BAB 26 GONE

132 6 0
                                    

BRAKKK

Alice sontak berdiri dengan mata yang membulat sempurna. Sesaat dia terdiam hingga kemudian kakinya berlari cepat meninggalkan kelas tanpa pamit. Pikirannya benar-benar kosong saat ini. Yang terpikirkan hanyalah tempat kemana ia akan pergi sekarang.

"Kamu mau kemana Alice?! Cepat kembali ke tempat dudukmu sekarang!!" seru Pak Hari marah melihat Alice meninggalkan kelasnya begitu saja. Bahkan ia sama sekali tidak dihiraukan sebagai seorang guru.

Alice terus berlari dan kemudian ia sedikit kelimpungan memikirkan akan menaiki apa ia kesana. Namun saat sampai di gerbang sekolah, kebetulan sekali sebuah angkutan umum berhenti disana. Lalu tanpa berpikir panjang ia pun segera menaiki kendaraan tersebut.

Beberapa menit dihabiskan Alice dengan gelisah, matanya terus saja melihat-lihat tak karuan kesana-kemari dan sesekali ia juga menggigiti kuku jarinya cemas. Bahkan keringat dingin terus mengucur deras dari pelipisnya. Hingga akhirnya angkutan itu berhenti dan Alice segera turun.

Langkahnya semakin memberat saat kedua kakinya mulai berpijak pada tanah basah yang ditumbuhi ilalang-ilalang itu. Sampai ia berhenti secara otomatis ketika ia melihat punggung seorang gadis yang sangat ia kenali.

Jelas sekali kalau gadis itu tengah menangisi sebuah gundukan tanah dihadapannya, terlihat dari punggungnya yang bergetar hebat dengan kepala yang menunduk dalam hingga membuat seluruh rambut menutupi wajahnya.

Tanpa sadar Alice membawa tangannya untuk meremas hatinya yang terasa teriris melihat pemandangan itu. Perlahan air matanya meriak membentuk sebuah sungai kecil di kedua pipinya.

"Liana.." lirih Alice pelan. Entah apa yang dipikirkannya, baru saja beberapa jam yang lalu ia dan Liana bertatapan tajam. Tapi lihat sekarang! Gadis itu bahkan terlihat sangat rapuh. Liana yang dilihat Alice sekarang memang benar-benar sama dengan Liana teman kecilnya dulu.

Alice sama sekali tak mengingat semua perlakukan Liana terhadapnya selama ini. Yang terpikir sekarang hanyalah bagaimana perasaan gadis itu. Liana tidak punya ayah, dia hanya hidup berdua bersama ibunya. Tapi sekarang, ibunya pergi. Alice memang tidak pernah merasakan ditinggal mati oleh orang tersayangnya. Tapi ia tahu bagaimana rasanya ditinggalkan, ia tahu rasanya sendirian. Dan itu sangat menyakitkan.

"Liana.." lirih Alice memengang pundak Liana pelan.

"Hiks.. Hiks.. Mama!! Jangan tinggalkan aku.. Hiks..Mama.." hati Alice semakin sakit mendengar tangisan Liana. Gadis itu benar-benar terlihat sangat hancur.

"Liana.. Aku tahu perasaanmu, tapi kamu tidak seharusnya seperti ini! Toh kalaupun menangis, semuanya tidak akan kembali seperti semula. Ikhlaskan saja Mama mu," dengan berat Alice berucap. Namun Liana malah menepis tangan Alice yang masih bertengger di pundaknya dan berbalik menatapnya tajam.

"PERGI!!! MAU APA KAMU DISINI HAH?!! MAU MENGEJEKKU?!! TAHU APA KAMU TENTANG PERASAANKU?!" teriak Liana keras pada Alice.

"Liana aku-" ucapan Alice tiba-tiba saja langsung disela Liana.

"APA?!! KAMU SENANG HAH?!! TERTAWALAH SEPUASMU!!!" teriak Liana tepat di depan wajah Alice.

"Tidak Liana, kamu salah paham. Aku.. Aku hanya ingin menenangkanmu," balas Alice tulus. Entah kemana sifat barunya yang dingin itu pergi. Yang ada sekarang Alice malah kembali menjadi dirinya yang semula, yaitu seorang Alice yang baik hati.

"MENENANGKAN?!! APANYA YANG MENENANGKAN HAH?!! YANG ADA KAMU MALAH MEMBUATKU SEMAKIN MUAKKK!! PERGILAH DARI HADAPANKU SEKARANG!!" Alice terdiam, entah kenapa mendengar ucapan Liana barusan benar-benar membuat kepalanya sakit.

'Apa yang kamu lakukan? Kenapa hanya diam? Dia benar, tertawalah sekeras mungkin dan ejek dia!! Lakukan seperti apa yang sering dia lakukan padamu! Ini kesempatanmu untuk membalas dendam Alice!' suara itu kembali terdengar di kepala Alice hingga membuatnya sama sekali tidak fokus pada Liana. Pandangannya bahkan berkunang-kunang sekarang.

HEARTACHE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang