Sinar matahari mulai menerobos kamar milik Regan. Sementara pemiliknya masih bergelung dengan selimut tebalnya. Ia sesekali membalikkan tubuhnya untuk menghindari cahaya sang surya yang mengenai wajah tampannya.
Karen keluar dari kamar mandi dengan setelan kerjanya. Dilihatnya suaminya yang masih bermanja-manja dengan selimutnya. Karen mendengus kesal.
"Dasar kebo, lihatlah sudah jam berapa sekarang?" Ucap Karen sambil melihat arloji ditangannya.
Karen mendekati ranjang. "Re, ayo bangun. Ini sudah siang, kau tidak berangkat kekantor?" Ucap Karen sambil menggoyangkan tubuh Regan. Regan tak bergeming.
"Ck, Regan bangun!!!" Kesal Karen. "Engh...." hanya itu yang keluar dari mulut Regan. Karen mulai kesal, ia memikirkan bagaimana caranya membangunkan Regan. Ide jahil terlintas dibenaknya.
"REGAN BANGUN!!! RUMAH KITA KEBANJIRAN" teriak Karen tepat ditelinga Regan.
"Apa?!?! Banjir, ayo kita segera selamatkan diri" ucap Regan panik. Ia langsung terperanjat dari ranjang dan berlarian kesana kemari.
Karen menahan tawa sambil menutup mulutnya saat melihat ekspresi Regan.
"Eits, tunggu dulu. Kita kan ada dilantai atas kenapa bisa keban---, KAREN!!!" ucap Regan.
Sementara Karen hanya cekikikan tak berdosa. "Kau lucu sekali, Re. Haha.." ucap Karen disela-sela tawanya.
"Kau ini kenapa mengagetkanku? Mana bilang kebanjiran lagi" kesal Regan sambil mengerucutkan bibirnya dan meletakkan kedua tangannya didepan dada.
"Oke, aku minta maaf. Lagian salah sendiri, kenapa susah sekali dibangunin." Jawab Karen. Regan tak menggubrisnya. Karen segera mendekati suaminya dan berdiri didepan suaminya.
"Uhh.., suamiku sedang merajuk rupanya" goda Karen sambil mencubit hidung mancung suaminya dan menggerakkannya kekiri dan kekanan.
"Sudahlah, segera mandi dan turun kebawah. Aku akan menunggumu untuk sarapan" ucap Karen lalu meninggalkan kamarnya.
Regan tersenyum dengan tingkah istrinya itu. Ia sangat bahagia dengan apapun yang ada didiri Karen. 'Aku sangat mencintaimu' batin Regan. Belum sempat Regan masuk kekamar mandi, handphonenya berdering.
"Halo"
"......"
"Bagus, kalian awasi terus gerak-geriknya. Tapi ingat jangan sampai ketahuan"
"......"
"Lanjutkan pekerjaanmu, laporkan semuanya padaku. Siang ini aku ingin kau kekantorku"
Tut..
Sambungan telponnya terputus. "Kau takkan bisa lari dariku" ucap Regan sambil berseringai jahat. Ia lalu pergi kekamar mandi dan menyelesaikan ritual-ritual miliknya.
Karen sedang menyiapkan sarapan didapur. Ia sedang membuat nasi goreng andalannya. Tak lama kemudian, suara orang turun dari tangga. Karen segera menoleh kearahnya, dan benar Regan sudah siap dengan, eh tunggu dulu kenapa dia tidak memakai setelan kantornya?. Regan memakai celana jeans dan jaket kulit miliknya dan meninggalkan kesan formalnya. Tapi yasudahlah, ia lebih tampan dengan kesan casual miliknya.
"Morning!!..." sapa Regan saat sudah berada dibelakang Karen dan memeluknya. Meletakkan kepalanya dibahu Karen.
"Eh, kau. Kapan kau selesai?" balas Karen.
"Baru saja" Regan semakin mengeratkan pelukannya. Karen merasa gugup, nafas Regan menyeruak dilehernya.
"Apa yang kau lakukan, Re?" Tanya Karen gugup.
"Kenapa? Aku hanya ingin bermesraan dengan istriku" balas Regan.
"Tapi ini bukan waktu yang tepat, lagian mana ada yang bermesraan didapur" elak Karen.
Regan membalikkan tubuh istrinya. "Memang kenapa? Dapur adalah tempat yang pas untuk bercinta, karena tak akan ada yang menduganya" ucap Regan pelan tepat ditelinga Karen, membuat Karen bergidik ngeri.
"Tapi aku sedang memasak, Re" ucap Karen sambil berusaha melepaskan pelukan Regan.
Regan tak menghiraukannya, ia malah semakin mengeratkan pelukannya. "Ya Tuhan, tolong hambamu ini. Jantungku rasanya ingin copot saja" batin Karen.
Tiba-tiba ponsel Regan berdering. "Sial.." umpat Regan lalu melepaskan pelukannya dan berjalan kearah jendela besar untuk mengangkat telpon. Kesempatan untuk Karen melepaskan diri.
"Terima kasih, Ya Allah" batin Karen. Ia segera menyiapkan sarapan diatas meja.
Regan sudah selesai menelpon, dan kini sudah duduk dimeja makan. Ia segera memakan masakan istrinya.
"Kau ingin kopi atau teh, Re?" Tanya Karen yang masih berada di dapur.
"Teh saja" sahut Regan dan melanjutkan memakan sarapannya.
Karen kembali dari dapur dengan secangkir teh. "Tehnya" ucap Karen dan meletakkan teh didepan Regan.
Regan meminum teh tersebut. "Cih, ini teh atau apa sih? Rasanya hambar sekali" ucap Regan.
"Hambar apaan sih? Orang tadi udah aku kasih gula kok" bela Karen.
"Coba kau minum tehnya" ucap Regan sambil menyodorkan teh kearah istrinya. Karen meminumnya. "Ini manis kok, Re" ucap Karen setelah meminum tehnya.
"Masa sih?" Ucap Regan lalu kembali meminum tehnya. "Benar, tehnya manis. Mungkin setelah kau meminumnya tehnya berubah menjadi manis, karena ketularan manisnya kamu" tambah Regan.
"Ck, dasar gombal" ucap Karen.
Mereka melanjutkan sarapan bersama. Tak ada yang membuka pembicaraan hingga sarapan selesai. Kini mereka sudah berada didalam mobil.
"Kau memangnya tidak kekantor, Re. Kenapa kau tak berpakaian seperti biasanya" tanya Karen penasaran.
"Tidak ada meeting hari ini. Jadi aku memakai pakaian santai" jawab Regan.
"Oooo.." balas Karen. Ia kembali memandang pemandangan diluar jendela mobil. Sementara Regan fokus dengan jalan didepannya.
Tak terasa, mobil Regan sudah memasuki pelataran rumah sakit dimana Karen bekerja. "Ya sudah, aku turun dulu. Kamu hati-hati nyetirnya, ngga usah ngebut. Assalamu'alaikum" ucap Karen lalu mencium punggung tangan suaminya.
"Eits, tunggu dulu" cegah Regan sambil menarik tangan Karen.
CUPP
Satu kecupan manis mendarat dikening Karen. Tubuh Karen membeku, sesuatu mengalir ditubuhnya seperti terkena sengatan listrik saat bibir Regan menempel dikeningnya.
"Nanti sore aku akan menjemputmu, ada sesuatu yang ingin aku berikan untukmu.Sudah, baik-baik kerjanya" ucap Regan sambil tersenyum dan merapikan beberapa anak rambut Karen. Karen tersenyum kaku lalu turun dari mobil. Regan terkikik geli melihat Karen yang menjadi salting. Ia segera melanjutkan perjalanannya menuju kantor.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Karen. Entahlah, aku juga tak tahu kapan rasa ini muncul. Tapi yang pasti aku tidak ingin kehilangan dirimu. Deni benar, kau wanita yang bisa mengubah hidupku" ucap Regan sendirian.
***
Tbc.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅
Roman d'amourRegan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tunangan sahabatnya, Karen Veronica Gustina. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara keduanya. Lika-liku perjalanan...