Cahaya bulan telah menggantikan sinar sang surya di langit gelap bersama gemerlap lintang malam ini. Karen berdiri di balkon rumah Regan seraya menatap sang candra yang berada di atas langit. Hawa dingin yang mengenai kulit tak membuat Karen beranjak dari tempatnya berdiri. Netra hitam miliknya menatap bulan seolah sedang berbicara padanya.
Malam ini, Karen dan Danish menginap di rumah Mama Mitha, tentu saja karena drama kecil yang dibuat oleh anak-anak. Aleya meminta hadiahnya karena memenangkan lomba puzzle tadi siang dengan Danish harus menginap di rumahnya. Tentu saja bocah tampan itu menerimanya dengan gembira. Danish sangat bahagia karena mendapatkan teman baru. Selama ini dirinya hanya bermain dengan sang bunda dan terkadang juga dengan sahabat ibunya, Salma ketika dirinya tak sibuk mengajar. Hal itulah yang membuat Karen berhenti bekerja sebagai seorang dokter dan lebih memilih membuka sebuah restauran dengan bantuan dari sahabatnya, Andra.
Awalnya Karen menolak bantuan Andra. Karena selama ini, Andra sudah sangat berjasa padanya. Ia menolongnya saat Karen tak tahu harus meminta tolong kepada siapa. Andra memberinya tempat tinggal dan membiayai hidupnya selama beberapa bulan. Tapi bukan Andra Hilmawan jika tidak bisa memaksa Karen untuk menerima bantuannya. Karen menyerah, ia akhirnya menerima bantuan Andra dengan catatan sebagai pinjaman dan Karen akan mengembalikannya nanti. Andra tak masalah dengan hal itu. Toh, Andra tidak akan menagihnya nanti.
Meskipun memiliki sebuah restauran, Karen tak serta merta selalu turun tangan mengelola restauran tersebut. Lagi-lagi Karen menerima bantuan Andra karena memang tak ada pengalaman berbinis sebelumnya. Perlahan-lahan Karen belajar dari sahabatnya itu. Dan kini ia sudah menangani restaurannya sendiri. Meskipun ia mempekerjakan orang untuk memimpin restauran tersebut. Karen tak tega jika harus meninggalkan putranya sendirian di rumah. Ia bisa saja mengajak Danish ikut bersamanya. Tapi kondisi kesehatan Danish yang tak memungkinkan membuat Karen khawatir melakukan hal itu.
Restauran milik Karen ramai dikunjungi oleh pengunjung. Selain karena tempatnya yang strategis, kebersihan makanan dan tempat menjadi kunci utama kesuksesan restauran tersebut meraih banyak keuntungan di tahun pertama resturan tersebut dibuka. Berkat resturan tersebut, Karen bisa menghidupi dan membiayai pengobatan Danish selama ini.
Danish memaksa dirinya untuk tinggal. Karen sudah berusaha untuk membujuk bahwa ia akan pulang. Tentu saja hal itu mendapatkan penolakan dari putranya itu. Danish merengek meminta dirinya untuk tetap tinggal. Belum lagi Mama Mitha juga memintanya untuk tinggal. Apa yang bisa diperbuat Karen kalau dua orang itu sudah membuat keputusan.
Langkah seseorang membuyarkan lamunan Karen. Ia merasakan kehadiran seseorang ketika langkah tersebut berhenti di sampingnya. Karen menoleh ke samping kanan tubuhnya dan mendapati Regan berdiri disana.
"Hot chocolate?" ucap Regan seraya menyerahkan secangkir hot chocolate kepada Karen.
"Terima kasih" balas Karen lalu mengambil cangkir tersebut dari tangan Regan.
Karen menangkup cangkir tersebut, menyalurkan rasa hangat ke dalam tubuhnya. Harum chocolate menguar di indra penciuman Karen sebelum ia menyesap sedikit hot chocolate tersebut. Menenangkan.
"Kenapa kau berdiri disini? Udara malam tak baik untuk kesehatanmu. Masuklah, anak-anak menunggumu di dalam"
"Tidak, aku hanya melihat bulan tadi" jawab Karen seraya terkekeh kecil.
"Kenapa?"
Karen kembali terkekeh.
"Karena dia yang selalu ada disaat aku membutuhkan seseorang. Karena dia yang selalu mendengarkan keluh kesahku tanpa harus bertanya apa alasannya. Karena dia selalu menemani malamku yang sunyi. Karena dia yang selalu ada meskipun aku menyuruhnya pergi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅
DragosteRegan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tunangan sahabatnya, Karen Veronica Gustina. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Lika-liku perjalanan...