04 - Luna

1K 69 1
                                    

      

         Luna berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya yang ada diruangan tersebut. Ia melihat infus yang ada di tangan kirinya. Tanpa perlu bertanya ia tahu pasti bahwa dirinya saat ini tengah berada di UKS kampus yang ia masuki tiga minggu lalu.

Luna berusaha duduk dari posisi berbaringnya. Ia menahan rasa pusing yang masih tersisa. Ia ingat semuanya. Semua hal yang membuat ia dapat berada ditempat ini.

"jadi namanya Azka..."ucapnya lirih. Ia memijat pelipisnya berusaha menghilangkan rasa pusing yang tersisa.

Club malam, panggung, dan lelaki itu-Azka. Kini ia tahu, bahwa lelaki tersebut adalah seorang aktor terkenal. Jelas, pasti lelaki itu tidak akan peduli dengan orang yang ditidurinya. 'Jangan pernah punya hubungan sama artis, ujung-ujungnya sakit hati aja! Hobinya cuman main sama cewek dihotel kalau bukan di club malam. Cih! Dasar!' Kata Tasya kala itu, ketika salah satu teman kami dikampus ternyata diam-diam menjalin hubungan dengan seorang penyanyi yang saat itu karirnya tengah meredup. 'Itu sih, cuman buat naikin pamor siartis doang!' Kata Tasya selanjutnya, saat melihat Lusi dan si artis yang tengah berjalan berpegangan tangan menujuh parkiran kampus tanpa peduli tatapan orang disekitarnya.

Rasa sesak seketika hinggap didalam hati Luna. Seandainya laki-laki itu meminta maaf padanya atas semua yang terjadi. Tapi boro-boro minta maaf mengingat wajahnya saja tidak mungkin dilakukan lelaki itu. Waktu itu saja Luna bangun duluan dan langsung pergi dengan tergesa-gesa. Sudah dipastikan bahwa laki-laki tersebut tidak mungkin mengingatnya.

Luna menghela napas berat, perkataan ibunya seketika muncul didalam kepalanya.

"waktu tidak dapat diputar kembali sayang. Tapi waktu memberi kita kesempatan untuk memperbaiki.."

Ucapan ibunya membuat rasa sesak itu berkurang. Setidaknya ibunya benar. Meratapi hal yang tidak seharusnya hanya akan membuatnya tidak fokus pada kuliahnya.

"Aku harus bersemangat!!" ujar Luna keras.

"Kau sudah sadar?" ucap Tasya. Ia muncul tiba-tiba dari balik tirai pembatas kasur Luna dengan kasur yang lainnya. Tasya menyingkap tirai biru tersebut lalu menatap Luna serius.

"oh Tasya. Hmm aku sudah sadar!" Luna tersenyum. "Kau kesini untuk melihatku kan? Tenang. Seorang Aluna Sagita Wilana adalah orang yang kuat" Luna kembali cengengesan tidak mengindahkan tatapan Tasya yang semakin menajam menatapnya.

"Bagaimana bisa Lun?" tanya Tasya berdiri didepannya.

Luna mengernyit bingung. "maksudmu apa sya? Aku tidak mengerti"

"Kau benar-benar tidak tahu?" lanjut Tasya menuntut. Kini ia telah duduk dikasur, tepat disamping Luna.

Luna menggeleng. "hmm. Aku benar-benar tidak tahu dan tidak mengerti!" ujar Luna meyakinkan Tasya.

"sungguh kau tidak tahu dengan kondisimu Luna?" kali ini Tasya menatapnya sendu membuat Luna semakin bingung.

Gelengan kepala Luna membuat Tasya semakin menatapnya sendu. Ia benar-benar kasihan pada temannya itu.

"Kau hamil Lun. Hamil!!"

•••

     Azka kini berada dibelakang backstage tempat acara yang mengundangnya sebagai bintang tamu. Ia benar-benar lelah setelah tadi harus bernyanyi dan menghibur para mahasiswi dan penonton yang ternyata sangat banyak. Benar-benar diluar ekspektasinya. Ia tahu penyelenggara acara ini merupakan kampus ternama, namun penonton sebanyak tadi benar-benar membuatnya terkagum sendiri. Ia merasa tengah melakukan sebuah konser besar tadi.

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang