Terdengar bunyi bel istirahat bergema diseluruh penjuru sekolah. Alice menghela nafas berat, ia merasa bosan sejak pagi di UKS. Tadi saat bel masuk, Alice meminta Fela untuk ke kelas saja dan mengikuti pelajaran. Awalnya Fela menolak keras karena ingin menemani Alice di UKS, kemudian Alice beralasan 'Kamu harus belajar agar aku bisa meminjam catatanmu' karena itu akhirnya Fela mau.
Dan beginilah keadaannya, gadis itu bosan setengah mati. Tapi syukurlah ia sudah membaik. Warna tubuhnya sudah kembali seperti semula dan bilur-bilur yang menghiasi kulitnya juga sudah mulai memudar, dan tentu saja tidak gatal lagi.
Kepalanya menoleh saat pintu UKS dibuka. Tenggorokkannya tercekat saat mengetahui siapa orang yang masuk.
"Cih. Sangat menyedihkan! Ke sekolah hanya untuk berbaring disana seharian?! Dasar lemah!" Liana mendecih pada Alice.
"Ak-"
"Kenap?! Mau menyalahkanku?! Tidak bisa. Itu bukan salahku! Salahkan saja wajahmu yang menyebalkan sampai aku ingin selalu membullymu," dengan cepat Liana menyela ucapan Alice.
"Hm.. Sepertinya aku mendengar seseorang bicara, tapi disini tak ada orang selain aku!" Alice melanjutkan ucapannya yang disela Liana saat sebuah ide muncul di kepalanya. Ya, setidaknya ia yakin Liana akan merasa kesal karena ini.
"Oh ternyata sekarang kamu buta!" sinis Liana mulai kesal.
"Apa jangan-jangan yang bicara itu ternyata bisikan setan yang terkutuk?! Uhh.. UKS ini ternyata berhantu!!" Alice mulai melebih-lebihkan ucapannya dan membuat wajah Liana semakin memerah karena kesal.
"Bahkan selain wajahmu, sifatmu juga mulai menyebalkan ya?" Liana semakin ketus karena ucapan Alice.
"Ya ampun.. Aku harus segera pergi dari sini, setan itu terus saja bicara!" sambil menyeringai Alice menuruni ranjangnya dan berjalan keluar, menubruk bahu Liana begitu saja seolah-olah Liana memang tidak terlihat.
"HEI!! AWAS KAMU YA!! AKU TIDAK AKAN MEAAFKANMU!" ini kali pertama Alice melihat Liana berbicara dengan penuh emosi begitu, biasanya Liana hanya berbicara santai dengan menyebalkannya.
"Tenang saja, aku tidak butuh maafmu!" Alice berucap santai membuat Liana semakin naik pitam.
"Kamu-"
"Kamu harus dihukum! Ketua OSIS megeluarkan perintah hukuman yang telah disetujui semua guru dan kepala sekolah untukmu. Sekarang, cepat bersihkan semua toilet di sekolah ini!" tiba-tiba saja dua orang OSIS perempuan menghampiri Liana yang hendak mengejar Alice.
"Apa maksudmu? Aku tidak merasa melanggar peraturan. Kalian pasti salah orang!" seru Liana tak terima.
"Kenapa kami harus salah orang? Ketua OSIS akan memberitahu kesalahanmu setelah kamu selesai dengan hukumanmu!" Alice tertawa keras meledek Liana. Ia senang akhirnya Liana mendapatkan balasan atas apa yang diperbuatnya. Walaupun rasanya hukuman itu belum sebanding dengan apa yang dialami Alice karena Liana.
"Eh? Tapi kenapa Liana bisa dihukum? Apa terjadi sesuatu di kelas saat aku tak ada? Atau, guru-guru sudah tahu kejadian pagi tadi?" guman Alice sibuk berpikir penyebab Liana dihukum.
"Tapi saat aku ke UKS, bukankah tadi ada Ahza? Dan Fela bilang, dia Ketua OSIS. OSIS tadi juga bilang hukuman itu perintah dari Ketua OSIS. Apa Fela mengatakan semuanya pada Ahza?" sebuah senyuman manis tersungging dibibirnya. Ia terus berjalan tak tentu arah sambil tersenyum. Lagi-lagi ia lupa kalau sekarang ia mengenakan almamater Ketua OSIS, membuat semua orang menatap tajam sekaligus aneh dirinya lagi. Hingga tiba-tiba ia merasakan seseorang menabrak bahunya cukup keras.
"Oh maaf! Aku tidak sengaja!" seru seseorang yang menabrak Alice.
"Tidak apa-apa. Eh? Ahza?" Alice terkejut melihat Ahza di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTACHE [Completed]
Fiksi UmumAlice, gadis yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu kelam. Setiap harinya selalu tak luput dari berbagai kejadian menyakitkan. Harinya yang buruk semakin buruk dengan kemunculan orang yang sangat turut andil dalam masa lalunya. Hingga suatu hari...