"Ya Tuhan kapan masalahku akan berakhir? Aku sudah bosan mengeluarkan air mata ini. Tidak bisakah kamu memberiku kebahagiaan?" keluh Alice sambil mengusap wajahnya kasar. Setelah pergi dari kelas tadi, Alice memutuskan untuk menyendiri di perpustakaan.
"Tenanglah, kebahagiaanmu sudah datang sekarang!" Alice menoleh ke belakangnya dan menemukan Darka tengah tersenyum tulus padanya. Lalu Alice mengubah posisi duduknya jadi berhadapan dengan Darka.
"Apa maksudmu?" tanya Alice dengan kening berkerut melihat Darka menghampirinya. Lalu seketika waktu terasa berhenti saat ibu jari Darka mengusap air mata dipipinya lembut sambil tersenyum. Darka yang berdiri dihadapan Alice sedikit menunduk untuk menghapus air mata Alice.
"Kamu tidak perlu khawatir Alice! Aku akan menjadi kebahagiaanmu mulai sekarang. Aku akan membantumu menyelesaikan masalah ini. Dan kamu akan terus tersenyum bersamaku," ucap Darka berbisik.
"Aku masih belum mengerti Darka-" kini jari telunjuk Darka menempel dibibirnya, seolah mengisyaratkan Alice untuk diam.
"Kenapa kamu tidak peka sih? Aku itu.." Darka menggantung kalimatnya membuat Alice menatapnya penuh rasa penasaran.
"Aku itu.." Alice mulai bangkit dari duduknya, dan sekarang mereka berdua berdiri berhadap-hadapan.
"Menyukaimu!" cicit Darka pelan, lalu dia langsung mengalihkan tatapannya dari Alice dan bersikap salah tingkah membuat Alice terkikik geli.
"Kamu itu kesambet setan apa Darka? Emh, terimakasih sudah mencoba menghiburku!" Alice mulai tersenyum tulus saat ini. Entah kenapa kehadiran Darka membuat Alice melupakan segala masalah nya.
"Eiyy.. Aku tidak bercanda Alice. I love you!" ucap Darka berusaha sebisa mungkin untuk terlihat romantis."Darka ini perpustakaan!" balas Alice cukup keras membuat Darka kembali menempelkan jari telunjuknya di bibir Alice.
"Ya, ini perpustakaan. Karena itu kamu tidak boleh berbicara keras. Dengar Alice, aku tahu aku tidak romantis.." Darka menarik jarinya dan beralih menangkup pipi Alice dengan kedua telapak tangannya.
"Tapi aku benar-benar menyukaimu. Kamu ingat pertemuan pertama kita? Saat itu aku sangat tertarik padamu, kamu gadis yang berbeda Alice. Kamu beda dari semua gadis yang pernah ku temui. Karena itu aku menyukaimu. Aku tidak peduli pandangan orang-orang terhadapmu. Apalagi tentang masalah yang sedang menghampirimu itu. Aku hanya ingin terus berada disisimu dan menjadi tempatmu bersandar. Aku ingin menjadi orang pertama yang menghapus air matamu saat kamu menangis. Jadi Alice, apa kamu mau menjadi.. Pacarku?" lanjut Darka melepaskan tangannya yang berada dipipi Alice dan kemudian menggenggam kedua tangan Alice. Sedangkan Alice tertegun menatap mata Darka yang memancarkan ketulusan yang besar.
"Aku berjanji akan membersihkan namamu Alice," Darka sedikit meremas tangan Alice untuk menyakinkan Alice.
"Aku.." Darka terlihat tak sabar menunggu jawaban Alice.
"Aku tidak tahu. Aku belum pernah mendapat pengakuan seperti ini. Lagipula masalahku terlalu banyak, aku tidak punya waktu untuk memikirkan tentang pacaran. Jadi-"
"Kamu menolakku?" tanya Darka tak percaya.
"Hh entahlah. Tapi kamu bilang kamu menyukaiku?" tanya Alice dan Darka mengangguk.
"Aku juga menyukai Fela, ibuku, ayahku, kakakku, adikku, keponakanku-" seolah menangkap maksud Alice, Darka segera menyela Alice.
"Aku mencintaimu Alice. Jadilah pacarku!" Alice tersenyum.
"Baiklah begini saja, kamu beri aku waktu untuk memikirkannya. Ah tidak. Emh.. Setelah namaku bersih, aku akan memberikan jawabannya padamu. Ya hitung-hitung kamu menjalani masa percobaan. Setuju?" ucap Alice memberikan penawaran.
"Emhh.. Baiklah, aku benar-benar akan membantu membersihkan namamu dengan cepat!" Alice tersenyum lembut menatap Darka. Namun tanpa mereka sadari tiga pasang mata tengah melihat mereka dengan pandangan yang berbeda-beda. Disudut perpustakaan, tepatnya dibalik salah satu rak buku, Ahza melihat Alice dan Darka dengan hati yang berkecamuk.
'Bukannya aku mencintai Liana? Kenapa rasanya tidak rela melihat momen itu?!'
Lalu disalah satu meja yang tersembunyi. Liana juga memperhatikan Alice dan Darka dengan tatapan benci.
'Sekali lagi kamu merenggut kebahagiaanku Alice. Aku benar-benar akan melupakanmu sebagai sahabatku!'
Dan disisi lain seorang pria besar yang selama ini selalu membully Alice juga tengah memperhatikan mereka diambang pintu masuk perpustakaan. Tangan kanannya mengepal erat disisi tubuhnya dan tangan kirinya menyentuh dadanya.
'Ada apa denganku? Kenapa setelah melihat air mata Alice tadi, aku jadi merasa aneh. Kenapa aku seperti orang yang sedang cemburu melihat adegan mereka!'
***
"Liana! Kamu harus menjelaskan yang sebenarnya pada kepala sekolah!" ucap Darka setelah menyeret paksa Liana yang tadi ditemuinya di depan aula. Dan mereka berada di taman saat ini.
"Dan membuat aku dikeluarkan dari sekolah? Itu sama saja dengan bunuh diri Darka," sinis Liana menjawab Darka. Sudah ia duga kalau Darka akan menjadi orang pertama yang menyadari siapa pelaku utamanya. Ia sangat ingat betul kalau Darka adalah orang yang cerdik dan teliti.
"Itu bukan bunuh diri. Tapi sebuah pengakuan dari kesalahanmu sendiri. Aku sudah menaruh curiga padamu saat kamu menjelaskan hal yang sangat mustahil bagi Alice. Aku memang tidak tahu kejadian sebenarnya, tapi aku tahu Alice bukan orang yang seperti itu!" tegas Darka yakin. Setelah Alice menceritakan yang sebenarnya pada Darka tadi, Darka langsung pergi mencari Liana.
"Tahu apa kamu Darka? Yang kamu tahu hanya cinta bukan? Tak peduli siapa yang salah, kamu hanya ingin orang yang kamu cintai dinyatakan tidak bersalah. Benar begitu kan?!" balas Liana dengan pandangan kosongnya.
"Bukannya kamu lihat sendiri siapa yang berdiri tegak saat itu? Seharusnya itu sudah menjelaskan siapa yang salah bukan?" lanjut Liana masih berbohong.
"Apa sebenarnya masalahmu Liana? Kenapa kamu sangat membenci Alice?" tanya Darka memcoba membuat Liana menatapnya.
"Itu bukan urusanmu! Kamu tidak perlu tahu!" dan Darka berhasil. Akhirnya Liana menatapnya.
"Jangan semakin membenci Alice karena aku mencintainya. Aku tahu kamu masih mencintaiku Liana, terbukti dari tatapanmu padaku saat ini. Cobalah lupakan masa lalu! Ini sudah hampir tiga tahun berlalu, dan kita sudah semakin dewasa. Sebentar lagi kita akan menjadi kakak kelas di tahun ketiga masa SMA kita. Tidakkah kamu berpikir untuk bersikap lebih dewasa Liana?" ya, Liana memang mantan kekasih Darka. Mereka berpisah di tahun ketiga sekolah menengah pertama karena suatu masalah yang tidak bisa mereka selesaikan. Namun saat itu Liana bersi keras untuk mempertahankan hubungan mereka karena gadis itu sangat mencintai Darka, meskipun pada akhirnya mereka tetap saja berpisah.
"Liana, masa lalu tidak akan pernah kembali. Yang perlu kamu lakukan hanya memulai semuanya dari awal lagi. Membuka lembaran baru kehidupanmu. Liana, saat ini aku sudah menemukan orang yang kucintai. Lupakan aku, dan kamu harus mencari orang lain. Lihatlah disekelilingmu! Selama ini kamu hanya melihatku, kamu tidak pernah mencoba melihat orang lain. Percayalah aku benar-benar tidak mau terus menyakiti saudaraku!" Darka menundukkan wajahnya.
"Apa maksudmu? Siapa saudaramu? Apa karena dia kamu meninggalkanku?" tanya Liana marah.
"Bukan, aku meninggalkanmu karena hatiku. Bukan karena siapapun. Tapi aku begitu bodoh Liana. Selama kita berhubungan, tanpa aku tahu ternyata saudaraku sangat mencintaimu. Dia bahkan mencintaimu lebih dulu daripada aku. Lihatlah dia Liana! Dia tidak jauh darimu!" setelah mengatakan itu, Darka langsung pergi meninggalkan Liana sendirian.
'Kuharap kamu sadar kalau Ahza mencintaimu Liana! Dan aku akan menemukan bukti kalau kamulah yang bersalah, bukan Alice!'
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTACHE [Completed]
Ficción GeneralAlice, gadis yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu kelam. Setiap harinya selalu tak luput dari berbagai kejadian menyakitkan. Harinya yang buruk semakin buruk dengan kemunculan orang yang sangat turut andil dalam masa lalunya. Hingga suatu hari...