Sinar matahari mulai memasuki celah kamar Regan. Sinarnya mulai mengenai wajah ayu Karen. Mata Karen mengerjap untuk bangun. Ia membuka matanya dan melihat jam wecker yang ada dinakas sebelah ranjangnya. Ia membulatkan matanya. Karen segera bergegas turun dan berlari kearah jendela untuk memastikan bahwa jam itu salah. Pukul 09.00 pagi. "Oh my god... kenapa aku bisa kesiangan gini?" Ucap Karen sambil menepuk jidatnya. Dilihatnya Regan masih terlelap tidur dengan selimut tebalnya. "Re ayo bangun!!" Karen menggoyang tubuh Regan. "Aduh ni orang tidur kaya kebo!! Re ayo bangun udah siang" Karen menarik selimut dari tubuh Regan.
"Hoamphh...." Regan menguap sambil mengucek matanya. Karen malah mondar-mandir dalam kamar. "Kamu ngapain sih mondar-mandir ngga jelas kaya gitu?" Tanya Regan. "Aku bangun kesiangan tadi, jadi aku belum buat sarapan tadi. Duh gimana nih? Mana ngga subuh lagi" Karen menggigit jarinya sambil mondar-mandir ngga jelas. "Kamu mandi dulu sana, nanti kesiangan kekantornya" sambung Karen. "Karen istriku, kamu lupa ya? Aku kan bossnya jadi terserah aku mau berangkat jam berapa" ucap Regan.
Karen ingin menjedotkan kepalanya ketembok saat ini juga. "Kenapa aku bisa lupa kalau dia ini pemilik perusahaan" batin Karen. "Udahlah mandi dulu sana" ucap Karen. Regan lalu masuk kedalam kamar mandi. Sementara Karen merapikan tempat tidurnya dan menyiapkan baju untuk suaminya lalu ia turun kebawah.
Setelah cukup lama berada didalam kamar mandi, Regan keluar dengan lilitan handuk dipinggangnya, membuat otot perut six pack miliknya terekspos. Ia melihat pakaian kantor diatas ranjang. Ia tersenyum lalu memakainya, ini pertama kalinya ada yang memperhatikan dirinya. Setelah memakai perlengkapan miliknya, ia turun kebawah. "Karen...." panggilnya. "Iya...." sahutnya sedikit berteriak karena berada didapur. Regan menghampirinya dan duduk didekat pantry. "Maaf ya, cuma siapin roti sama susu" Karen meletakkan dua potong roti dan segelas susu di atas pantry. Regan langsung menyomotnya. "Kamu berangkat kerumah sakit jam berapa?" Tanya Regan sambil menguyah rotinya. "Aku shift malam hari ini, jadi nanti sore baru berangkat" jawab Karen. "Jadi malam ini aku tidur sendirian dong" Regan menampilkan wajah manjanya. "Ya elah, kamu manja banget sih". "Ngga ada yang aku peluk" sambung Regan. "Peluk guling" celetuk Karen. Regan mencabikkan bibirnya. "Nanti sore aku antar kerumah sakit ya" ucap Regan. Tapi itu seperti nada perintah. "Emang kalau aku nolak kamu tetep aja nganter aku kan?". "Pinter istri pelor aku" balas Regan.
"Ya udah aku berangkat dulu, dah nona pelor" ucap Regan sebelum berangkat kekantor dan mencium pipi istrinya setelah itu mengulurkan tangannya. Karen menyambutnya dan mencium punggung tangan suaminya. Regan melenggang pergi. "Wa'alaikumsalam....". "Eh iya lupa, Assalamu'alaikum..." ucap Regan. Karen memandang punggung suaminya dengan ekor matanya sebelum tubuh Regan menghilang.
☆☆☆
Hari sudah berganti petang. Karen sedang menunggu Regan pulang diruang tamu. Suara derungan mobil terdengar memasuki pekarangan rumahnya. Karen segera menuju pintu lalu membukanya dan benar itu adalah Regan. "Assalamu'alaikum..." sapa Regan turun dari mobil lalu menghampiri istrinya yang berdiri didepan pintu. "Wa'alaikumsalam..." balas Karen dan mencium punggung tangan suaminya. "Mau mandi dulu?" Sambung Karen. "Hm.. bolehkan? Aku janji ngga akan lama kok.Kamu tunggu bentar ya" ucap Regan dan diangguki oleh Karen.
Regan segera masuk kedalam rumah dan naik keatas kamarnya. Sementara Karen memilih menunggunya di ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Tak butuh waktu lama untuk Regan menyelesaikan ritual-ritual miliknya. Ia turun dari tangga menggunakan kaos dan celana jeansnya. "Ayo.." ajak Regan menghampiri Karen. Karen segera berdiri dan mengikuti langkah suaminya.
"Besok kamu pulang jam berapa?" Tanya Regan saat berada dalam mobil. "Ehm.. mungkin jam 06.00" jawab Karen. "Oke, kalau gitu nanti aku jemput ya?" . "Hmm..." jawab Karen.
Mobil Regan sudah memasuki pelataran sebuah rumah sakit yang cukup besar. "Dah sampai...." ucap Regan. "Aku turun dulu ya?" Balas Karen. "Eits... tunggu sebentar" cegah Regan sambil menahan lengan Karen. Regan segera turun dari mobil dan berjalan melingkar bagian mobilnya lalu membukakan pintu untuk Karen. "Silahkan..." ucap Regan. Karen segera turun dan mencium punggung tangan suaminya. "Dah sana pulang!!" Perintah Karen. Regan menggelengkan kepalanya. "Kenapa?" Karen mengenyitkan dahinya. "Kamu masuk aja dulu, setelah itu aku baru pulang" jawab Regan. Karen menurut lalu masuk kedalam rumah sakit.Setelah tak melihat tubuh Karen dari pandangannya, Regan memasuki mobilnya dan melenggang pergi.
"Ciee... pengantin baru udah masuk kerja nih ye.." ucap salah satu teman sesama dokter Karen. "Ish.. kamu apaan sih Din, ngga jelas banget" balas Karen. "Yee.. lo galak banget sih, kaya ibu kos-kosan aja" ucap Dini. Karen menatap tajam kearah Dini. Sementara yang ditatap hanya nyengir khas kuda.
"Hai, Ren. Apa kabar? Selamat ya atas pernikahanmu. Maaf aku ngga bisa datang, soalnya ada urusan mendadak" ucap seorang yang memakai jas dokter dengan paras tampannya yang tiba-tiba berdiri disamping Karen. "Terima kasih ya, Dit" jawab Karen sambil tersenyum. "Kamu kapan balik,Dit?" Tanya Dini. "Kemarin.." jawab Adit, dokter tampan dan muda yang juga bekerja di rumah sakit itu.
Tak ada banyak pasien malam itu, jadi Karen bisa sedikit bersantai di ruang jaganya. "Ren, kita makan yuk. Laper nih gue" ajak Dini. "Ehm.. gue sebenernya juga laper sih. Tapi nanti ngga ada yang stay disini" jawab Karen. "Iya ya.." Dini nampak berpikir. "Oke, lo tunggu disini ya. Gue kekantin dulu nanti gue balik kesini lagi" sambung Dini lalu berlari keluar ruangan.
Drt...drt..drt..
Telfon Karen berdering. Karen menatap ponselnya, Regan itulah nama yang tertera di ponselnya.
"Halo... kamu udah makan? Atau belum? Pasti belum ya? Gimana kalau aku kirim makanan kesana. Atau aku aja yang nganter kesana" cerocos Regan.
"Kalau telfon orang itu, salam dulu baru ngomong" jawab Karen.
"Ups.. aku lupa, Assalamu'alaikum...."
"Wa'alaikum salam, kamu ngapain telfon aku? Apa ada masalah?"
"Ngga ada, aku cuma mau tanya. Kamu udah makan atau belum?"
"Nih, baru dibeliin makanan sama temen aku"
"Ooo.., kamu ngga ada pasien ya?"
"Kok kamu tahu?"
"Ya lah, kalau kamu ada pasien mana mungkin bisa jawab telfon aku"
"Ehm... , kamu sendiri udah makan belum?"
"Ngga selera"
"Kenapa gitu?"
"Soalnya ngga ada kamu"
"Dasar manja"
"Manja ama istri sendiri ngga papa kan? Lagian kamu kenapa mesti dapat shift malam sih?"
"Ini shift malam terakhirku, mulai lusa aku udah shift siang"
"Yess..." Regan terdengar sangat girang.
"Kamu kenapa??" Dahi Karen mengerut.
"Ngga ada.."
"Karen nih makanannya" Dini tiba-tiba masuk. Karen hanya menganggukkan kepalanya. "Siapa?" Tanya Dini.
"Siapa itu ,Ren?" Regan penasaran disebrang telfon.
"Temen aku, Dini"
"Siapa sih, Ren. Suami lo ya?". Karen menganggukkan kepalanya lagi. "Kenalin ke gue dong" bujuk Dini.
"Udah makan dulu sana!! Aku juga mau lanjutin kerjaan aku dulu"
"Kamu masih kerja, Re?"
"Iya, bentar lagi selesai kok. Udah dulu ya, jangan kangen sama aku lho..., Assalamu'alaikum.."
"Pede banget kamu, wa'alaikumsalam.., jangan malam-malam tidurnya" ucap Karen sebelum sambungan telfonnya terputus.
"Lo jahat banget deh Ren, kan gue belum kenalan sama suami lo. Kok udah lo tutup telfonnya" gerutu Dini. "Lo kenapa sih, Din? Udah ah ayo makan. Perut gue udah minta jatah nih" Karen mengambil kantong plastik yang berisi makanan dari tangan Dini dan membukanya. Setelah itu mereka memakannya .
***
Maaf ya kalau typo..
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅
RomanceRegan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tunangan sahabatnya, Karen Veronica Gustina. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Lika-liku perjalanan...