BAB 24 SEPARATION

125 8 0
                                    

Hari terus berlalu dengan cepat, dan tak terasa ujian kenaikan kelas telah berakhir. Tak sedikit siswa yang menghembuskan nafasnya lega. Namun hal berbeda terjadi dengan Alice, wajahnya bahkan terlihat kusut sejak keluar kelas tadi. Pikirannya penuh dengan lelaki itu, Alice merindukannya.

Memang entah kenapa akhir-akhir ini Darka tidak pernah memunculkan batang hidungnya di depan Alice. Bahkan terakhir kali mereka bertemu adalah saat kencan mereka yang sudah hampir dua minggu berlalu itu. Padahal tadinya Alice ingin berkata jujur kalau ia sudah tidak tinggal di rumahnya lagi.

Ya.. Alice memang belum mengatakan apapun tentang kejadian di rumah sakit itu pada Darka. Ia hanya ingin Darka tidak terlalu memikirkannya dan fokus pada ujiannya. Namun sekarang Alice benar-benar frustasi, entah kemana Darka pergi.

Semalam pernah terbesit dibenaknya bahwa Darka hanya mempermainkannya. Mereka bahkan belum lama menjalani hubungan itu. Walaupun tidak dapat dipungkiri juga kalau Alice sangat bahagia bersama Darka. Laki-laki itu tidak pernah berhenti membuat Alice tersenyum saat sedang bersamanya.

Alice mendongak menatap langit mendung yang meneteskan titik-titik air ke bumi. Sesaat dia terdiam, pikirannya kembali melayang pada Darka. Namun saat tersadar, dengan cepat Alice mengusap wajahnya yang basah oleh air hujan. Kemudian sambil berjalan dia kembali melamun hingga secara tak sengaja kedua matanya melihat seorang pria yang duduk dibawah pohon, pria itu terlihat sangat familiar baginya. Namun sebelum dia menghampirinya, Liana telah lebih dulu menghentikannya.

Mereka berdua beradu tatap tanpa sepatah katapun yang terucap. Hingga akhirnya Alice membuka suaranya.

"Bisakah aku lewat?" tanya Alice datar. Suasana disana begitu mencekam sekarang, bahkan atmosfernya pun mulai terasa panas.

"Tidakkah kamu merasa ada yang ingin kamu katakan?" balas Liana tak kalah datar. Hingga akhirnya keduanya kembali bertatapan tajam.

"Apa? Aku tidak ada urusan denganmu," balas Alice sedikit membuang pandangannya. Oh ayolah dia sudah lelah dengan semua ini. Kapan dia bisa merasa bahagia seperti saat kencannya waktu itu.

"Ohh setelah aku melepasmu, lalu dengan mudahnya kamu bilang tidak punya urusan? Ck. Lucu sekali!" Liana tersenyum miring dan kembali mendatarkan ekspresinya.

"Apa maumu?" tanya Alice jengah.

"Jangan berpura-pura tidak tahu!" seru Liana cepat.

"Hemhh.. Baiklah, terimakasih. Sudahkan?! Sekarang minggir!!" Alice mencoba menjauhkan tubuh Liana dari hadapannya, namun gadis itu sama sekali tidak bergeser hingga akhirnya Alice menggeram marah.

"Hanya itu?" tanya Liana menaikkan alis nya.

"Lalu apa? Cepat katakan! Kamu tidak lihat? Bajuku sudah basah!" Alice menunjukkan bajunya yang memang basah pada Liana yang hanya menatapnya malas.

"Tidakkah kamu berpikir untuk mengatakan maaf?" Liana sedikit memejamkan matanya saat setetes air jatuh mengenai matanya.

"Untuk apa aku meminta maaf? Aku tidak pernah merasa memiliki salah padamu!" jawab Alice tegas.

"Jika kenyataan yang mengatakan kamu salah bagaimana? Pertama kamu sudah merebut cintaku, lalu kamu membuatku mengecewakan Mama dan kamu juga membuatku di skors!! Tidakkah setelah semua itu kamu ingin mengatakan maaf hah?!" seru Liana dengan mata berkilat-kilat.

"Kamu mendapatkan semua itu karena ulahmu sendiri Liana. Kamu di skors dan mengecewakan ibumu karena melakukan kejahatan padaku dan sahabatku. Seharusnya kamu yang meminta maaf, aku kehilangan Fela karena kamu. Dan untuk cintamu? Apa maksudmu Darka? Cih. Kamu juga tidak berhak menyalahkanku untuk itu. Kalian sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, dan Darka mencintaiku sekarang. Jadi berhenti berharap aku akan meminta maaf!" Alice tidak tahu kenapa dia bisa mengatakan itu. Kalimat yang dia ucapkan barusan mengalir begitu saja, seakan seseorang mengatakan itu menggunakan mulutnya. Namun karena terlanjur marah Alice menghiraukannya.

HEARTACHE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang