Seluruh keluarga sangat antusias ketika mendengar kabar kehamilan Karen, terutama mama Regan, Mama Mitha. Mengingat Regan adalah anak tunggal membuatnya sangat memonopoli Karen. Dan hal itu sukses membuat Regan kesal setengah mati dengan nenek dua cucu itu. Bagaimana tidak? Mama Mitha meminta untuk tinggal bersama mereka dengan alasan untuk menjaga Karen. Kalau menginap saja bukan masalah yang besar. Masalahnya adalah Mama Mitha meminta untuk tidur seranjang dengan Karen. Ini yang membuat wajah Regan sangat muram belakangan ini.
Ketika ditanya mengapa? Alasannya sungguh sangat bisa membuat orang geleng kepala.
"Nanti kalau Regan tidur sama Karen takutnya kakinya nindih perut menantu mama. Kan tahu sendiri Regan kalau tidur polahnya kayak kincir angin" ujarnya."Ya kan ngga gitu juga, Ma. Memang mama tahu kalau Regan tidur seperti apa? Kita udah ngga tidur sejak Regan kelas lima SD, jadi mama jangan menghakimi Regan seperti itu. Mungkin mama yang kalu tidur bisa buat papa tidur di lantai karena tendangan super mama. Lagian kalau mama tidur sama Karen, Regan tidur dimana?" ucap Regan dengan wajah memelas.
"Sontoloyo, mau mama masukin lagi dalam perut?" ucap Mama Mitha dengan pelototan matanya.
"Lagian ngaku holang kaya, masa di rumah cuma punya dua kamar? Kamu bisa pakai kamar tamu atau ngga tidur bareng anak-anak" lanjut Mama Mitha.
"Ya ngga bisa dong, Ma. Mama tahu sendiri, kamar anak-anak itu cuma ada dua single bed, sedangkan kamar tamu kan Regan pakai untuk ruang kerja. Terus Regan tidur di mana?" ucap Regan dengan wajah memelas.
"Tidur saja di lantai" celetuk Mama Mitha.
"Mama tega melihat anak tampan mama meringkuk kedinginan di lantai?. Ayolah Ma, Mama pulang ya. Kasihan Papa yang kesepian" Regan tak mau menyerah untuk membujuk mamanya.
Setelah tiga hari merelakan dirinya tidur berdempetan dengan kedua anaknya, akhirnya sang mama pulang ke rumahnya. Regan harus sangat berterimakasih dengan sang papa, berkat dirinya ia terbebas dengan segala larangan dan omelan dari sang mama.
Regan menumpahkan segala kerinduannya dengan istri tercinta dengan terus memeluknya seolah Karen akan pergi jauh saja. Memang sedikit berlebihan mengingat Regan masih tinggal satu atap dengan istrinya itu, tapi jangan tanyakan penderitaannya selama Mama Mitha berada di rumahnya kemarin. Berdekatan saja dengan Karen, Mama Mitha akan bersikap seolah akan terjadi perang dunia ketiga dengan teriakannya.
"Aku sangat merindukanmu, Karen" ucapnya.
Karen hanya tersenyum seraya mengusap lembut kepala Regan yang berada di pangkuannya. Mereka berdua menghabiskan waktu berdua di depan TV karena anak-anak sedang dibawa oleh sang nenek. Tentu saja dengan alasan yang sama, takut Karen kecapekkan mengingat tingkah dua bocah cilik itu yang sangat aktif. Untuk yang satu ini Regan sangat berterimakasih kepada sang mama, berkat dirinya ia mempunyai banyak waktu untuk bermanja-manja dengan Karen.
"Aku kadang suka bingung, sebenarnya anak mama itu aku atau kamu sih? Perasaan semenjak ada kamu, aku ngga pernah tuh diperhatiin" Regan menerawang pikirannya.
"Ish, kamu ini ada-ada saja. Maklum saja kalau mama bersikap seperti itu"
"Tapi tidak berlebihan seperti itu juga" dengus Regan kesal.
Karen hanya terkekeh mendengar kekesalan suaminya itu. Mau bagaiman lagi, ia tak bisa membantah sang mama mertua. Takut kualat.
"Re..., aku ingin makan sup ikan gurame dan mendoan. Membayangkan saja sudah membuat perutku keroncongan"
"Tumben sekali?"
"Entahlah, sepertinya aku mulai mengidam"
Regan mendekatkan kepalanya ke arah perut Karen dan mengatakan sesuatu pada calon anaknya.
"Anak ayah mau dibelikan sup ikan gurame sama mendoan dimana? Ayah siap melakukan apapun demi kamu, Sayang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅
RomansaRegan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tunangan sahabatnya, Karen Veronica Gustina. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Lika-liku perjalanan...