9. Pelangi

1.6K 75 2
                                    

Lebih baik memendam daripada menyampaikan apa yang tak dapat direalisasikan.

☁☁☁

Malas. Satu kata beribu makna yang menggelayuti diriku sejak kemarin malam. Bisakah libur panjang diperpanjang lagi? Sungguh, aku benar-benar malas untuk pergi ke sekolah pagi ini.

"Bangun, woy! Udah pagi ini!!" seru seseorang yang membuatku terkesiap.

Aku menghela napas panjang sebelum menatap malas si empunya suara. "Anjiran! Muka lo loyo banget padahal awal tahun begini!" ocehnya.

Aku mengusap wajahku kasar. "Anter gue ya, Ta."

Tak kudapati sahutan darinya membuatku merutukinya dalam hati.

"Mampu bayar berapa lo?"

Tuhan! Benar-benar adik durhaka lelaki satu ini. "Berisik! Anterin aja sih!"

Ia bangkit setelah selesai mengenakan sepatu kets hitamnya seraya menepuk bagian belakang celana SMP yang ia kenakan. "Cepetan kalau mau nebeng."

Aku menarik napas dalam-dalam. Memang harus menambah tingkat kesabaran jika menghadapi manusia satu ini. Apa salahnya mengantar kakak kandungnya ke sekolah ditambah sekolah kami satu arah? Dasar.

Setelah berpamitan dengan Mama yang kebetulan lewat setelah membereskan bekas sarapan, aku menyusul Atthar yang sudah duduk di motornya.

"Gak usah ngebut kalau gak mau mati!" perintahku sebelum benar-benar duduk di jok penumpang.

Atthar mendeham sebagai jawaban lalu mulai melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata membelah kepadatan kota di pagi hari.

☁☁☁

Ponselku berdenting menandakan sebuah pesan masuk, aku merogoh saku rok abuku untuk mengambil benda pipih itu di sana.

Alarisha Kiara P send you massage.

Untuk apa sahabat menyebalkan sepertinya mengirimiku pesan? Aku memendam kesebalan padanya. Pasalnya, saat libur berlangsung ia dengan bahagianya berlibur—mungkin—bersama keluarganya ke Bunaken, padahal aku ingin mengajaknya berlibur bersama.

Parahnya, Atthar dengan sahabat-sahabat dengan tingkat kesintingan yang sama dengannya bisa berlibur bersama ke Jogja. Aku? Sudah dipastikan aku mengendap bersama kebosanan selama dua minggu di dalam rumah. Miris.

Alarisha Kiara P : Lea, aku di depan ruang tamu. Nyari kelas bareng, ya?

Sungguh, aku lupa kalau hari ini kelas sebelas akan kembali dipencar. Ah, padahal aku sudah cukup nyaman berada dalam kelas 11 MIA 2.

Aku berjalan mendekati ruang tamu dan mataku langsung menangkap sosok Icha yang tengah berdiri sambil memainkan ponselnya.

"Cha! Woy!" Icha menoleh dan menatapku dengan senyumannya lalu ia berjalan mendekat.

"Ayo, Le, nyari kelas. Ah, semoga aja satu kelas lagi ya?"

Aku mengangguk singkat lalu berjalan menuju koridor kelas sebelas IPA.

Beruntung sekolah masih cukup sepi pagi ini, hanya beberapa murid kelas sebelas yang memenuhi koridor kelas sebelas IPA yang sedang memindai namanya yang di kertas yang di tempel di masing-masing jendela kelas.

Tepat di depan jendela kelas 11 IPA 1 aku dan Icha memberhentikan langkah, untuk mengecek apakah namaku ataupun Icha tertera atau tidak di sana. Hanya dengan mengecek huruf A sebenarnya.

XI MIPA 1

1. Abyan Reyhan Galuh
2 Adisty Desyana Putri
3. Adrian Anggara
4. Alarisha Kiara Putri
5. Azaziel Tarendra Arwan
.....

Hilang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang