Alice berjalan tenang di koridor sekolah menuju kelasnya. Ia tidak menghiraukan tatapan aneh orang-orang padanya. Menurutnya, untuk apa pusing-pusing memikirkan tatapan orang. Toh ia juga tidak tahu apa yang salah pada dirinya, dia tidak tahu penyebab mereka menatapnya seperti itu. Saat tiba di kelasnya Alice kembali dikejutkan oleh Fela yang sudah duduk manis di meja milik Alice. Dan ketika Alice berdiri dihadapannya, ia tersenyum manis dan mengambil sesuatu dibawah mejanya.
"Ini!" alis Alice terangkat bingung. Dihadapannya Fela menyodorkan sesuatu yang dibungkus oleh kantung plastik hitam.
"Apa ini?!" tanya Alice bingung.
"Tasmu! Aku menlaundry-nya kemarin!" jawab Fela enteng.
"Hahh?! Kenapa kam-"
"Sudahlah, masukkan buku-bukumu! Oh iya, mulai hari ini aku akan duduk di mejamu!" mata Alice membulat sempurna, hingga tanpa sadar ia melamun. Tak bisa dipungkiri kalau kata-kata Fela barusan terdengar sangat tulus dan mampu membuat letupan-letupan bahagia didadanya. Ya, Alice sangat senang sekarang.
"Hei.. Alice, kenapa? Apa kamu tidak mau duduk bersamaku?" tanya Fela sedih.
"Eh tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak percaya saja," mendengar ucapan Alice, Fela benar-benar tidak bisa menahan senyumnya hingga ia mengembangkan sebuah kurva manis diwajahnya.
"Sudahlah Alice! Ayo duduk!" karena terlalu gemas, akhirnya Fela menuntun Alice untuk duduk dikursinya hingga Alice segera memasukkan bukunya dan duduk disamping Fela.
"Terimakasih, tapi kenapa kamu repot-repot melakukan ini?" tanya Alice tak habis pikir.
"Kamu kan temanku, jadi biarkan aku berbuat baik padamu!" Fela tersenyum tulus dengan tangannya yang menyentuh pundak Alice. Mendengarnya Alice hanya tersenyum. Hatinya begitu berdesir saat Fela mengatakan kalau dia adalah temannya. Sungguh hal yang langka. Ia pikir, seumur hidup dia tidak akan pernah punya teman.
"Fela, selama ini aku pikir kamu itu pendiam!" Fela mengalihkan pandangannya pada Alice.
"Pendiam? Emh.. Tidak juga. Kamu hanya belum mengenalku, jadi kamu berpikir seperti itu. Eh tapi kemarin kamu bahkan tidak tahu kalau kita sekelas. Kenapa kamu bisa berpikir aku pendiam?" tanya Fela heran.
"Kemarin aku melupakan wajahmu. Tapi saat kamu bilang kamu teman sekelasku, aku langsung ingat kalau kamu adalah gadis pendiam di kelas! Maaf tidak mengenal namamu. Selama ini aku memang tidak terlalu tahu nama-nama orang di kelas ini, tapi aku tahu sifat-sifat mereka!" jelas Alice santai.
"Sifat? Jadi diam-diam kamu memperhatikan kami ya?!" Fela menaik-turunkan alisnya mencoba menggoda Alice.
"Ya, hanya kalau aku tidak punya aktivitas dan merasa bosan. Tapi sungguh kamu terlihat sangat pendiam!" ucap Alice membuat Fela menghela nafas berat.
"Aku terlihat pendiam karena tidak ada yang mengajakku berbicara. Kalau aku bicara, aku pasti tidak akan bisa berhenti. Bisa dibilang aku suka bicara tapi tidak akan bicara jika tidak ada yang mengajakku bicara," Fela membuang tatapannya pada jendela disamping Alice.
"Emh.. Ku pikir kamu sama sepertiku!" Alice memasukkan kedua tangannya pada saku almamater yang dipakainya.
"Woahh benarkah?!" seru Fela antusias. Sedangkan Alice hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengiyakan.
"Aku selalu ingin memiliki banyak teman. Sama seperti remaja-remaja pada umumnya. Tapi mungkin ini takdirku, alih-alih memiliki teman aku malah memiliki banyak musuh. Atau bisa dibilang banyak yang membenciku," Fela tertegun, dia tidak menyangka kalau Alice ternyata sesedih ini. Dia menyesal tidak menuruti hatinya sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTACHE [Completed]
General FictionAlice, gadis yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu kelam. Setiap harinya selalu tak luput dari berbagai kejadian menyakitkan. Harinya yang buruk semakin buruk dengan kemunculan orang yang sangat turut andil dalam masa lalunya. Hingga suatu hari...