02 - An Actor

1.3K 72 6
                                    


      Azka duduk didalam pajero putih milik Runa. Ia menatap keluar kaca mobil. Hujan turun dengan deras diluar sana.

"Jadi sesuai cerita lo dia masih perawan ya?" Runa menyetir dengan pelan sambil membuka percakapan yang bisu sejak tadi.

Tadi Azka menceritakan semuanya mulai dari ia menemukan dompet punya cewek itu dan juga soal bercak darah yang ada dikasur. Dan karena hal itu ia merasa sebagai cowok brengsek.

"Iya dan gara-gara gue sekarang tuh cewek udah gak perawan lagi!" ketus Azka. "gue ngerasa brengsek banget tau gak!!?" Azka menatap Runa disebelahnya yang hanya tertawa kecil.

"Sebrengsek-brengseknya gue. Gue gak pernah nidurin perempuan yang masih perawan. Ini pertama kalinya dan gue ngerasa gak enak ama tuh cewek"

"Hehehe sorry ka. Kan kita mana tau tuh cewek masih perawan. Lagian kalau dipikir rata-rata cewek yang masuk bar tengah malem gitukan udah gak perawan lagi"

Azka memukul kepala Runa membuat Runa meringis sakit.

"sial kepala gue ini. Main pukul-pukul aja. Kalau lagi gak nyetir gue bales lo ka" Runa mengusap kepalanya perlahan. Pandangannya masih fokus kejalanan didepan sana yang sedang macet.

"Syukurin tuh. Lo kalau punya mulut dikontrol dikit napa Run. Gak semua cewek yang masuk pub malam hari itu udah gak perawan. Lo ngomong seenak jidat aja. Dasar emang!!!" Azka memandang Runa disebelahnya dengan kesal.

Lampu merah menyala didepan sana. Runa memberhentikan mobilnya. Hujan masih turun dengan deras.

"gue yakin Run tuh cewek pasti cewek baik-baik"

Kilasan kejadian waktu dibar itu kembali berputar dikepala Azka. Bagaimana dia menarik cewek yang saat itu tengah merapatkan cardigan biru muda yang dipakainya. Lalu aroma strawberry yang menguar dari tubuh cewek itu juga masih diingatnya. Dan kejadian disalah satu kamar pub itupun masih diingatnya dengan jelas. Memang saat itu ia mabuk, namun ia masih tetap sadar saat meniduri cewek yang malam itu dikiranya sudah tidak perawan.

Sial kenapa gue mikirin tuh cewek! Gue lupa lagi wajahnya!

Azka memukul kepalanya pelan berusaha mengusir bayangan yang bermunculan dikepalanya.

"kayaknya gue masih mabuk deh" Runa disebelahnya mengernyit bingung namun lebih memilih mengabaikan saat lampu merah sudah berubah menjadi hijau.

"oh iya! ini dompet tuh cewek dan gue belum buka" Azka memberikan dompet yang ada dikantung celananya kepada Runa.

Runa menyetir dengan satu tangan kemudian mengambil dompet ditangan Azka lalu membukanya.

"Aluna Sagita Wilana... namanya manis ka kayak fotonya nih. Lo beruntung ka tidur sama cewek secantik ini" Runa menggoda Azka, ia memperlihatkan foto Luna yang sedang tersenyum kearah kamera.

Pada foto seukuran foto dompet itu tampak Luna, terlihat difoto itu wajahnya masih nampak sangat muda. Ia tersenyum ramah kearah kamera.

Azka memasang wajah datarnya. Dengan cepat ia mengambil foto Luna dari sepupunya lalu menatap foto itu lama. Ya. Runa benar cewek didalam foto itu memang sangat cantik. Runa yang melihat sepupunya tersenyum sendiri kembali membaca biodata Luna yang ada di KTP cewek itu.

"19 tahun...mahasiswa"

Seketika mereka berdua terdiam. Azka mengerutkan keningnya.

"Emang bangsat lo ka" Runa yang pertama kali membuka suara. Ia melirik Azka yang sedang memasang tampang kagetnya. Wajahnya menunjukkan seolah-olah ia berkata seriusan? Sedangkan Runa sudah tertawa terpingkal-pingkal.

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang