Part 34

19.6K 845 31
                                    

Langkah kaki Karen berhenti di sebuah taman kota di ibu kota. Ini kali pertama dirinya pergi keluar dari apartemen semenjak ia pergi dari rumah. Karen memilih untuk duduk di kursi taman tersebut.

Sebelum memutuskan untuk pergi ke taman, Karen tadi pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk memeriksakan kandungannya. Terbesit rasa sakit ketika ia memasuki ruang pemeriksaan tanpa ditemani oleh sang suami. Karen merasa iri dengan para wanita yang ada di rumah sakit tadi. Pasalnya, mereka ditemani oleh sang suami yang siap siaga menemani mereka. Sedangkan Karen, namun apalah dayanya, ini adalah keputusannya dan ia akan berusaha untuk tegar menjalani jalan takdirnya. Ia yakin akan kebahagiaan yang sedang menantinya kelak.

Karen mengusap perutnya yang sudah membuncit.
"Hai sayang, bunda sangat bahagia melihatmu tumbuh sehat di dalam sana. Maafkan bunda ya nak, karena bunda tidak bisa membuatmu sama seperti mereka. Bunda tahu, kau pasti sangat merindukan ayahmu, benar bukan? Itulah yang juga bunda rasakan saat ini"

"Tapi kita tidak boleh kalah dengan keadaan. Kita akan selalu bersama dan saling menjaga satu sama lain? Bagaimana? Apa kau setuju sayang?"

Karen tersenyum setelah menyelesaikan ucapannya. Meskipun janin dalam kandungannya belum mengerti dengan apa yang diucapkan Karen, tapi setidaknya dialah yang selalu menjadi tempat curahan hati Karen.

Sudah hampir satu jam Karen berdiam diri di taman itu. Hari sudah semakin sore, cahaya matahari sebentar lagi akan tertutup oleh jingganya sang senja. Karen memutuskan untuk pulang. Salma pasti akan mencarinya, ketika ia tahu bahwa dirinya belum kembali. Dan benar saja, baru Karen akan melangkahkan kakinya, dering ponsel dalam tasnya menghentikannya.

Karen melihat layar ponselnya dan menemukan nama sahabatnya itu tertera di sana.

"Halo...."

"Karen, kamu dimana?? Kenapa belum pulang hah!? Aku sangat mengkhawatirkanmu" semprot Salma langsung setelah Karen mengangkat telponnya.

"Assalamu'alaikum dulu, Salma. Iya, aku minta maaf. Ini lagi ada di taman. Aku akan pulang sekarang"

"Hehe...., iya lupa. Wa'alaikumsalam. Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Kalau begitu cepat pulang. Sebentar lagi malam dan hati-hati di jalan"

"Siap, bu bos. Aku akan matikan telponnya. Bye.. Assalamu'alaikum.."

"Oke, Wa'alaikumsalam..."

Karen langsung mematikan sambungan telponnya. Ia segera beranjak dari tempatnya dan memesan taksi online untuk mengantarnya pulang.

Karen sampai di apartemen milik sahabatnya itu. Ketika hendak membuka pintu, ia dikejutkan dengan seseorang yang membuka pintu dari dalam, siapa lagi kalau bukan sahabatnya, Salma.

"Kau mengagetkanku saja. Bagaimana jika aku punya riwayat sakit jantung, bisa langsung pingsan aku" Ucap Karen seraya mengusap dadanya. Sementara Salma hanya tersenyum tanpa dosa.

"Iya, maafkan aku Karen. Aku terlalu excited"

Karen hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. Bagaimana tidak, usia sahabatnya itu sudah dewasa tapi kelakuannya masih seperti anak-anak. Mungkin karena setiap hari dia selalu berinteraksi dengan anak kecil dan membuatnya ketularan tingkah mereka karena profesinya sebagai seorang guru sekolah dasar.

Karen segera masuk ke dalam apartemen. Ia segera menuju ke dapur untuk mengambil segelas air putih untuk menghilangkan rasa haus di tenggorokannya.

"Bukannya tadi kamu check up kondisi calon ponakanku. Gimana keadaannya di dalam sini?" Ucap Salma.

"Dia sangat sehat dan sangat aktif di dalam sini. Aku sangat bersyukur dengan kehadirannya di dalam sini, karena dengan begitu aku tak merasakan sendirian lagi" Ucap Karen seraya mengusap lembut perutnya.

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang