"Kamu tuh ngga usah pergi ke Bandung kenapa sih?" gerutu seorang wanita dengan perut besarnya. Namun semua itu tak menghalangi gerakan lincahnya memasukkan beberapa potong pakaian beserta peralatan mandi sang suami ke dalam sebuah koper kecil.
"Kalau aku bisa nolak sudah aku tolak, Yang. Tapi ini proyek penting, jadi ngga bisa aku tinggalin gitu aja" jawab sang suami yang duduk bersandar di ranjang seraya memperhatikan gerakan sang istri yang bolak-balik ke arah lemari.
"Iya, sangking pentingnya sampai ninggalin istri yang bentar lagi mau lahiran. Kalau aku tiba-tiba melahirkan gimana?"
Regan beranjak dari tempatnya lalu memeluk tubuh istrinya dari belakang.
"Aku cuma dua hari di sana. Lagian mama nanti kesini. Perkiraan dokter kamu melahirkan minggu depan, kan?"
"Dokter bukan Tuhan, ya" balas Karen masih dengan nada ketusnya.
Regan hanya tersenyum mendengar ucapan istrinya. Percuma saja dia membalas ucapan ibu ratu jika pada akhirnya ia akan kalah. Membuang tenaga saja. Padahal semalam, Karen yang memaksa dirinya untuk berangkat ke Bandung. Namun, detik-detik terakhir seperti ini istrinya itu malah melarangnya untuk pergi. Jadi semua salah siapa?
"Pokoknya aku ngga mau tahu, kamu harus temenin aku saat lahiran. Aku ngga mau melahirkan kalau kamu ngga ada"
"Eh, kok gitu sih?"
"Iyalah, salah siapa pergi?"
Nah, kan...
"Iya, Sayang" Demi terhindar dari keributan, Regan yang mengalah. Sepertinya ia harus memiliki stok kesabaran yang sangat banyak untuk istri satunya itu. Untung sayang!
Regan keluar dari kamarnya seraya menarik kopernya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memeluk pinggang istrinya.
"Kok masih cemberut sih?"
Karen hanya menjawab ucapan sang suami dengan gumaman.
"Ya udah, kalau gitu ngga jadi pergi deh"
"Kenapa? Kamu pergi aja. Lagian kamu kan kerja. Kalau kamu ngga kerja terus dapat uang darimana? Kalau ngga ada uang gimana mau bayar rumah sakit buat lahiran? Kamu pikir rumah sakit nenek moyang bisa gratisan?" ucap Karen dengan gerutuan khas dirinya.
"Iya, sayang"
"Udah mau berangkat, Re?" suara wanita paruh baya menginterupsi langkah keduanya.
Regan hanya menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan sang mama. Sementara Karen berjalan menuju ke arah dapur berniat mengambil air putih.
"Istri kamu kenapa?"
"Kemarin dia yang paksa Regan buat berangkat, sekarang malah kayak berat buat biarin Regan berangkat, Ma"
"Wajar sih, istri kamu itu kan sebentar lagi mau lahiran. Saat-saat seperti ini, harusnya kamu selalu stand by di samping Karen. Tapi mama juga ngga bisa ngelarang kamu buat pergi, ini tentang tanggung jawab kamu sebagai pemimpin perusahaan"
Karen kembali dari dapur dan berdiri di samping Regan.
"Kalau gitu Regan berangkat dulu, Ma. Regan titip Karen sama anak-anak" ucap Regan lalu mencium punggung tangan sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅
RomanceRegan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tunangan sahabatnya, Karen Veronica Gustina. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Lika-liku perjalanan...