Suasana terlihat hening saat ini, hanya sesekali terdengar decakan dari mulut Darka. Sejak tadi dia sudah lelah membujuk Alice untuk bicara, tapi tetap saja Alice diam. Padahal dia tidak berpikir kalau ucapannya tadi salah. Dia hanya ingin Alice menjadi kekasihnya. Ya.. Mungkin ucapannya lebih lazim disebut perintah dari pada meminta. Tapi harusnya Alice tidak mempersalahkan itu.
"Alice.. Ayolah, kamu tidak mungkin marahkan?!" Alice tetap diam seribu bahasa walaupun hatinya terus berteriak-teriak sejak tadi.
"Alice, apa perlu aku berdiri lalu teriak aku mencintaimu?" tanya Darka lagi.
"Jangan gila!" ucap Alice pendek.
"Yaampun!! Aku benar-benar bisa gila kalau begini! Alice, kamu yakin cuma bilang begitu? Ayolah, kamu sudah janji. Sekarang aku menagih janjimu!" Darka mengulurkan tangannya seperti meminta sesuatu pada Alice. Sebenarnya Alice ingin sekali tertawa sejak tadi, melihat ekspresi Darka yang seperti itu terasa menyenangkan baginya. Darka terlihat frustasi, dan karena itu Alice bersikap polos. Mengerjainya sesekali tak apa kan?
"Jadi kamu mau aku jawab apa?" tanya Alice pelan, dan itu sukses membuat Darka menatapnya senang.
"Kamu harus jawab mau. Bilang kalau kamu mencintaiku!" balas Darka semangat.
"Tapi aku tidak menyukaimu," oh akting Alice bagus sekali saat ini. Dia benar-benar seperti seorang gadis lugu yang polos. Bahkan wajah Darka sudah terlihat kecewa sekarang.
"Pfffffttt... Hahha!!!" Alice tertawa kencang, dia sudah tidak dapat menahan tawanya lagi.
Sedangkan Darka, dia terpana. Melihat Alice tertawa bahagia seperti itu, membuat hatinya berbunga-bunga dan jantungnya berdegup berkali-kali lebih kencang. Alice terlihat cantik jika tertawa, hanya saja Darka menyayangkan kenapa Alice jarang sekali tertawa.
Darka memang belum tahu semua masalah Alice, dia pikir masalah gadis itu hanya kejadian di gudang waktu itu. Padahal dia salah besar, karena saking banyaknya masalah seorang Alice, membuat tawa seperti itu menjadi hal yang tabu baginya. Entah kapan terakhir kali Alice tertawa selepas itu, sampai-sampai membuatnya terlihat cerah dan bersinar. Dan mulai sekarang, Darka berjanji dalam hatinya kalau dia akan membuat Alice terus tertawa bahagia. Ya, dia berjanji.
"Uhm maaf Darka. Habisnya kamu lucu! Emh.. Darka kenapa diam? Kamu marah?!" Alice menghentikan tawanya dan menatap Darka meminta maaf. Dia sedikit merasa bersalah juga sebenarnya sudah membuat pria itu kecewa dan malah menertawakannya.
"Kamu cantik!" ucap Darka tanpa sadar. Matanya masih menatap Alice penuh kekaguman. Sedangkan sang empunya mengerutkan kening tak mengerti.
"Apa yang kamu katakan? Emh.. Baiklah, akan aku jawab sekarang. Kamu siap?" tanya Alice memastikan. Dia sedikit mencondongkan wajahnya untuk melihat Darka dengan jelas.
"Ya.. Katakan kamu menerimaku Alice. Aku tidak mau kehilahangan makhluk seindah ini," balas Darka masih menatap Alice.
"Yaampun!! Kamu benar-benar gila. Ah baiklah, jadi untuk jawabanku.. Aku.. Aku.. Tidak mau!"
"Alice!!" seketika Darka tersadar dan berhenti menatap Alice. Dia tidak percaya apa yang dikatakan Alice barusan.
"Ah iya!! Maaf!! Aku mau!" ralat Alice saat melihat air muka Darka yang mulai tak enak dilihat. Sepertinya Darka sudah tidak bisa bermain-main lagi.
"Apa? Katakan sekali lagi! Itu kurang jelas!" ucap Darka senang.
"I love you," bisik Alice pelan. Dia menunduk, wajahnya sudah sangat panas dan Alice yakin sekali kalau warna pipinya sudah sangat merah, persis seperti tomat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTACHE [Completed]
Ficción GeneralAlice, gadis yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu kelam. Setiap harinya selalu tak luput dari berbagai kejadian menyakitkan. Harinya yang buruk semakin buruk dengan kemunculan orang yang sangat turut andil dalam masa lalunya. Hingga suatu hari...