Alice terus berjalan dengan pandangan kosong, dia membawa langkahnya manaiki sebuah kendaraan umum disana. Entah apa yang dipikirankannya sehingga ia kini mendapati dirinya tengah berdiri tak jauh dari rumahnya yang dulu. Tubuhnya yang kecil benar-benar tak terlihat oleh pohon yang menutupinya. Ya bisa dibilang ia tengah bersembunyi sekarang.
Matanya menatap lurus sebuah rumah yang terasa lebih hangat daripada saat terakhir kali ia menginjakkan kakinya disana. Kedua matanya memanas melihat sebuah potret keluarga yang terlihat sangat bahagia itu, dengan Inara yang merengek manja ingin digendong kakeknya, Vania dan Algis yang tersenyum bahagia, dan bahkan nenek dan ibunya juga tertawa kecil melihat tingkah Inara. Dan tentu saja kehadiharan Fiora juga membuat semuanya terlihat sempurna.
Keluarga bahagia, ya itulah yang Alice lihat saat ini. Mereka tampak sangat sangat bahagia tanpanya.
Perlahan air matanya kembali turun, untuk kali ini ia tak kuasa menahan rasa sakit hatinya.
'Mereka sepertinya bahagia sekali. Ck. Apa yang kamu harapkan Alice? Sudah sangat jelaskan kalau kehadiharanmu itu benar-benar tidak diharapkan. Lalu untuk apa aku disini? Berharap mereka akan berlari padaku dan memelukku? Mengucap rindu dan memintaku pulang? Cih hanya dalam mimpi sepertinya!'
Alice terus menatap keluarga itu dengan wajah datar. Perasaannya terasa mati saat ini, entah itu karena terlalu banyak luka atau memang Alice sudah benar-benar tidak sanggup lagi dengan masalahnya. Jika saja dia berpikir pendek saat ini, mungkin saja gadis itu akan memutuskan untuk bunuh diri dengan semua lukanya.
'Ibu, aku merindukanmu. Biasanya kalau aku sedih, Ibu pasti akan menenangkanku dan membuatku tersenyum kembali. Tapi sekarang? Aku benar-benar tidak punya siapapun lagi Bu! Pada siapa aku harus bersandar? Bahkan Darka pun pergi,' batin Alice tersenyum miris, sekarang dia sadar kalau hidupnya memang sangat menyedihkan. Bahkan rasanya dia sudah lelah mengeluarkan air matanya yang tak juga berhenti keluar dari pelupuk matanya itu.
Selama ini Alice selalu berusaha tegar, dia bahkan sanksi untuk mengeluarkan air matanya. Kalaupun dia menangis, itupun karena dia benar-benar sudah tidak kuat dengan bebannya. Dan sekarang, untuk kali ini saja Alice ingin menangis keras.
Alice membulatkan matanya saat Bu Larina tiba-tiba saja melirik kearahnya. Lalu dengan refleks ia kembali menyembunyikan tubuh mungilnya itu dibalik pohon besar. Beberapa saat Bu Larina terus saja mencuri-curi pandang pada pohon itu. Namun setelahnya ia hanya menggumam pelan,
'Mungkin hanya perasaanku'.
Setelah yakin kalau ibunya sudah tidak melihat ke arahnya lagi, akhirnya Alice kembali melangkah pergi dengan luka yang semakin bertambah. Entah kemana ia akan melangkah, pikirannya terlalu kacau bahkan untuk sekedar mengingat jalan pulang ke kosannya.
***
Juli 2015
Tahun ajaran baru dimulai, siswa-siswi berhamburan memasuki gerbang sekolah dengan semangatnya, terutama para pelajar baru disana. Dan disana Alice melangkah tegas dengan wajah datar dan aura dinginnya. Sikap yang ia tampilkan saat ini benar-benar berbeda dengan Alice yang sebelumnya. Tidak, dia bukan Alisa. Tapi benar-benar seorang Alice. Hanya saja gadis itu telah berkomitmen lain.
Setelah perginya Darka saat itu, Alice memutuskan untuk merubah semua sikapnya. Ia berubah menjadi seorang gadis yang sangat dingin dan tak tersentuh. Dia menutup dirinya dari lingkungan sekitar, hanya bicara seperlunya dan tanpa ekspresi. Ya, begitulah Alice yang sekarang. Namun karena itu, ia malah terlihat lebih cantik dan anggun.
Selama liburan sekolah kemarin, dia menghabiskan waktunya untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Ah sebenarnya sekarang Alice tidak hanya bekerja di kedai ramen, namun dia juga menggambar rancangan baju-baju cantik dan menjualnya ke butik. Uang yang ia dapatkan dari menjual rancangan sudah jelas lebih banyak dari penghasilannya bekerja di kedai ramen. Karena itu, kemarin Alice memutuskan untuk mengundurkan diri dari kedai ramen dan bertekad untuk lebih serius menggambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTACHE [Completed]
General FictionAlice, gadis yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu kelam. Setiap harinya selalu tak luput dari berbagai kejadian menyakitkan. Harinya yang buruk semakin buruk dengan kemunculan orang yang sangat turut andil dalam masa lalunya. Hingga suatu hari...