10 - Meet the Parent (Bag 2)

941 54 0
                                    


"Masih pantaskah saya meminta kesempatan kedua?"

-Azka-

•●•

"Ada keperluan apa anda kemari?"

Azka cukup terkejut dengan sapaan yang ia terima. Meski ia sudah melakukan kesalahan yang fatal bagi gadis dihadapannya ini, namun Azka tidak percaya jika gadis polos seperti Luna bisa bertanya setajam dan seketus itu.

Azka melirik Mamanya. Mamanya juga cukup kaget dengan sapaan gadis manis didepannya.

"Maaf kalau kedatangan kami mengganggu. Tapi ada yang perlu saya bicarakan." Mama Lian menatap gadis manis didepannya. Kemudian melihat Azka yang lebih memilih diam.

Pantas kamu tidurin kak, manis emang!

Kata itu yang dapat ditebak Azka dari lirikan mata Mamanya. Azka menatap tajam Mamanya, yang sedang menahan senyum. Ia tidak habis pikir bisa-bisanya Mamanya berpikir seperti itu disaat seperti ini.

"Mungkin sebaiknya kita berbicara didalam" Luna kemudian mempersilahkan Azka dan wanita yang ia duga sebagai Ibu dari lelaki itu masuk.

Meski Azka melakukan hal yang tidak bertanggung jawab padanya, setidaknya ia masih tahu tata krama dengan tidak membiarkan tamu berdiri didepan pintu. Walaupun tamu tersebut, bukanlah tamu yang ingin Luna lihat saat ini. Tapi ia selalu ingat perkataan orang tuanya untuk selalu bersikap sopan pada semua orang yang juga bersikap baik pada kita.

"Tante mau minum apa?" Luna bertanya pelan, suaranya sudah tidak seketus tadi. Ia mempersilahkan tamunya duduk, lalu ia duduk berseberangan sofa dengan mereka bersama Tasya yang sedari tadi sudah menunjukkan wajah tidak sukanya.

"Ah, tidak perlu repot-repot" sergah Mama Lian.

"Tidak pa-pa tante. Saya buat teh dulu, sebentar!"

Dua menit berlalu, dengan Luna yang masih berada didapur. Sementara diruang tamu ini. Azka dan Mamanya serta Tasya hanya duduk diam. Sesekali Mama Lian bertanya pada Tasya dan hanya dijawab pendek oleh Tasya. Mama Lian mengerti mungkin Tasya hanya ingin menjaga sahabatnya.

PRANG!!!!

Dari arah dapur, bunyi yang keras terdengar. Sontak semua orang yang berada diruang tamu berlari kearah dapur.

"Astaga Luna.." disana Luna berdiri dengan air panas dari panci kecil yang sudah tumpah di lantai.

"Kamu baik-baik aja?" Tasya bertanya panik. Mama Lian dan Azka yang juga ada disana terkejut. Terlihat air panas itu mengeluarkan uap yang cukup banyak. Menandakan kalau air itu benar-benar baru diangkat dari atas kompor.

"Aku tidak pa-pa Sya. Airnya hanya tumpah saja!"

"Tidak pa-pa bagaimana, kamu itu sadar tidak. Kalau itu berbahaya Luna. Kamu itu sedang hamil. Hamil!" Uacapan Tasya yang cukup keras, membuat semua orang diruangan tersebut menjadi diam.

Semua orang cukup terkejut. Azka melupakan fakta kalau gadis itu sedang hamil. Ia menatap Luna, namun gadis itu hanya menunduk. Entah dari mana perasaan khawatir itu ada dalam dirinya. Ia entah kenapa merasa takut, bagaimana kalau air panas itu benar-benar mengenai Luna. Bagaimana bayinya. Tersadar dengan pemikirannya sendiri, Azka menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menepis bayangan Luna didalam otaknya. Mungkin itu hanya rasa simpati yang berlebihan. Ya, hanya simpati yang berlebihan. Hanya simpati.

"Sudahlah lebih baik kamu keruang tamu aja. Biar aku yang bersiin ini!"

Luna hanya bisa mengangguk. Tasya terlihat sangat khawatir padanya.
Luna kemudian kembali keruang tamu, bersama Azka dan Mamanya.

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang