BAB 2 CRAZY BOY

203 19 0
                                    

April 2014


BRAK

"Apa ini?! Siapa yang menumpahkan saus di dalam tasku?" marah Alice menggebrak meja dengan keras. Lalu ia menatap isi tasnya nanar. Saat ini tasnya sudah penuh dengan saus yang berceceran, tapi untung saja semua buku dan tempat pensilnya ia simpan di meja sehingga tidak ikut terkena saus itu.

Terdengar tawa cekikikan di belakang Alice, dan itu sukses membuatnya semakin geram. Memang akhir-akhir ini Alice sulit sekali mengendalikan emosinya. Ya mungkin karena ia sudah terlalu muak dengan segala penindasan yang selalu diterimanya. Dengan penuh emosi Alice berjalan mendekati seorang pria berbadan besar yang tengah berdiri tak jauh darinya itu dan melemparkan tasnya pada wajah pria itu.

"Aku tahu ini perbuatanmu!" ucap Alice mengepalkan kedua tangannya dan menatap tajam pria itu.

“APA-APAN INI?! Ternyata kamu sudah mulai berani ya! Lihat saja apa yang akan aku lakukan terhadapmu atas apa yang kamu lakukan saat ini!" pria itu balas menatap tajam Alice setelah melempar tas gadis itu jauh ke depan kelas.

"Apa? Apa salahku sebenarnya? Kenapa kalian tidak pernah berhenti membullyku? Kamu bahkan hanya murid baru yang tidak tahu apa-apa!!" teriak Alice menahan air matanya. Ruangan kelas itu menjadi senyap, tak ada seorang pun yang angkat bicara. Mereka menghentikan tawanya dan melihat Alice penuh tanda tanya.

"Salahmu?! Hhh entahlah! Tapi seseorang mengatakan kalau kamu adalah iblis yang berhak mendapatkan semua ini!" balas pria itu meremehkan.

"Liana?! Dia orangnya? Apa yang dia tawarkan padamu hah?! Uang? Atau Cinta? Percayalah Ervin.. Kamu hanya sedang diperdaya olehnya!" seru Alice menatap benci pria bernama Ervin itu. Sedangkan Ervin, ia menggertakkan giginya menahan emosi.

PLAK

Sebuah tamparan keras melayang pada Alice dan meninggalkan bekas kemerahan disana, pipi gadis itu terasa panas dengan rasa perih yang mulai menjalar di area sana. Suasana bertambah tegang di ruang kelas itu, semua orang terdiam dan menatap tak percaya pada Ervin. Kenapa dia bisa sekasar itu pada wanita.

"Apa kamu bilang?! Diperdaya? Ternyata kamu memang benar-benar iblis!! Liana adalah gadis yang baik, dia tidak mungkin melakukan itu karena dia bukan dirimu!!" seru Ervin sarkastik. Alice yang masih terdiam akibat tamparan itu akhirnya menggerakkan kakinya keluar kelas tanpa mendengar ucapan menyakitkan dari pria besar itu.

"Apa yang kamu lakukan Ervin? Tidakkah kamu terlalu kasar? Dia memang berhak marah. Siapa yang tidak akan marah kalau setiap hari selalu dibully?!" seorang gadis pendiam di kelas itu angkat bicara. Selama ini dia memang selalu menerima intruksi untuk membully Alice. Tapi dia tidak benar-benar ingin membullynya. Dia merasa kasihan pada Alice, dan terkadang secara diam-diam dia membantu Alice agar terhindar dari jebakan yang dibuat teman-temannya.

"Apa maksudmu? Kamu membelanya? Dia pantas mendapatkan itu! Beraninya dia menjelekkan Liana dihadapanku!" balas Ervin.

"Tapi kamu tidak perlu menamparnya! Dia juga wanita!" saat Ervin hendak membalas ucapan gadis itu tiba-tiba bel masuk berbunyi, dan itu adalah jam istirahat terpanjang di kelas mereka. Gadis itu kembali ke mejanya setelah mengambil tas Alice dan memasukkannya ke sebuah kantung plastik. Sama halnya dengan gadis itu, Ervin beserta murid yang lain pun ikut duduk di mejanya masing-masing.

"Anak-anak!! Apa kalian tahu apa yang terjadi pada Alice? Tadi dia pingsan," seru Bu Sona, wali kelas Alice sontak membuat semua orang di kelas itu terkejut.

HEARTACHE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang