Byurr
Alice merasakan air yang begitu dingin menyentuh kulitnya dan membasahi seluruh tubuhnya. Dia memandang tak percaya pada orang-orang di kelasnya. Terutama Liana yang tampak seakan sedang memimpin orang-orang itu.
"Bagaimana teman-teman?! Apa pembukaan pesta kembaliku sudah cukup menarik?!" tanya Liana menatap Alice yang masih bergeming. Ini masih pagi, dan dia sudah dibully?
Tidakkah ini keterlaluan? Dia bahkan baru saja sampai di pintu kelasnya dan langsung mendapat guyuran air saat ia membuka pintunya. Memang cara yang klise untuk membully orang. Tapi air yang dia gunakan itu air es, jadi bagaimana mungkin Alice tidak kedinginan. Ditambah lagi sekarang hujan sedang turun deras membuat hawa semakin dingin.
"HATCHIM!!" tiba-tiba Alice bersin dan membuat semua orang tertawa mengejeknya. Alice pun mengepalkan tangannya kuat menahan amarah.
"Kalian keterlaluan," gumam Alice lalu pergi dari hadapan mereka dan ke toilet, membuat tawa mereka semakin kencang.
"Lihatkan, apa yang tidak menyenangkan dengan keberadaanku. Kalian pasti kesal selama aku tidak sekolah, yah karena pastinya tidak ada tontonan menarik seperti ini!" ujar Liana tersenyum miring.
Sedangkan dilain tempat, Alice begitu menggigil kedinginan dengan baju yang basah kuyup. Wajahnya bahkan sudah tampak pucat.
"Apa aku pulang saja ya? Aku tidak mungkin belajar dengan baju basah, dan ini sangat dingin!" gumamnya.
"Eh aku kan punya baju ganti di loker," senyum Alice mengembang, ia pun segera menuju lokernya dengan cepat.
Namun harapannya harus kandas saat ia melihat isi lokernya yang penuh dengan tinta hitam. Dan tentu saja baju seragam gantinya juga sudah berubah warna menjadi hitam. Alice menatap ngeri bajunya dan menutup kembali loker itu. Ia merosot terduduk di depan loker dan memeluk tubuhnya sendiri untuk menahan rasa dingin yang semakin menusuk kulitnya. Namun tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak gadis itu dan menyodorkan seragam bersih padanya.
"Alice pakai saja punyaku!" ucap Fela tulus.
"Ayo tidak usah ragu! Cepat Alice, kamu sudah kedinginan!" lanjut Fela sambil memberikan seragam itu pada tangan Alice dan mendorongnya pelan untuk segera bergegas. Setelah menatap Fela, akhirnya Alice pun mengambil baju itu dan berlari ke toliet diikuti Fela dibelakangnya. Ia sedikit merasa bersalah pada temannya itu. Kenapa ia harus terlambat ke sekolah, dan membiarkan Alice dibully lagi. Seharusnya ia bisa mencegah Liana.
Ya memang Fela sudah tahu Liana akan sekolah hari ini, dan ia juga tahu betul kalau Liana pasti akan membully Alice lagi. Bahkan semalam ia sudah merencanakan sebuah ide untuk mencegah Liana. Namun entah bagaimana ia malah terlambat datang dan semuanya sia-sia karena Liana telah berhasil membully temannya.
"Terimakasih Fela," ucap Alice saat keluar dari salah satu bilik toilet dengan baju yang sudah diganti.
"Alice, masukkan saja baju basahnya kesini!" Fela memberikan sebuah kantung plastik hitam pada Alice.
"Terimakasih Fela," gumam Alice pelan namun masih dapat terdengar oleh Fela.
"Tidak Alice, tidak usah berterimah kasih. Dan aku minta maaf karena terlambat," ucap Fela menunduk.
"Ini bukan salahmu Fela. Jadi tidak usah minta ma-achim!!" Alice menutup hidungnya saat tiba-tiba ia kembali bersin.
"Kamu pasti sangat kedinginan. Apa kamu bawa jaket?" Alice menggeleng.
"Bagaimana kalau kita ke UKS saja sampai bel masuk?" tawar Fela yang dibalas anggukan singkat oleh Alice.
Saat sampai di UKS, mereka melihat Ahza sedang tiduran disalah satu ranjang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTACHE [Completed]
General FictionAlice, gadis yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu kelam. Setiap harinya selalu tak luput dari berbagai kejadian menyakitkan. Harinya yang buruk semakin buruk dengan kemunculan orang yang sangat turut andil dalam masa lalunya. Hingga suatu hari...