Setelah keluar dari kantor Kevin, Regan memutuskan untuk menjemput Karen. Dengan langkah pasti, ia menuju ke tempat dimana ia memakirkan mobilnya. Duduk dibalik kemudi lalu mengendarai mobilnya.
Regan berusaha membuang semua pikiran buruk tentang istrinya. Berusaha untuk tak menaruh rasa curiga dalam dirinya.
"Buang semua pikiran burukmu, Regan" ucap Regan menasehati dirinya sendiri. Regan menarik napas dalam lalu menghembuskannya.
Regan sudah sampai didepan rumah sakit dimana istrinya bekerja. Membuka seatbelt-nya dan berniat untuk turun. Hingga matanya melihat sesuatu yang membuat rasa curiga dalam dirinya kembali tumbuh. Napas Regan memburu. Dengan mengetatkan rahangnya berusaha untuk menahan agar amarahnya tak meledak saat ini juga. Ia menyalurkan amarahnya dengan memukul kemudi mobilnya.
Regan melihat seorang pria membukakan pintu mobil untuk Karen masuk kedalamnya. Tanpa penolakan, Karen menurut dan tersenyum kearah pria tersebut. Tunggu dulu, itu pria yang sama. Pria yang dilihat Regan saat di cafe.
Regan mengikuti kemana mereka pergi. Didalam mobil, pikirannya kembali dipenuhi oleh berbagai pertanyaan itu kembali. Pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya berspekulasi bahwa memang ada hubungan lebih dari sekedar teman pada mereka berdua.
Mobil yang Karen tumpangi memasuki kawasan sebuah pusat perbelanjaan mewah di Jakarta. Dilihatnya, pria itu membukakan pintu kembali untuk Karen. Setelahnya mereka memasuki pusat perbelanjaan tersebut.
Regan mengekorinya. Ia berusaha menjaga jarak agar tidak dicurigai. Ia berusaha untuk tidak meledakkan amarahnya saat ini juga. Ada rasa cemburu dan amarah yang tak tersampaikan dari sorot matanya.
Karen dan pria itu masuk kedalam sebuah toko perhiasan yang ada disana. Regan masih setia mengekor. Ia juga turut menyelinap masuk kedalam tanpa sepengetahuan Karen. Dilihatnya Karen sedang melihat beberapa perhiasan yang berada di etalase. Jangan ditanyakan soal harganya.
Karen terlihat berbincang-bincang dengan pria itu. Ada raut kebahagiaan yang terpancar dari wajah cantiknya. Setelahnya, pria itu memakaikan cincin kejari manis Karen. Sebuah cincin berlian yang pasti harganya akan menguras kantong.
'Apa mungkin Karen berpaling dariku karena uang? Tapi itu tak masuk akal. Bahkan aku bisa memberinya lebih dari semua ini. I'm disappointed with you, Karen' batin Regan.
Setelah itu, pria yang bersama Karen meminta kepada pelayan toko untuk membungkus cincin tersebut dalam sebuah wadah beludru berwarna merah. Lalu meninggalkan tempat itu setelah membayarnya.
Mereka berdua kembali memasuki sebuah toko jam tangan. Regan kembali membuntuti dua insan tersebut.Karen melihat-lihat beberapa jam yang dipajang. Pilihannya jatuh pada sebuah jam tangan laki-laki berwarna silver. Ia sempat tersenyum lalu meminta tanggapan dari pria yang berdiri disampingnya. Karen memakaikan jam tangan tersebut ke pergelangan tangan pria itu. Mereka lalu menuju ke kasir untuk membayar.
'Apa aku sudah tak berarti lagi bagimu? Mungkinkah kau sudah bosan padaku hingga kau berpaling kelain hati?' Tanya Regan dalam hatinya.
Regan memilih untuk pulang terlebih dahulu. Ia tak ingin merasakan sakit lebih dari ini. Sakit yang pernah ia rasakan sebelumnya. Sakit yang pernah diberikan oleh wanita yang pernah mengisi kebahagiaan dalam hidupnya. Dan sekarang, sakit itu kembali ia rasakan. Sakit yang diberikan oleh wanita yang ia anggap sebagai kebahagiaannya. Wanita yang selalu dijadikan sandarannya berkeluh kesah.
Regan mengendarai mobilnya dengan kondisi hatinya yang berkecamuk. Amarah, takut, kecewa, curiga bercampur menjadi satu. Ia sempat ingin membuang semua rasa itu. Tapi kenyataan berkata lain. Hal itu tak sesuai dengan yang diinginkannya.
Ia ingin mempercayai istrinya, hanya ia yang ada dihidup Karen. Tapi itu sirna, saat ia melihat Karen berjalan dengan pria lain. Anggap saja Regan terlalu berlebihan. Tapi apalah dayanya?. Bukankah cemburu cerminan bahwa ia mencintai istrinya. Meskipun cemburunya itu tanpa alasan. Bukankah melihat istrinya jalan berdua dengan seorang pria merupakan alasan yang kuat? Mungkin hal ini juga akan dirasakan oleh suami-suami lain diluaran sana.
Regan sampai dikediamannya. Ia langsung memasuki rumah miliknya. Berjalan menuju lantai atas untuk sampai dikamarnya.
"Selamat sore tuan" sapa bi Ijah tapi diacuhkan oleh Regan.
Regan langsung masuk kedalam kamar mandi setelah ia sampai dikamarnya. Ia ingin menenangkan pikirannya dengan aroma lavender yang berasal dari sabun mandinya. Guyuran shower membuatnya sedikit rileks.
Setelah selesai dengan ritual-ritual miliknya, Regan keluar dengan memakai kaos dan celana pendek selutut. Penampilannya terlihat lebih segar daripada sebelumnya. Ia langsung duduk ditepi ranjang sambil memainkan ponselnya. Sudah pukul 17.15 WIB. Tapi tak ada tanda-tanda istrinya itu pulang. Apa mungkin Karen lupa untuk pulang?. Memikirkan itu membuat Regan tertidur.
☆☆☆
Saat memejamkan matanya ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya. Regan membuka matanya dan mendapati istrinya. Karen berjalan kearah almari dan mengambil koper yang berada disamping almari.
Ia memasukkan semua pakaiannya kedalam almari. Regan hanya menatapnya dengan tatapan bingung. "Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Regan. Tak ada jawaban. Karen sibuk mengemasi barang-barangnya.
"Aku bertanya padamu, apa yang kau lakukan?" Tanya Regan sekali lagi. Karen masih bungkam. Regan kesal dengan tingkah istrinya. Ia beranjak dari tempat tidur lalu menghampiri istrinya. Ia mencekal tangan Karen lalu membuat Karen menatap matanya.
"Apa yang kau lakukan Karen? Jawab aku!!! Jangan hanya diam" ucap Regan dengan nada cukup tinggi. Bukannya menjawab, Karen memberontak untuk melepaskan diri. Dan usahanya berhasil. Ia berhasil mendorong dada bidang Regan dan membuat cekalan Regan ditangannya terlepas.
"Apa-apaan ini, Karen?? Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak bisa menjawab pertanyaanku. Apa susahnya hal itu heh?" Ucap Regan mulai tersulut emosi. Karen masih tak bergeming, ia kembali sibuk mengemasi barang-barangnya.
"JAWAB AKU KAREN!! JANGAN MEMBISU" teriak Regan.
"Apa? Apa yang ingin kau ketahui? Kau ingin aku menjawab pertanyaanmu bukan? Baiklah, aku akan menjawabnya. Aku ingin pergi. Aku ingin mengikuti kebahagiaanku. Aku ingin pergi darimu, Regan. AKU INGIN PERGI!!" Ucap Karen akhirnya.
"Tidak, kau tidak boleh melakukan itu. Kenapa kau harus pergi? Aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Kau akan berada disini, kau akan tinggal bersamaku, Karen"
"Apa ini semua karena laki-laki itu? Apa hebatnya dia? Apa semudah itu kau berpaling dariku? Kemana Karen yang dulu? Karen yang aku cintai. Karen yang selalu ada untukku?" Tanya Regan sedih. Sebulir air mata jatuh dari pelupuk matanya.
Karen diam saja. "Katakan, katakan padaku. Apa yang harus kulakukan agar kau tetap tinggal disini? Aku akan melakukan apapun. JAWAB AKU!! "
"Maaf...." ucap Karen.
"Kenapa kau harus minta maaf? Kau akan tetap disini. Kau tidak akan pergi. Demi cintamu padaku, jangan pergi" ucap Regan seraya menghapus air matanya dengan kasar.
Karen menggelengkan kepala lalu pergi meninggalkan Regan sambil menarik koper miliknya.
"KAREN!!!" teriak frustasi Regan.
☆☆☆
"KAREN!!!" Ucap Regan dengan napas memburu. Ia terduduk sambil menyandarkan kepalanya.
Suara pintu kamar mandi terbuka. "Ada apa, Re?" Tanya seorang wanita. Regan melihat kearah sumber suara. Dilihatnya, istrinya duduk disampingnya dengan raut khawatir. Berarti, semua itu hanya mimpi.
"Kau mimpi buruk?" Tanya Karen. Regan tak menjawab, ia memilih meninggalkan Karen keluar dari kamarnya.
Regan menuju kedapur. Ia mengambil sebotol minuman dingin lalu meneguknya hingga tandas. 'Apa yang kau pikirkan, Re?' Tanyanya dalam hati.
Sebegitu takutkah kau kehilangan Karen hingga terbawa dalam dunia mimpi?
***
TBC..
Tinggalkan jejak ya, jangan jadi pembaca gaib..
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅
RomanceRegan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tunangan sahabatnya, Karen Veronica Gustina. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Lika-liku perjalanan...