BAB 9 INCIDENT

138 9 0
                                    

Hawa pagi datang menyapa, membuat Alice terbangun dari tidur lelapnya setelah terjaga hampir semalaman karena memikirkan tonjolan di tangannya itu. Ia baru bisa tertidur pulas setelah ia lelah berperang dengan batinnya.

"Hh.. Aku malas sekali sekolah, tapi perasaanku terus saja tidak enak. Aku benar-benar khawatir pada Fela. Sebenarnya, apa yang akan terjadi hari ini?" setelah terdiam cukup lama, akhirnya Alice bersiap-siap untuk ke sekolah. Dia mandi dan berganti baju, lalu sarapan seadanya karena orang tuanya masih belum pulang.

Tap

Tap

Tap

Terdengar derap langkah Alice di sepanjang koridor sekolah. Seperti biasa, dia datang sangat pagi saat orang-orang belum datang. Namun sesaat kemudian suara langkah itu berhenti. Atau lebih jelasnya, Alice telah menghentikan langkahnya karena dihadapannya berdiri seseorang yang sangat enggan ia temui.

"Hai Alice? Apa kabar? Oh tentu saja baik bukan? Baik karena hari ini aku tidak memberimu ucapan selamat pagi? Bukan begitu?" Alice memutar kedua bola matanya malas melihat wajah menyebalkan Liana. Dihadapannya Liana berdiri angkuh dengan kedua tangannya yang terlipat di dada.

"Ya, tadinya baik. Tapi setelah melihatmu, hariku jadi buruk. Sangat buruk!" dengan penuh penekanan Alice membalas ucapan Liana.

"Oh begitu ya?!" entah kenapa perasaan Alice kembali tidak enak saat melihat smirk andalan Liana keluar.

"Sudahlah," Alice hendak melanjutkan langkahnya jika saja Liana tidak menahan kedua tangannya.

"Kamu mau kemana hah?!" Liana mengeratkan pegangan tangannya dan sedikit menyeret Alice.

"Liana! Lepaskan aku! HEI! Lepaskan!!" Alice berusaha sekuat tenaga melepaskan tangan Liana, namun tenaganya tak sebanding karena Alice tidak sedang dalam keadaan fit.

"Poppy! Mela! Cepat ambil alih! Kita mulai dari sekarang!" kedua tangan Alice diambil alih oleh dua orang gadis bernama Poppy dan Mela itu. Pegangan mereka tak kalah eratnya, bahkan jauh lebih erat dari Liana.

"Hei apa maksudmu?!" Alice terus saja berontak saat kedua orang itu menyeretnya.

Brak

Dengan kasarnya Liana membuka pintu gudang sekolahnya. Kemudian diikuti Poppy dan Mela yang masih menyeret Alice.

"Apa kamu tidak bisa diam? Lihat siapa yang menunggumu!" mata Alice membelalak. Di tengah gudang itu, Fela duduk dengan tangan dan kaki yang terikat erat juga mulutnya yang disumpal. Alice benar-benar tak percaya Liana bisa melakukan hal sejauh ini. Apa ini arti rasa cemas Alice semalam? Apa yang sudah Liana lakukan pada Fela?

"FELAA!!" Alice berteriak sekeras-kerasnya hingga Poppy dan Mela membekap mulutnya.

"Aku mengajakmu kesini hanya untuk memberimu pilihan. Apa kamu mau menyelamatkan temanmu itu atau tidak?" Liana semakin tersenyum puas.

"Kenapa kamu lakukan ini Liana? Masalahmu hanya denganku! Kenapa kamu melibatkan Fela?" Alice kembali mencoba memberontak.

"Bukan aku yang melibatkannya, tapi dia sendiri yang membuat dirinya terlibat. Lagipula siapa suruh dia mau berteman denganmu. Inilah akibatnya berteman dengan Alice, Fela. Siapapun yang berteman dengannya, dia hanya akan terkena kesialan sepanjang harinya!" Liana menjawab Alice dengan menyebalkannya.

"Lepaskan Fela Liana!" seru Alice emosi. Dia masih bisa bersabar kalau dirinya yang di posisi Fela. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, Liana sudah sangat keterlaluan saat ini.

"Oh tentu saja aku akan melepaskannya, tapi kalau kamu mau diam dan duduk disana! Kamu tenang saja, aku tidak akan mengikatmu. Tapi aku ingin sedikit berdiskusi denganmu. Bagaimana hemh?!" Liana menunjuk sebuah kursi disamping Fela.

HEARTACHE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang