Joshua dan ketiga sahabatnya mencari Caitlin ke beberapa tempat yang mungkin akan didatangi gadis itu. Namun, nihil sudah dua jam mereka berkeliling dan tidak menemui gadis itu.
"Shit!!!" umpat Joshua kesal sambil memukul stir yang ada di depannya.
"Tenang, jo. Dia pasti ketemu kok" seru Kevin sambil menepuk bahu sahabatnya. Joshua hanya membuang napasnya kasar.
"Malam ini kita stop dulu nyari dia. Dan thank's buat bantuannya" ujar Joshua setenang mungkin.
"Oke. No problem, bro" jawab Kevin.
"Kaku amat lo sama kita. Bukannya sahabat itu selalu ada disaat sahabat yang lain butuh. Selalu ada disaat suka maupun duka? So it's okay about This" ujar Evan yang disambut tatapan dari ketiga sahabatnya.
"Lo sakit?" tanya Kevin lalu menempelkan telapak tangannya di dahi Evan.
"Enggak" ketus Evan sambil menepis tangan Kevin dari dahinya.
"Tumben" seru Davin yang sedari tadi hanya terdiam di tempatnya.
"Gue tuh heran sama kalian. Gue berisik salah, gue bijak juga salah, terus mau kalian gue gimana? HAH?" tanggap Evan dengan bibir mengerucut.
"Enggak salah cuman tumben aja otak lo bener kan biasanya lo cuman ngebacot yang enggak berfaedah" jelas Kevin.
"Mirror woi! Sama aja kek lo" sambung Joshua akhirnya dengan senyum tertahan.
"Mau lo gimana pun lo tetap sahabat kita, van. Jadi diri lo sendiri itu lebih baik" ujar Davin sambil menepuk bahu Evan.
"Hm" gumam Evan.
🌿🌿🌿
Sudah tiga hari terhitung sejak Aldian meminta Caitlin untuk menjalani pengobatan ke Jerman dan belum memberikan kepastian kapan dirinya akan segera menjalani pengobatan itu. Di satu sisi Caitlin merasa yakin akan keputusannya namun disisi yang lain ia merasa ragu. Entah apa yang membuatnya ragu Caitlin sendiri tidak tahu pasti. Tetapi, selama tiga hari ia memikirkan keputusan itu Caitlin selalu teringat dengan Joshua, sang kakak. Entah kenapa dirinya ingin sekali bertemu dengan laki - laki itu dan memberikan kotak hitam peninggalan Viona.
Apa harus gue nemuin dia sebelum pergi? Tapi, gimana kalo dia nahan gue buat enggak pergi?
Caitlin termenung sejenak sebelum akhirnya ia tersenyum lebar saat mendapati ide untuk bisa menemui laki - laki itu dan memastikan jika laki - laki itu tidak akan mencarinya lagi.
Yeah, I got it.
Caitlin berlari menuruni tangga dan meraih telepon rumah yang ada di ruang keluarga. Ia menekan nomor yang akan dia hubungi. Lalu menempelkan telepon itu ke telinganya sampai terdengar jawaban dari sebrang sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Подростковая литература#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...