Part 18

22.7K 980 19
                                    

Sudah lebih dari 12 jam Regan masih setia duduk disamping Karen yang terbaring lemah sambil terus menggenggam tangan Karen berharap untuk ia membuka matanya. Namun, sepertinya Tuhan belum mendengarkan do'anya. Matanya yang sembab masih setia menatap wajah istrinya. Setiap detik ia lewati dengan harapan Karen akan berhenti untuk tak sadarkan diri dan memberikannya seutas senyum.

"hei, apa kau tidak ingin bangun? Kenapa kau betah sekali tidur? Ini bahkan sudah pagi. Ayo bangun Karen, apa kau tidak ingin membuatkan sarapan untukku, menyiapkan bajuku, dan mengomeliku seperti biasanya" ucap Regan menangis sambil tertawa hambar untuk menghibur dirinya sendiri.

Regan mengusap air matanya yang kini mulai membanjiri wajahnya. "Apa kau marah padaku heh? Hingga kau tidak mau bangun. Aku berjanji akan menuruti semua permintaanmu jika kau membuka matamu. Karen ayo bangun, kau tidak kasihan melihatku menangis seperti ini?"

Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan agar Karen bangun? Haruskah aku berteriak memintanya untuk bangun? Atau aku harus menangis terisak-isak agar Tuhan mendengarku? Atau aku harus menjerit agar Tuhan membantu hambaNya yang lemah ini?

Katakan! Katakan padaku, apa yang harus kulakukan agar ia mau bangun. Aku tak sanggup melihatnya seperti ini. Jika Tuhan mengizinkan, biarkan diriku yang menggantikan posisinya. Aku mohon!!

Tanpa disadari, mama Regan sudah berdiri disana sejak tadi. Memperhatikan putranya yang sangat kacau. Ia juga sangat prihatin dengan kondisi Karen saat ini. Namun apa daya, tak ada yang bisa ia lakukan.

"Ikhlaskan semua yang telah terjadi nak" ucap mama Regan yang sudah berdiri disamping Regan sambil menepuk pundak putranya.

"Andai aku bisa melakukannya ma, tapi apa yang harus yang aku lakukan agar aku bisa melakukannya?" Jawab Regan seraya menyeka air matanya.

"Tenangkan dirimu, Re. Jauhkan amarah dari dirimu. Mama tahu kau begitu hancur, tapi ingatlah bahwa sekarang Karen membutuhkanmu"

"Aku tak bisa, ma"

"Pergilah, mohonlah padaNya, hanya Dia yang dapat membolak-balikan keadaan"

Regan mendongakkan kepalanya dan mendapatkan anggukan dari mamanya. Regan berdiri lalu meninggalkan ruangan Karen.

Dengan langkah gontai, ia menuju ke mushola rumah sakit. Mengambil wudhu dan memohon pada sang kuasa sambil menengadahkan tangannya.

"Ya Allah hamba tahu, hamba sudah sangat jauh dariMu. Tapi bolehkah hambamu ini meminta sesuatu padaMu?. Pantaskah hamba memohon sesuatu?. Hamba tak tahu kemana lagi hamba akan meminta selain padaMu" Regan tak kuasa untuk membendung air matanya.

"Sadarkanlah istriku, hamba mohon. Kembalikan dia padaku.Kau pasti tahu betapa hamba sangat mencintainya. Hamba bahkan tak bisa hidup tanpanya. Jika hamba boleh memilih, hamba rela jika harus menggantikan posisinya saat ini. Tolong kabulkanlah permintaan hambaMu yang penuh akan dosa ini. Amin.."

Regan sudah selesai dengan urusannya dengan sang khalik. Ia segera kembali keruangan Karen. Langkah demi langkah ia lewati dengan harapan saat ia sampai Karen sudah membuka matanya dan tersenyum kearahnya. Namun harapan itu kembali pupus, karena keadaan Karen masih sama dengan yang sebelumnya.

Regan kembali duduk disamping Karen. Masih dengan posisi yang tadi, menggenggam tangan istrinya.

"Nak, kamu sebaiknya makan dulu. Dari semalam kamu kan belum makan. Ayo makanlah, mama membawakan makanan untukmu"ucap mama Regan.

"Regan tidak lapar,ma" jawab Regan. Pikirannya terlalu kalut dengan keadaan Karen. Ia bahkan tidak memikirkan bahwa dirinya belum makan sedari semalam.

"Kamu jangan bersikap seperti anak kecil, Re. Makanlah, jika kamu sakit maka siapa yang akan menjaga Karen nanti" marah mama Regan sambil menyerahkan kotak makan kearah anaknya.

Regan akhirnya mengangguk patuh lalu memakan makanan yang dibawakan oleh mamanya. Hambar, itulah rasa yang sast ini Regan rasakan. Entahlah akibat kondisi Karen, mungkin semua makanan akan mempunyai rasa sama jika Regan yang memakannya.

Hari sudah berganti siang. Namun, keadaan Karen masih seperti semula. Regan sedang duduk disofa yang ada diruangan itu. Mamanya sudah pulang semenjak tadi.

"Begini tuan, anak buahku sudah mencari tahu siapa pemilik mobil tersebut. Berkat bantuan CCTV yang terpasang ditoko yang tak jauh dari tempat kejadian kami berhasil mendapatkan nomor polisi mobil itu" ucap Dimas. Ya, sekarang Regan sedang berbicara dengan orang kepercayaannya itu. Ia memanggilnya karena anak buah Dimas telah mendapatkan informasi soal mobil laknat yang telah membuat kondisi Karen seperti ini.

"Jangan berbelit-belit, cepat katakan saja siapa pemilik mobil laknat itu. Aku tak akan mengampuninya" ucap Regan dingin. Tangannya mengepal memendam amarahnya yang sudah sampai dipuncak.

"Maafkan saya tuan, menurut informasi dari anak buah saya, pemilik mobil itu tak lain tak bukan adalah..." Dimas menjeda kalimatnya.

"Mantan kekasihmu, Amel. Ia bahkan sempat membuntuti mobil tuan sebelum kecelakaan. Bahkan saat tuan dan nyonya Karen berada dijembatan tua itu, ia bahkan juga berada disana" sambung Dimas.

"Sial, kenapa aku sampai kecolongan. Kau sudah salah dengan mencelakai istriku, Amel" ucap pelan Regan. Tapi terbesit amarah didalamnya.

"Lalu sekarang apa yang harus saya lakukan, tuan?"

"Aku tak ingin mengotori tanganku dengan berurusan dengan wanita itu, biarkan dia sendiri yang mengungkapkannya didepan polisi. Aku ada rencana" ucap Regan dengan seringaian jahatnya. Entah apa yang ada dikepalanya saat ini.

Ditempat lain, seorang wanita duduk dengan santainya diapartemen miliknya. Segelas minuman alkohol menemaninya. Ruangan itu bahkan penuh dengan bau alkohol.

"Misiku berhasil, sekarang tidak ada lagi yang menghalangi jalanku. Regan, kau pikir aku macam-macam dengan ancamanku. Ckckck" ucapnya sambil menyesap minuman ditangannya.

"Sekarang kau akan menjadi milikku untuk selamanya Regan Dioca Atmadja. Kau hanya untuk Amel semata. Hahaha.." tambahnya seraya tertawa jahat.

Ia kembali menyesap kembali minumannya. "Uuhh, maafkan aku Karen sayang. Sebenarnya aku tak mau melakukan ini padamu. Tapi sayangnya kau yang merebut Regan dariku. Jadi, inilah akibatnya. Maafkan diriku sayang" ucapnya.

Ia meminum kembali minumannya, entah sudah berapa botol yang dihabiskannya. Rasa bahagianya membuatnya lupa dengan sosok Regan yang sebenarnya. Ia tak tahu murkanya seorang Regan Dioca Atmadja. Ia tak tahu saja apa yang akan terjadi padanya.

BRAK!!!

Pintu apartemennya dibuka secara paksa oleh beberapa pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam.

"Hei, apa-apaan ini!! Kalian masuk rumah orang tanpa permisi main dobrak aja. Apa kalian ngga punya sopan santun heh??" Pekik Amel marah dan langsung berdiri.

Tak ada jawaban dari orang-orang itu. Mereka berjalan mendekat kearah Amel. Merasa dirinya tak aman, Amel segera memundurkan dirinya.

"Apa yang kalian inginkan heh? Cepat keluar dari apartemenku!!" ucap Amel.

Para pria itu tak menggubrisnya, mereka malah menarik paksa tangan Amel keluar dari apartemennya.

"Hei, lepaskan!! Lepaskan aku!!" Pekik Amel saat mereka memasukkannya kedalam mobil. Matanya ditutup dengan kain hitam serta mulutnya yang diplaster karena semenjak tadi terus saja berteriak. Mobil tersebut segera meninggalkan pelataran apartemen milik Amel.

"Kami sudah melaksanakan perintahmu, tuan" ucap seseorang yang nampak menelfon seseorang dan berada didalam mobil tak jauh dari kawasan apartemen Amel. Setelah sambungan telfonnya diputuskan, ia segera melajukan mobilnya mengikuti mobil yang membawa Amel.

***

Tbc...

Assalamu'alaikum, sebenarnya aku cuma mau tanya, gimana sih menurut kalian tentang cerita abal-abal aku ini??. Kalau mau jawab di kolom komentar aja ya.. itupun kalau ada waktu. Terimakasih untuk partisipasinya♡♡♡

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang