EPILOG

264 7 0
                                    

Oktober 2017

Alice menghembuskan nafasnya lelah setelah Liana pergi atas permintaannya. Ia kembali menatap jendela di sampingnya dengan kosong. Hingga ia tersadar dari lamunannya saat merasakan ponsel dalam tasnya bergetar menandakan seseorang meneleponnya.

Dengan malas Alice mengambil ponselnya dan mengangkat teleponnya. Diarahkannya ponsel itu pada telinganya, namun pergerakannya tiba-tiba terhenti dan matanya kembali memandang kosong ke depan. Entah halusinasi atau nyata, tapi sekarang ia merasa tengah ditarik kembali pada masa lalu. Sensasi yang ia rasakan saat ini persis seperti saat Ahza melemparinya jaket saat itu. Namun bedanya, kali ini seseorang menyampirkan jaket tebal di bahu Alice dengan penuh kehati-hatian. Seolah Alice adalah sesuatu yang benar-benar berharga dan perlu dijaga.

Perlahan tanpa sadar ponselnya lolos dari genggamannya bersamaan dengan jatuhnya air mata. Ia tahu orang ini bukanlah Ahza, Ahza tidak mungkin memperlakukannya selembut ini.

"Sudah ku bilang tidak boleh kedinginan, kenapa malah tidak pakai jaket?" suara serak dan berat itu seketika mampu membuat Alice meremang. Hatinya terasa jelas berdesir hangat, hingga akhirnya Alice menolehkan kepalanya ke belakang dan air matanya kembali menetes.

"Kenapa baru kembali? Tidakkah kamu pikir ini terlalu lama?" lirih Alice dengan mata berkaca-kaca. Ada perasaan senang dalam hatinya ketika kedua matanya dapat melihat kembali seseorang yang sangat ia rindukan saat ini, seseorang yang ketidakhadirannya mampu membuat gadis itu merasa hampa.

"Maaf. Aku harus benar-benar menyakinkan Ayah dulu agar dia mempercayaiku. Dan juga, selama ini aku sedang berusaha!" senyum mengembang diwajah tampan pria itu.

"Berusaha?" tanya Alice bingung.

"Ya. Emh.. Alice, apa kamu menungguku selama ini?!" bukannya menjelaskan maksud katanya tadi, pria itu malah mengalihkan pembicaraan.

"Apa kamu pikir itu pertanyaan yang pantas untuk dijawab?" balas Alice sinis dengan raut yang telah berubah kesal.

"Maaf Alice. Aku terjepit oleh keadaan saat itu. Aku benar-benar tidak punya pilihan."

"Lalu aku peduli?" Darka menunduk, dia sangat sedih melihat gadis yang dicintainya seperti ini.

"Hatiku sudah sangat sakit Darka. Kamu menghancurkannya. Dan sekarang, kamu datang memberiku jaket dan meminta maaf. Kamu pikir itu cukup?" lanjut Alice.

"Maaf," lirih Darka semakin menunduk.

"Berhenti mengatakan itu. Lebih baik kita tidak usah bertemu lagi. Ini ambilah!" entah apa yang gadis itu pikirkan hingga ia mengembalikan jaket Darka dan pergi meninggalkannya. Alice memang merindukannya, tapi egonya melarang ia untuk menunjukkannya dan malah menyuruhnya untuk meninggalkan pria itu walaupun hatinya menjerit untuk kembali.

Sedangkan Darka, dia tercenung. Hatinya memerintahkannya untuk tidak bertindak bodoh lagi. Begitupun dengan kakinya yang benar-benar gatal untuk berlari mengejar Alice. Hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk mengejar Alice dengan memeluk erat jaketnya. Ia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama dengan membiarkan Alice sendiri. Ia tahu benar bahwa Alice akan kembali menangis saat ini.

Darka terus berlari tanpa suara. Ia sengaja, pria itu hanya tidak ingin Alice mempercepat laju larinya kalau tahu ia mengejarnya.

TAP

Darka menghentikan Alice dengan memegang tangannya. Kemudian dengan pelan dibalikkannya tubuh Alice yang terlihat berurai air mata.
Darka tidak mengatakan apa-apa, dia hanya tersenyum kecil dan menghapus air mata Alice dengan lembut.

"Selama ini aku selalu setia menunggumu tanpa memerdulikan pria lain. Hiks, aku menunggu dan terus menunggu. Tapi kenyataannya? Hiks.. Kamu mungkin sudah punya yang lain. Ah harusnya aku sadar kalau saat kamu meminta hubungan kita berakhir, itu benar-benar akhir dari hubungan kita. Tapi aku dengan bodohnya malah menunggumu, menunggumu kembali datang dan mengantakan semuanya hanya mimpi. Namun sepertinya itu tidak akan terjadi!" isak Alice dihadapan Darka. Dia tidak peduli apa pandangan orang-orang yang melihatnya saat ini, dia hanya ingin meluapkan emosinya.

HEARTACHE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang