami boleh berjalan-jalan, tapi hanya diperbolehkan di sekitar hotel karena hari sudah menjelang sore. Besok paginya baru kami semua jalan-jalan bersama ke tempat wisata lainnya.
Setelah bersih-bersih dan semuanya sudah beres, Intan mengajak ku berjalan-jalan di sekitar pantai. Aku sebenarnya malas jalan-jalan malam hari gini, tetapi karena Intan memaksa ya, terpaksa aku ikut dengannya karena aku juga tidak mau sendirian di kamar hotel.
Kami hanya berjalan-jalan disekitaran pantai walaupun awan sudah berganti ungu kelabu namun, di pantai ini masih terdapat banyak orang yang berlalu lalang. Ada yang bersama pasangannya, keluarganya dan sahabatnya.
"Akhirnyaaaa liburan juga kita!" pekik Intan dengan suara keras dan senyum mengembang sampai gigi gingsulnya terlihat, "otak gue udah bebel banget ini gara-gara UN yang bikin stres." tambahnya dengan raut wajah frustasi.
"Makanya belajar, jangan nyontek mulu! Gimana lo mau maju kalo setiap ulangan yang diandelin sontekan." desisku kalem tapi, menghujam.
"Yee, gue udah belajar kali, belajar mencintai Davin hahaha." jawabnya dengan guyonan.
Davin itu adalah pacarnya Intan mereka baru berpacaran sekitar dua minggu lebih, kata Intan Davin itu cowok terpeka yang pernah dia temui karena selama dia berpacaran tidak ada cowok yang menjemputnya dan mengajaknya malam mingguan tanpa harus di kode terlebih dahulu. Aneh memang, tapi itu yang dinamakan cinta, mungkin.
"Davin mulu sih yang ada diotak lo."
"Ya emang, kan dia pacar gue masa iya gue harus mikirin cowok lain?"
"Terserah lo dah Tan, susah bilangin orang bolot." Intan menyengir lebar.
Kami berhenti berbicara saat seorang cowok menghampiri kami sambil tersenyum.
"Hai Mo, hai Tan." sapanya masih menampilkan senyuman manis.
Senyuman yang beberapa minggu ini tidak ku lihat, orang itu adalah Vino. Sudah seminggu aku tidak pernah bertemu dengan Vino setelah Vino menceritakan tentang tawuran itu. Setelah Vino mengantarku pulang sehabis ia bercerita kita tidak pernah bertemu lagi, disekolahpun aku tidak melihat Vino dan sekarang cowok itu berada dihadapanku dengan wajah yang sudah kembali seperti semula tanpa cacat, ditambah lagi senyuman manisnya yang selalu cowok itu tunjukkan.
"Hai, Vin." Intan yang menjawab sapaan Vino sedang aku hanya tersenyum sambil memperhatikannya. "Eh, tunggu dulu deh, tadi lo manggil Moza apa? Mo?" ucap Intan mengulangi yang dibalas anggukan kepala oleh Vino.
Intan mendelik, "dih, mau aja lo Za dipanggil Mo sama Vino, emangnya lo sapi apa?" sewot Intan.
"Ya, gak pa-palah, kan gue mau beda dari yang lainnya, biar Moza inget sama gue, ya nggak Mo?" Vino menatapku sambil tersenyum tengil. Aku hanya membalas memutar bola mata malas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Silent
Novela JuvenilDalam diam aku menyimpan, sebuah kata yang sulit untuk ku ucapkan. Dalam diam aku memendam, sebuah rasa dalam rangkaian aksara. Dalam diam aku menyembunyikan, sebuah harap yang terpendam tanpa terungkap. Dalam diam aku menyebut namamu dalam setiap d...