20 - The Wedding

805 46 0
                                    

Boleh tuh tekan 🌟 dulu sebelum membaca

•●●•

Makan malam itu berlangsung tenang. Luna sedikit merasa risih. Pasalnya makan malam ini, adalah makan malam keluarga yang diadakan oleh Papa Azka untuk mengenalkan Luna pada keluarga besarnya sebelum upacara pernikahan Luna besok lusa. Membayangkan dirinya sebentar lagi menjadi seorang istri membuat Luna berdebar sendiri.

Luna duduk disebelah Azka. Mama Lian dan Dira duduk didepannya sedangkan Levin duduk disebelah Azka. Sang kepala keluarga tentu saja duduk diujung meja. Meja yang Luna tempati dapat memuat sampai 15 orang ditambah dengan satu kursi dikepala meja yang sekarang diduduki pak Wijaya. Disebelah Levin ada adik kedua Pak Wijaya--Om William yang datang bersama dua anak dan istrinya. Luna juga baru tahu bahwa ternyata Om Willian ini adalah Papa dari Runa, sepupu Azka yang waktu itu juga datang kerumah Luna saat Azka mengadakan lamaran dadakannya. Dan masih ada tempat kosong yang katanya untuk Om Tomy--adik bungus Pak Wijaya--yang katanya akan datang terlambat.

"Kenapa Tomy lama sekali!" Seru Pak Wijaya jengkel "Dia selalu seperti itu"

Om William terkekeh "Kau seperti tidak tahu Tomy, diakan memang seperti itu Jaya" Pak Wijaya mendengus jengkel persis seperti anak kecil.

"Oh iya Jaya, kau pintar juga mencari menantu. Dia cantik sekali" Puji Om Willian yang diikuti anggukan istrinya--Tante Arum.

"Benar Pa, Luna memang cantik. Harusnya dia nikah aja sama gue" cetus Runa membuat suasana meja makan dipenuhi tawa.

Luna tersenyum malu. Baru kali ini ia dipuji seperti itu didepan banyak orang. Keluarga Azka membuat Luna menepis pikiran buruknya selama ini, kalau keluarga artis hanya sok berlaku baik didepan TV karena nyatanya meski tanpa kamera keluarga Azka benar-benar terlihat harmonis.

"Maaf terlambat"

Sebuah suara menginterupsi percakapan hangat itu. Seorang lelaki paruh baya yang terlihat lebih muda dari Pak Wijaya dan Om Willian datang. Garis-garis kemiripan terlihat diwajah mereka sehingga Luna bisa tahu bahwa itu adalah Om Tomy.

"Duduk Tom. Kau terlambat satu jam, dasar kau!" Seru Pak Wijaya bergerak merangkul adikknya diikuti Om William.

"Sudah-sudah kalian sebaiknya duduk, dan mari kita makan" kata Mama Lian. Sedari tadi Luna terus menjadi pengamat. Hingga seseorang yang cukup ia kenal muncul dari belakang Om Tomy.

"Kamu!" Seru Luna tanpa sengaja. Laki-laki itu tersenyum kearahnya.

"Oh iya perkenalkan ini adalah anak pertamaku dari Merry namanya Dion"

Seketika ruang makan terasa sedikit canggung. Luna tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi jika Dion adalah anak Om Tomy, berarti laki-laki itu adalah sepupu Azka. Anehnya Azka beserta saudara dan sepupu-sepupunya seakan tidak peduli dengan kehadiran Dion.

"Silahkan duduk Dion" Mama Lian yang pertama menyadari ketegangan itu mempersilahkan mereka duduk.

"Jadi Dion dan Luna sudah saling kenal ya?" Kata Pak Wijaya berusaha mencairkan suasana mengganggu yang tiba-tiba tercipta.

Dion mengangguk, tersenyum kearah Luna "Iya om, waktu itu ketemu ditaman dekat tempat Luna tinggal. Iya kan Lun?"

"I-iya om"

"Papa Luna, bukan om!" Tegas Pak Wijaya.

"Iya Pa" jawab Luna malu-malu. Masih belum terbiasa mengganti penyebutan om menjadi papa bagi Pak Wijaya.

"Sekarang kamu kerja dimana Dion atau masih kuliah?" Om William yang tadi terdiam akhirnya angkat bicara.

"Dia sama seperti Azka" jawab Om Tomy, karena melihat anaknya hanya tersenyum saja.

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang