Suara gelak tawa terdengar di rumah minimalis milik Karen. Tak seperti pagi biasanya, ruang makan yang hanya dipenuhi suara dentingan sendok kini tergantikan dengan tawa bahagia milik Danish. Ya, kehadiran Regan membuat Danish bahagia. Karen tersenyum melihat tawa di wajah putranya.
"Bunda, hari ini ayah mengajak Danish bertemu dengan nenek dan kakek" ucapnya antusias.
Karen menghentikan aktivitas makannya dan menatap ke arah Regan seolah bertanya apa maksud semua ini?. Regan mengerti arti tatapan itu.
"Orang tuaku berhak tahu tentang Danish. Aku mohon jangan mencegahku melakukan ini"
Karen hanya diam. Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia tak boleh egois, memang benar orang tua Regan berhak mengetahui semua ini.
"Tapi apa ini tidak terlalu cepat?" tanya Karen.
"Karen, aku tahu ini sulit buatmu. Tapi cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya. Jadi untuk apa menunda urusan yang baik?"
"Maksudku, ini terlalu cepat buatku. Aku takut jika mereka akan menolak Danish. Kau tahu maksudku bukan?"
"Danish darah dagingku. Itu berarti Danish juga darah daging mereka. Mereka tidak akan menolak Danish, percayalah padaku" ucap Regan meyakinkan Karen.
Karen tak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Danish bersorak gembira. Karen hanya tersenyum melihat putranya itu. Sementara Regan bernapas lega. Ia pikir Karen akan menolak keinginanannya. Tapi Tuhan berbaik hati padanya.
Setelah selesai sarapan, mereka bertiga memasuki mobil Regan. Tentu saja dengan sedikit drama kecil ketika Karen menolak untuk duduk di depan bersama dengan Regan. Akhirnya dengan bantuan Danish, Karen mau duduk di samping Regan dengan catatan Danish berada di pangkuannya.
Mobil Regan memasuki pelataran sebuah rumah mewah. Halaman yang luas dengan air mancur di tengah-tengahnya. Di sekeliling air mancur tersebut terdapat hamparan bunga mawar yang sedang bermekaran. Tanaman hias yang tumbuh menambah kesan asri rumah tersebut.
Karen melihat sekeliling, sudah hampir lima tahun dirinya tak menapakkan kaki di sini. Dan semua tak ada yang berubah. Masih sama seperti lima tahun yang lalu.
Regan menggendong putranya memasuki rumah orang tuanya. Sementara Karen hanya mengekor di belakangnya. Karen melihat ke sekeliling. Interior di dalam rumah tersebut sama seperti pemandangan di luar rumah. Tak ada yang berubah semenjak lima tahun yang lalu. Mama Regan memang memiliki selera desain rumah yang bagus.
"Assalamu'alaikum... Mama, lihat siapa yang datang. Ma.." teriak Regan.
"Regan, kau tak usah berteriak. Ini bukan hutan" ingat Karen. Sementara yang diingatkan hanya tersenyum tanpa dosa.
"Waalaikumsalam, Regan mama sudah ingatkan jangan berteriak...." wanita paruh baya tersebut menghentikan suaranya ketika menyadari kehadiran seseorang di samping putranya itu. Wanita yang membuat putranya berubah lima tahun terakhir ini. Wanita yang membuat putranya kelimpungan karena mencarinya. Wanita yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri. Dan saat ini, ia berdiri di samping putranya.
"Ya Allah, Karen... " ucap mama Regan lalu memeluk Karen. Karen membalas pelukan tersebut dengan air mata yang sudah tak bisa ditahannya. Karen sangat merindukan wanita paruh baya tersebut.
"Kamu kemana saja, nak. Mama kangen sama kamu. Mama pikir kamu sudah melupakan mama karena kamu tak pernah berkunjung kemari. Bagaimana kabarmu, sayang? Mama rasa kamu baik-baik saja setelah terlepas dari pria bodoh yang sayangnya adalah anak mama"
"Ma...." sela Regan. Ada rasa cemburu di hati Regan. Sebenarnya siapa anak mamanya ini. Kenapa ia lebih sayang kepada menantunya daripada anaknya sendiri. Sungguh malang nasibmu, Re.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅
RomansaRegan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tunangan sahabatnya, Karen Veronica Gustina. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Lika-liku perjalanan...